Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

33
LAPORAN PENDAHULUAN SIROSIS HEPATIS (SIROSIS HATI) A. DEFINISI Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002). Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001). Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,

description

sirosis hepatik

Transcript of Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Page 1: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

LAPORAN PENDAHULUAN

SIROSIS HEPATIS (SIROSIS HATI)

A. DEFINISI

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium

terakhir dari penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono H, 2002).

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan

adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan

usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi

mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul

tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).

Sirosis Hepatis (Sirosis Hati) adalah penyakit hati menahun yang difus, ditandai

dengan adanya pembentukan jaringan disertai nodul. Dimulai dengan proses peradangan,

nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. (Iin

Inayah, 2004).

B. KLASIFIKASI

Secara klinis chirrosis hati dibagi menjadi:

1. Chirrosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata

2. Chirrosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.

Chirrosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada

satu tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui

biopsi hati.

Page 2: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Secara morfologi Sherrlock membagi Chirrosis hati bedasarkan besar kecilnya nodul,

yaitu:

1. Makronoduler (Ireguler, multilobuler)

2. Mikronoduler (reguler, monolobuler)

3. Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler.

Menurut Gall seorang ahli penyakit hati, membagi penyakit chirrosis hati atas:

1. Chirrosis Postnekrotik, atau sesuai dengan bentuk sirosis makronoduler atau sirosis

toksik atau subcute yellow, atrophy chirrosis yang terbentuk karena banyak terjadi

jaringan nekrose.

2. Nutrisional chirrosis , atau sesuai dengan bentuk sirosis mikronoduler, chirrosis

alkoholik, Laennec´s cirrhosis atau fatty cirrhosis. Chirrosis terjadi sebagai akibat

kekurangan gizi, terutama faktor lipotropik.

3. Chirrosis Post hepatic, chirrosis yang terbentuk sebagai akibat setelah menderita

hepatitis.

Shiff dan Tumen secara morfologi membagi atas:

1. Chirrosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara khas

mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis

2. Chirrosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat

lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.

3. Chirrosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar

saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal dan periportal tempat kanalikulus

biliaris dari masing-masing lobulus hati bergabung untuk membentuk saluran empedu

Page 3: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

baru. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama

terdiri atas saluran empedu yang baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh

jaringan parut.

C. ETIOLOGI

Penyebab Chirrosis Hepatis :

Secara morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak dapat dipastikan. Tapi ada  dua

penyebab yang dianggap paling sering menyebabkan Chirrosis hepatis adalah:

1. Hepatitis virus

Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis

hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965

dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka diduga mempunyai peranan

yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi chirrosisi. Secara klinik

telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk

lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan perjalanan yang kronis, bila

dibandingkan dengan hepatitis virus A

2. Zat hepatotoksik atau Alkoholisme.

Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada

sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat nekrosis atau

degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa sirosis hati. Zat

hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alcohol. Sirosis hepatis oleh karena

alkoholisme sangat jarang, namun peminum yang  bertahun-tahun mungkin dapat

mengarah pada kerusakan parenkim hati.

Page 4: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

3. Hemokromatosis

Bentuk chirrosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada dua kemungkinan timbulnya

hemokromatosis, yaitu:

a. Sejak dilahirkan si penderita menghalami kenaikan absorpsi dari Fe.

b. Kemungkinan didapat setelah lahir (acquisita), misalnya dijumpai pada penderita

dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan

menyebabkan timbulnya sirosis hati.

D. PATOFISIOLOGI

Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini

menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus

hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus

dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama

atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan

berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral.

Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan

ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah

porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis

alkoholik tapi prosesnya lebih lama. Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis

pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif.

Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa

permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini

bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi

mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah

sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin

Page 5: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan

nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati.

E. MANIFESTASI KLINIK

Gejala chirrosis hati mirip dengan hepatitis, karena terjadi sama-sama di liver

yang mulai rusak fungsinya, yaitu: kelelahan, hilang nafsu makan, mual-mual, badan

lemah, kehilangan berat badan, nyeri lambung dan munculnya jaringan darah mirip laba-

laba di kulit (spider angiomas). Pada chirrosis terjadi kerusakan hati yang terus menerus

dan terjadi regenerasi noduler serta ploriferasi jaringan ikat yang difus.

Tanda-tanda klinik yang dapat terjadi yaitu:

1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita chrirosis.

Timbulnya ikterus (penguningan ) pada seseorang merupakan tanda bahwa ia sedang

menderita penyakit hati. Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit

dan tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi penunjuk beratnya kerusakan

sel hati. Ikterus terjadi sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit

2. Timbulnya asites dan edema pada penderita chirrosis

Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk

pada kaki (edema) dan abdomen (ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan

tekanan hidrostatik pada kapiler usus . Edema umumnya timbul setelah timbulnya

asites sebagai akibat dari hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.

3. Hati yang membesar

Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke bawah. Hati membesar

sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.

Page 6: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

4. Hipertensi portal

Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena portal yang memetap di atas

nilai normal. Penyebab hipertensi portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran

darah melalui hati.

F. KOMPLIKASI

Komplikasi chirrosis hati yang dapat terjadi antara lain:

1. Perdarahan

Penyebab perdarahan saluran cerna yang paling sering dan berbahaya pada chirrosis

hati adalah perdarahan akibat pecahnya varises esofagus. Sifat perdarahan yang

ditimbulkan ialah muntah darah atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa

didahului rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan

membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung. Penyebab lain adalah

tukak lambung dan tukak duodeni.

2. Koma hepatikum

Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga

hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum mempunyai

gejala karakteristik yaitu hilangnya kesadaran penderita. Koma hepatikum dibagi

menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis

hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat

berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum

yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab lain,

antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan

pengaruh substansia nitrogen.

Page 7: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

3. Ulkus Peptikum

Timbulnya ulkus peptikum pada penderita Sirosis Hepatis lebih besar bila

dibandingkan dengan penderita normal. Beberapa kemungkinan disebutkan

diantaranya ialah timbulnya hiperemi pada mukosa gaster dan duodenum, resistensi

yang menurun pada mukosa, dan kemungkinan lain ialah timbulnya defisiensi

makanan

4. Karsinoma Hepatoselular

Kemungkinan timbulnya karsinoma pada Sirosis Hepatis terutama pada bentuk

postnekrotik ialah karena adanya hiperplasi noduler yang akan berubah menjadi

adenomata multiple kemudian berubah menjadi karsinoma yang multiple

5. Infeksi

Setiap  penurunan kondisi badan akan mudah kena infeksi, termasuk juga penderita

sirosis, kondisi badannya menurun. Infeksi yang sering timbul pada penderita sirosis,

diantaranya adalah : peritonitis, bronchopneumonia, pneumonia, tbc paru-paru,

glomeluronefritis kronik, pielonefritis, sistitis, perikarditis, endokarditis, erysipelas

maupun septikemi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Urine

Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada

ikterus. Pada penderita dengan asites , maka ekskresi Na dalam urine berkurang

( urine kurang dari 4 meq/l) menunjukkan kemungkinan telah terjadi syndrome

hepatorenal.

Page 8: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

b. Tinja

Terdapat kenaikan kadar sterkobilinogen. Pada penderita dengan ikterus, ekskresi

pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di dalam

usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan tinja

berwarna cokelat atau kehitaman.

c. Darah

Biasanya dijumpai normostik normokronik anemia yang ringan, kadang –kadang

dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asam folik dan vitamin

B12 atau karena splenomegali. Bilamana penderita pernah mengalami perdarahan

gastrointestinal maka baru akan terjadi hipokromik anemi. Juga dijumpai likopeni

bersamaan dengan adanya trombositopeni.

d. Tes Faal Hati

Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi penderita

yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin menaik,

sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan diproduksi 10-16

gr albumin, pada orang dengan sirosis hanya dapat disintesa antara 3,5-5,9 gr per

hari.9 Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dL38. Jumlah albumin dan

globulin yang masing-masing diukur melalui proses yang disebut elektroforesis

protein serum. Perbandingan normal albumin : globulin adalah 2:1 atau

lebih. 39 Selain itu, kadar asam empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang

peka untuk mendeteksi kelainan hati secara dini.

2. Sarana Penunjang Diagnostik

a. Radiologi

Pemeriksaan radiologi yang sering dimanfaatkan ialah,: pemeriksaan fototoraks,

splenoportografi, Percutaneus Transhepatic Porthography (PTP)

Page 9: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

b. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) banyak dimanfaatkan untuk mendeteksi kelaianan di hati,

termasuk sirosi hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya

penyakit. Pada tingkat permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan

irregular, tepi hati tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu

tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar

dan sebagian lagi dalam batas nomal.

c. Peritoneoskopi (laparoskopi)

Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hati akan jelas

kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau kecil

dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali

didapatkan pembesaran limpa.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Istirahat di tempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites, dan demam.

Diet rendah protein (diet hati III protein 1gr/kg BB, 55 gr protein, 2.000 kalori). Bila ada

asites diberikan diet rendah garam II (600-800 mg) atau III (1.000-2000 mg). Bila proses

tidak aktif diperlukan diet tinggi kalori (2.000-3000 kalori) dan tinggi protein (80-125

gr/hari). Bila ada tanda-tanda prekoma atau koma hepatikum, jumlah protein dalam

makanan dihentikan (diet hati II) untuk kemudian diberikan kembali sedikit demi sedikit

sesuai toleransi dan kebutuhan tubuh. Pemberian protein yang melebihi kemampuan

pasien atau meningginya hasil metabolisme protein, dalam darah viseral dapat

mengakibatkan timbulnya koma hepatikum. Diet yang baik dengan protein yang cukup

perlu diperhatikan.

Page 10: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Mengatasi infeksi dengan antibiotik diusahakan memakai obat-obatan yang jelas

tidak hepatotoksik. Mempebaiki keadaan gizi bila perlu dengan pemberian asam amino

esensial berantai cabang dengan glukosa. Roboransia. Vitamin B compleks. Dilarang

makan dan minum bahan yang mengandung alkohol.

Penatalaksanaan asitesis dan edema adalah :

Istirahat dan diet rendah garam. Dengan istirahat dan diet rendah garam (200-500

mg perhari), kadang-kadang asitesis dan edema telah dapat diatasi. Adakalanya harus

dibantu dengan membatasi jumlah pemasukan cairan selama 24 jam, hanya sampai 1 liter

atau kurang. Bila dengan istirahat dan diet tidak dapat diatasi, diberikan pengobatan

diuretik berupa spironolakton 50-100 mg/hari (awal) dan dapat ditingkatkan sampai 300

mg/hari bila setelah 3 – 4 hari tidak terdapat perubahan.Bila terjadi asites refrakter (asites

yang tidak dapat dikendalikan dengan terapi medikamentosa yang intensif), dilakukan

terapi parasentesis. Walupun merupakan cara pengobatan asites yang tergolong kuno dan

sempat ditinggalkan karena berbagai komplikasinya, parasentesis banyak kembali dicoba

untuk digunakan. Pada umunya parasentesis aman apabila disertai dengan infus albumin

sebanyak 6 – 8 gr untuk setiap liter cairan asites. Selain albumin dapat pula digunakan

dekstran 70 % Walaupun demikian untuk mencegah pembentukan asites setelah

parasentesis, pengaturan diet rendah garam dan diuretik biasanya tetap diperlukan.

Pengendalian cairan asites. Diharapkan terjadi penurunan berat badan 1 kg/hari.

Hati-hati bila cairan terlalu banyak dikeluarkan dalam suatu saat, dapat mencetuskan

ensefalopati hepatik

Page 11: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada klien dengan chirrosis hepatis dilakukan mulai dari pengumpulan

data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat

kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu

dikaji pada klien degan chirrosis hepatis :

a. Aktivitas dan istirahat :

kelemahan, kelelahan, terlalu lelah, letargi, penurunan massa otot/tonus.

b. Sirkulasi

Riwayat Gagal jantung koroner kronis, perikarditis, penyakit jantung, reumatik,

kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), Distrimia, bunyi jantung ekstra

(S3, S4).

c. Eliminasi

Flatus, Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan atau

tidak ada bising usus, Feces warna tanah liat, melena, urin gelap, pekat.

d. Nutrisi

Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tidak dapat menerima, Mual, muntah,

Penurunan berat badan atau peningkatan cairan penggunaan jaringan, Edema

umum pada jaringan, Kulit kering,Turgor buruk, Ikterik, angioma spider, Nafas

berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.

e. Neurosensori

Orang terdekat dapat melaporkan perubahan keperibadian, penurunan mental,

perubahan mental, bingung halusinasi, koma bicara lambat/tak jelas.

Page 12: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

f. Nyeri

Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran atas, Pruritus, Neuritis Perifer, Perilaku

berhati-hati/distraksi, Fokus pada diri sendiri.

g. Respirasi

Dispnea Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, Ekspansi paru

terbatas (asites), Hipoksia

h. Keamanan

Pruritus, Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekia.

Angioma spider/teleangiektasis, eritema palmar.

i. Seksualitas

Gangguan menstruasi/impoten, Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut

(dada, bawah lengan, pubis).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan

b. Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada

sirosis

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang

terganggu

d. Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

e. Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme

pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

f. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta

nyeri tekan dan asites)

Page 13: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

g. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

h. Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi

pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam

rongga toraks

C.    RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan

Rencana KeperawatanNOC NIC Rasional

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan

Tujuan: Peningkatan energi dan partisipasi dalam aktivitasKriteria Hasil:·       Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien.·       Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.·       Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.·       Memperlihatkan asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet.

1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).2. Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)3. Motivasi pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat4. Motivasi dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara bertahap

1.   Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.2.   Memberikan nutrien tambahan.3.   Menghemat tenaga pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.4.   Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri

Page 14: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Perubahan suhu tubuh: hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada sirosis

Tujuan: Pemeliharaan suhu tubuh yang normalKriteria Hasil:·       Melaporkan suhu tubuh yang normal dan tidak terdapatnya gejala menggigil atau perspirasi.·       Memperlihatkan asupan cairan yang adekuat.

1.    Catat suhu tubuh secara teratur.2.    Motivasi asupan cairan3.    Lakukan kompres dingin atau kantong es untuk menurunkan kenaikan suhu tubuh.4.    Berikan antibiotik seperti yang diresepkan.5.    Hindari kontak dengan infeksi.6.    Jaga agar pasien dapat beristirahat sementara suhu tubuhnya tinggi.

1.   Memberikan dasar untuk deteksi hati dan evaluasi intervensi.2.   Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.3.   Menurunkan panas melalui proses konduksi serta evaporasi, dan meningkatkan tingkat kenyaman pasien.4.   Meningkatkan konsentrasi antibiotik serum yang tepat untuk mengatasi infeksi.5.   Meminimalkan resiko peningkatan infeksi, suhu tubuh serta laju metabolik.6.   Mengurangi laju metabolik.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ikterus dan status imunologi yang terganggu

Tujuan: Memperbaiki integritas kulit dan meminimalkan iritasi kulitKriteria Hasil:·   Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa terlihat luka atau infeksi.·   Melaporkan tidak adanya pruritus.·   Memperlihatkan pengurangan gejala ikterus pada kulit dan sklera.·   Menggunakan emolien dan menghindari pemakaian sabun dalam menjaga higiene sehari-hari.

1.  Observasi dan catat derajat ikterus pada kulit dan sklera.2.  Lakukan perawatan yang sering pada kulit, mandi tanpa menggunakan sabun dan melakukan masase dengan losion pelembut (emolien).3.  Jaga agar kuku pasien selalu pendek.

1.  Memberikan dasar untuk deteksi perubahan dan evaluasi intervensi.2.  Mencegah kekeringan kulit dan meminimalkan pruritus.3.  Mencegah ekskoriasi kulit akibat garukan.

Page 15: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal.

Tujuan: Perbaikan status nutrisiKriteria Hasil:·   Memperlihatkan asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah memadai.·   Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet.·   Bertambah berat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites.·   Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi sering.·   Melaporkan peningkatan selera makan dan rasa sehat.·   Menyisihkan alkohol dari dalam diet.·   Turut serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual.·   Menggunakna obat kelainan gastrointestinal seperti yang diresepkan.·   Melaporkan fungsi gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur.·   Mengenali gejala yang dapat dilaporkan: melena, pendarahan yang nyata.

1.  Motivasi pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan.2.  Tawarkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.3.  Hidangkan makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.4.  Pantang alkohol.5.  Pelihara higiene oral sebelum makan.6.  Pasang ice collar untuk mengatasi mual.7.  Berikan obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.8.  Motivasi peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.9.  Amati gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal.

1.   Motivasi sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal.2.   Makanan dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia.3.Meningkatkan selera makan dan rasa sehat.4.   Menghilangkan makanan dengan “kalori kosong” dan menghindari iritasi lambung oleh alkohol.5.   Mengurangi citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.6.   Dapat mengurangi frekuensi mual.7.   Mengurangi gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.8.   Meningkatkan pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi pada abdomen.9.   Mendeteksi komplikasi gastrointestinal yang serius.

Page 16: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

Resiko cedera berhubungan dengan hipertensi portal, perubahan mekanisme pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

Tujuan: Pengurangan resiko cederaKriteria Hasil:·  Tidak memperlihatkan adanya perdarahan yang nyata dari traktus gastrointestinal.·  Tidak memperlihatkan adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium dan indikator lain yang menunjukkan hemoragi serta syok.·  Memperlihatkan hasil pemeriksaan yang negatif untuk perdarahan tersembunyi gastrointestinal.·  Bebas dari daerah-daerah yang mengalami ekimosis atau pembentukan hematom.·  Memperlihatkan tanda-tanda vital yang normal.·  Mempertahankan istirahat dalam keadaan tenang ketika terjadi perdarahan aktif.·  Mengenali rasional untuk melakukan transfusi darah dan tindakan guna mengatasi perdarahan.·  Melakukan tindakan untuk mencegah trauma (misalnya, menggunakan sikat gigi yang lunak, membuang ingus secara perlahan-lahan, menghindari terbentur serta terjatuh, menghindari mengejan

1.      Amati setiap feses yang dieksresikan untuk memeriksa warna, konsistensi dan jumlahnya.2.      Waspadai gejala ansietas, rasa penuh pada epigastrium, kelemahan dan kegelisahan.3.      Periksa setiap feses dan muntahan untuk mendeteksi darah yang tersembunyi.4.      Amati manifestasi hemoragi: ekimosis, epitaksis, petekie dan perdarahan gusi.5.      Catat tanda-tanda vital dengan interval waktu tertentu.6.      Jaga agar pasien tenang dan membatasi aktivitasnya.7.      Bantu dokter dalam memasang kateter untuk tamponade balon esofagus.8.      Lakukan observasi selama transfusi darah dilaksanakan.9.      Ukur dan catat sifat, waktu serta jumlah muntahan.10.  Pertahankan pasien dalam keadaan puasa jika diperlukan.11.  Berikan vitamin K seperti yang diresepkan.12.  Dampingi pasien secara terus menerus selama episode perdarahan.13.  Tawarkan minuman dingin lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan).

1.      Memungkinkan deteksi perdarahan dalam traktus gastrointestinal.2.      Dapat menunjukkan tanda-tanda dini perdarahan dan syok.3.      Mendeteksi tanda dini yang membuktikan adanya perdarahan.4.      Menunjukkan perubahan pada mekanisme pembekuan darah.5.      Memberikan dasar dan bukti adanya hipovolemia dan syok.6.      Meminimalkan resiko perdarahan dan mengejan.7.      Memudahkan insersi kateter kontraumatik untuk mengatasi perdarahan dengan segera pada pasien yang cemas dan melawan.8.      Memungkinkan deteksi reaksi transfusi (resiko ini akan meningkat dengan pelaksanaan lebih dari satu kali transfusi yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises esofagus)9.      Membantu mengevaluasi taraf perdarahan dan kehilangan darah.10.  Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan resiko trauma lebih lanjut

Page 17: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

pada saat defekasi).·  Tidak mengalami efek samping pemberian obat.·  Menggunakan semua obat seperti yang diresepkan.·  Mengenali rasional untuk melakukan tindakan penjagaan dengan menggunakan semua obat.

14.  Lakukan tindakan untuk mencegah trauma :a.  Mempertahankan lingkungan yang aman.b.   Mendorong pasien untuk membuang ingus secara perlahan-lahan.c.   Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari penggunaan tusuk gigi.d.  Mendorong konsumsi makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi.e.   Melakukan kompres dingin jika diperlukan.f.    Mencatat lokasi tempat perdarahan.g.   Menggunakan jarum kecil ketika melakukan penyuntikan.15.  Berikan obat dengan hati-hati; pantau efek samping pemberian obat.

pada esofagus dan lambung.11.  Meningkatkan pembekuan dengan memberikan vitamin larut lemak yang diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah.12.  Menenangkan pasien yang merasa cemas dan memungkinkan pemantauan serta deteksi terhadap kebutuhan pasien selanjutnya.13.  Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjut dengan meningkatkan vasokontriksi pembuluh darah esofagus dan lambung.14.  Meningkatkan keamanan pasien.a.  Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan menghindari cedera, terjatuh, terpotong, dll.b.  Mengurangi resiko epistaksis sekunder akibat trauma dan penurunan pembekuan darah.c.  Mencegah trauma pada mukosa oral sementara higiene oral yang baik ditingkatkan.d. Meningkatkan proses penyembuhane.  Mengurangi perdarahan ke dalam jaringan dengan meningkatkan vasokontriksi lokal.

Page 18: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

f.   Memungkinkan deteksi tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat perdarahan sebelumnya.g.  Meminimalkan perambesan dan kehilangan darah akibat penyuntikan yang berkali-kali.15.  Mengurangi resiko efek samping yang terjadi sekunder karena ketidakmampuan hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi) obat secara normal.

Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologi (hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites)

Tujuan: Peningkatan rasa kenyamananKriteria Hasil:·      Mempertahankan tirah baring dan mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa.·      Menggunakan antipasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan.·      Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen.·      Melaporkan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa.·      Mengurangi asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan untuk mengatasi asites.·      Merasakan

1.     Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen.2.     Berikan antipasmodik dan sedatif seperti yang diresepkan.3.     Kurangi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.

1.     Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hati.2.     Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen.3.     Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk mengevaluasi intervensi.4.     Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.

Page 19: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

pengurangan rasa nyeri.·      Memperlihatkan pengurangan rasa nyeri.·      Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai.

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.

Tujuan: Pemulihan kepada volume cairan yang normalKriteria Hasil:·       Mengikuti diet rendah natrium dan pembatasan cairan seperti yang diinstruksikan.·       Menggunakan diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek samping.·       Memperlihatkan peningkatan haluaran urine.·       Memperlihatkan pengecilan lingkar perut.·       Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.

1.     Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.2.     Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang dipreskripsikan.3.     Catat asupan dan haluaran cairan.4.     Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.5.     Jelaskan rasional pembatasan natrium dan cairan.

1.     Meminimalkan pembentukan asites dan edema.2.     Meningkatkan ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta elektrolit yang normal.3.     Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.4.     Memantau perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan.5.     Meningkatkan pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.

Pola napas yang tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks

Tujuan: Perbaikan status pernapasanKriteriaHasil:·       Mengalami perbaikan status pernapasan.·       Melaporkan pengurangan gejala sesak napas.·       Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat.·       Memperlihatkan frekuensi respirasi

1.     Tinggalkan bagian kepala tempat tidur.2.     Hemat tenaga pasien.3.     Ubah posisi dengan interval.4.     Bantu pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis.a.       Berikan dukungan dan pertahankan posisi selama menjalani

1.     Mengurangi tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.2.     Mengurangi kebutuhan metabolik dan oksigen pasien.3.     Meningkatkan ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada

Page 20: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

yang normal (12-18/menit) tanpa terdengarnya suara pernapasan tambahan.·       Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.·       Memperlihatkan gas darah yang normal.·       Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis.

prosedur.b.      Mencatat jumlah dan sifat cairan yang diaspirasi.c.       Melakukan observasi terhadap bukti terjadinya batuk, peningkatan dispnu atau frekuensi denyut nadi.

semua bagian paru).4.     Parasentesis dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.a.      Menghasilkan catatan tentang cairan yang dikeluarkan dan indikasi keterbatasan pengembangan paru oleh cairan.b.      Menunjukkan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh pneumotoraks atau hemotoraks (penumpukan udara atau darah dalam rongga pleura).

Page 21: Laporan Pendahuluan Sirosis Hati

DAFTAR PUSTAKA

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 2006, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002,  NANDA

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Soeparman. (2004). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.