LP HDR new
description
Transcript of LP HDR new
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA
HARGA DIRI RENDAH
Disusun Oleh :
FARIDATUN NIKMAH
010112a032
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
B. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri atau cita – cita atau
harapan langsung menghasilkan perasaan bahagia. (Keliat, 2005).
Harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri. Harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional (trauma) atau kronis (negatif self evaluasi yang telah berlangsung lama). Dan
dapat di ekspresikan secara langsung atau tidak langsung (nyata atau tidak nyata). Stuart dan
Sundeen, 2006; hal. 228).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk kehilangan
rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa ( Depkes RI, 2000 )
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri
yang negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung ( Towsend,
1998 )
C. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :
1. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
a. Penolakan orang tua
b. Harapan orang tua yang tidak realistis
c. Kegagalan yang berulang kali
d. Kurang mempunyai tanggung jawab personal
e. Ketergantungan pada orang lain
f. Ideal diri tidak realistis
2. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( eksternal or internal sources ) yang dibagi lima kategori.
a. Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami
individu dalam peran atau posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran
yaitu perkembangan, situasi dan sehat-sakit.
b. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 352); Keliat, B.A (1994 : 20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya : malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya : saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya orang bodoh
dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang memilih
alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
E. PATHWAY
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
a. Memberi kesempatan untuk berhasil
b. Menanamkan gagaasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
2. Penatalaksanaan Medis
a. Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh,
tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b. Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral
serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
Faktor predisposisi (biologis, psikologis, sosiokultural)
Faktor presipitasi (lingkungan, interaksi dengan orang lain)
Faktor perilaku
Ketidakmampuan menghadapi stressor
Gangguan gambaran diri
Gangguan identitas diri
Gangguan peran diri
Gangguan pada ideal diri
Gangguan pada Harga diri
Gangguan Konsep Diri
Harga Diri Rendah
c. Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan
idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis
dan obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas
terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai
tujuan ( Seraquel, 2004 )
3. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual
atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan
penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )
4. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan
padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi
berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi
masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
NoMasalah
KeperawatanData Subyektif Data Obyektif
1 Masalah utama :
Gangguan konsep
diri : harga diri
rendah
- Mengungkapkan ingin diakui
jati dirinya
- Mengungkapkan tidak ada lagi
yang peduli
- Mengungkpakan tidak bisa apa-
apa
- Mengungkapkan dirinya tidak
berguna
- Mengkritik diri sendiri
- Merusak diri sendiri
- Merusak orang lain
- Menarik diri dari
hubungan sosial
- Tampak mudah
tersinggung
- Tidak mau makan dan
tidak tidur
2 MK : Penyebab - Mengungkapkan - Tampak
Keputusasaan ketidakmampuan dan meminta
bantuan orang lain
- Mengungkapkan malu dan
tidak bisa bila diajak
melakukan sesuatu
ketergantungan pada
orang lain
- Tampak sedih dan tidak
melakukan aktivitas
yang seharusnya dapat
dilakukan
- Wajah tampak murung
3 MK : Akibat
Isolasi sosial :
menarik diri
- Mengungkapkan tidak berdaya
dan tidak ingin hidup lagi
- Mengungkapkan enggan
berbicara dengan orang lain
- Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan orang lain
- Ekspresi wajah kosong
- Tidak ada kontak mata
ketika diajak bicara
- Suara pelan dan tidak
jelas
H. POHON MASALAH
Isolasi sosial : menarik diri
Keputusasaan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
2. Keputusasaan
3. Isolasi Sosial : Menarik diri
J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa I : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
a. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Core Problem
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya :
Sapa klien.
Beri salam/panggil nama klien.
Tanyakan nama panggilan kesukaan klien.
Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan.
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Klien dapat mengidentifi kasi kemampuan & aspek positif yang dimiliki.
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Setiap bertemu klien hindar kan dari memberi penilaian negatif.
Utamakan memberi pujian yang realistik.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
Tindakan :
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilakukan.
Diskusikan kemampuan yg dapat dilanjutkan.
4) Klien dapat merencana kan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilaku kan setiap hari
sesuai kemampuan.
Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi dan kondisi klien.
Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
5) Klien dpt melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan
kemampuannya.
Tindakan :
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
Beri pujian atas keberhasil an klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6) Klien dapat memanfaat kan sistem pendukung yang ada.
Tindakan :
Beri pendkes pada keluarga tentang cara merawat klien dengan HDR.
Bantu keluarga dalam memberi dukungan pada klien.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
2. Diagnosa II : Keputusasaan
a. Tujuan umum : Harga diri klien meningkat.
b. Tujuan khusus :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya :
Sapa klien.
Beri salam/panggil nama klien.
Tanyakan nama panggilan kesukaan klien.
Sebutkan nama perawatan sambil berjabat tangan.
Jelaskan maksud hubungan interaksi.
Jelaskan kontrak yang akan dibuat.
Beri rasa aman dan sikap empati.
Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien .
2) Klien dapat mengekspresi kan perasaannya.
Tindakan :
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan, dan
keprihatinan.
Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
keputusasaan.
Beri dorongan untuk mengekspresikan tentang mengapa harapan
mempunyai kegagalan.
3) Klien dapat meningkatkan harga diri.
Tindakan :
Bantu untuk memahami bahwa klien dpt mengatasi keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
4) Klien dapat menggunakan koping yang konstruktif.
Tindakan :
Ajarkan untuk mengantisi pasi pengalaman-pengala man yang klien
senang lakukan setiap hari.
Bantu untuk mengenali hal-hal yang klien senangi, dan mengesampingkan
tentang kegagalan.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yg mempunyai
suatu masalah yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif dalam
mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.
5) Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
Tindakan :
Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang
dianut).
Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan agama).
Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling, pemuka agama).
3. Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- Klien – Perawat
- Klien – Perawat – Perawat lain
- Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain
- K – Keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
- Salam, perkenalan diri
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
- Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
- Perilaku menarik diri
- Penyebab perilaku menarik diri
- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
- Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
- Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi II, Jakarta : EGC, 2005
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Townsend, Mary C, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri,
Edisi 3, Jakarta : EGC, 1998
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000