Tetanus Farras

37
Tetanus Pembimbing : dr. Fuad H,Sp.S M.Kes Mahdy Farras 2009730141 RSUD Banjar 2015

description

asd

Transcript of Tetanus Farras

Tetanus

Pembimbing : dr. Fuad H,Sp.S M.KesMahdy Farras 2009730141

RSUD Banjar2015

Definisi

• Tetanus merupakan gangguan neurologis

yang ditandai dengan meningkatnya tonus

otot dan spasme, yang disebabkan oleh

Tetanospsmin.

• Tetanospasmin adalah suatu toksin protein

kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.

Etiologi• Tetanus disebabkan oleh kuman Clostridium

tetani, yang merupakan bakteri batang gram positif berukuran 0,5μm - 1,7μm x 2,1μm - 18,1μm

• bersifat obligat anaerob.• Tersebar di tanah (tahan lama), debu, saluran

pencernaan kuda• Toksin: tetanolisin (hemolisis darah), tetanospasmin

(spamus)

Epidemiologi

• Clostridium tetani banyak ditemukan di dalam tanah dan 10% - 40% kotoran binatang serta sangat menyukai lingkungan yang lembab.

• WHO 1992 memperkirakan 1.000.000 kematian terjadi akibat tetanus di seluruh dunia 580000 tetanus neonatorum, 210.000 di Asia Tenggara, 152000 di Afrika

Patogenesis

• Penyebaran toksin1.masuk ke dalam otot2.melalui sistem limfatik3.penyebaran ke pembuluh darah4.toksin masuk ke ssp

Hubungan antar bentuk manifestasi klinis

dengan penyebaran toksin • ·Tetanus lokal

Pada bentuk ini, penderita biasanya mempunyai antibodi terhadap toksin tetanus yang masuk ke dalam darah, namun tidak cukup untuk menetralisir toksin yang berada di sekitar luka.

• ·Tetanus sefal Merupakan bentuk tetanus lokal yang mengikuti trauma pada kepala. Otot-otot yang terkena adalah otot-otot yang dipersarafi oleh nukleus motorik dari batang otak dan medula spinalis servikalis.

Gejala :trismus, disfagia, rhisus sardonikus, disfungsi nervus kranial

• ·Ascending Tetanus Suatu bentuk penyakit tetanus yng pada awalnya berbentuk lokal biasanya mengenai tungkai dan kemudian menyebar mengenai seluruh tubuh. Setelah terjadi tetanus lokal, toksin disekitar luka masuk cukup banyak dengan cara ascenden masuk ke dalam SSP.

Tetanus umum

toksin melalui peredaran darah masuk ke dalam berbagai otot

dan kemudian masuk ke dalam SSP. Penyakit ini biasanya

didahului trismus kemudian mengenai otot muka, leher, badan

dan terakhir ekstremitas. Hal ini disebabkan panjang sistem

persarafan setiap tempat berbeda-beda, yang paling pendek

adalah yang mengurus otot-otot rahang, kemudian secara

berurutan mengenai daerah lain sesuai urutan panjang saraf.

Manisfestasi klinis

• Trismus• Kekakuan leher• Susah menelan• Kekakuan dada dan perut (opistotonus)• Fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai• Rasa sakit• Kecemasan yang hebat• Kejang umum yang dapat terjadi dengan rangsangan

ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.

Lukisan “Opisthotonus” oleh Sir Charles Bell (1809), seorang dokter bedah dan ahli anatomi, yang menggambarkan seorang tentara yang menderita tetanus

Tetanus neonatorum

Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat, umumnya karena pemotongan tali pusat yang tidak steril dan ibu yang tidak mendapat imunisasi yang adekuat

Gejala

Ketidakmampuan untuk menyusui,

kelemahan diikuti oleh kekakuan dan spasme

Mekanisme kerja toksin tetanus

1.Jenis toksin• Tetanolisin : mengahancurkan sel darah

merah, menambah kondisi optimal untuk berkembangnya bakteri

• Tetanspamin : toksin terhadap saraf. (kecuali saraf sensorik)

2. Toksin tetanus dan reseptornya pada jaringan saraf Toksin tetanus berkaitan dengan gangliosid ujung membran presinaptik, baik pada neuromuskular junction, maupun pada susunan saraf pusat

3. Kerja toksin tetanus pada neurotransmitterTempat kerja utama toksin adalah pada sinaps inhibisi dari susunan saraf pusat, yaitu dengan jalan mencegah pelepasan neurotransmitter inhibisi seperti glisin, Gamma Amino Butyric Acid (GABA), dopamin dan noradrenalin

Perubahan akibat toksin tetanus

1.Susunan saraf pusat2.Aktifitas neuromuskular perifer3.Perubahan pada sistem saraf autonom4.Gangguan Sistem pernafasan5.Gangguan hemodinamika6.Gangguan metabolik7.Gangguan Hormonal

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinisdan riwayat imunisasi : 1. Adanya riwayat luka yang terkontaminasi,

namun 20% dapat tanpa riwayat luka. 2. Riwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak

lengkap

3. Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot perut (opistotonus), rasa sakit serta kecemasan4. Pada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek5. Kejang umum episodik dicetuskan dengan rangsang minimal maupun spontan dimana kesadaran tetap baik.

• Hasil pemeriksaan laboratorium : -Lekositosis ringan-Trombosit sedikit meningkat-Glukosa dan kalsium darah normal-Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat-Enzim otot serum mungkin meningkat-EKG dan EEG biasanya normal

-Kultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil- Kreatinin fosfokinase dapat meningkat karena aktivitas kejang (> 3U/ml)

DIAGNOSIS BANDINGPenyakit Gambaran diferensial

INFEKSI

Meningoensefalitis

Polio

Rabies

Lesi orofaring

Peritonitis

KELAINAN METABOLIK

Tetani

Keracunan striknin

Reaksi fenotiazin

PENYAKIT SISTEM SARAF PUSAT

Status epileptikus

Perdarahan atau tumor (SOL)

KELAINAN PSIKIATRIK

Histeria

KELAINAN MUSKULOSKELETAL

Trauma

Demam, trismus ridak ada, penurunan kesadaran, cairan

serebrospinal abnormal.

Trismus tidak ada, paralisis tipe flasid, cairan serebrospinal

abnormal.

Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya spasme orofaring.

Bersifat lokal, rigiditas atau spasme seluruh tubuh tidak ada.

Trismus dan spasme seluruh tubuh tidak ada.

Hanya spasme karpo-pedal dan laringeal, hipokalsemia.

Relaksasi komplit diantara spasme.

Distonia, menunjukkan respon dengan difenhidramin.

Penurunan kesadaran.

Trismus tidak ada, penurunan kesadaran.

Trismus inkonstan, relaksasi komplit antara spasme.

Hanya lokal.

Tolok ukurNilai

Masa inkubasi Kurang dari 48 jam 5

2 – 5 hari 4

6 – 10 hari 3

11 – 14 hari 2

Lebih dari 14 hari 1

Lokasi infeksi Internal / umbilikal 5

Leher, kepala, dinding tubuh 4

Ekstremitas proksimal 3

Ekstremitas distal 2

Tidak diketahui 1

Penentuan derajat keparahan menurut Phillips:

Imunisasi Tidak ada 10

Mungkin ada / ibu mendapat 8

Lebih 10 tahun yang lalu 4

Kurang 10 tahun 2

Proteksi lengkap 1

Faktor

memperberat

Penyakit / trauma yang membahayakan

jiwa

10

Keadaan yang tidak langsung

membahayakan jiwa

8

Keadaan yang tidak membahayakan jiwa 4

Trauma atau penyakit ringan 2

A.S.A** derajat 1

-tetanus ringan (angka <9 )-tetanus sedang ( 9 – 16 ) dan- tetanus berat ( angka >16 ).

Grade I (ringan) Trismus ringan hingga sedang, spastisitas general, tidak ada distres pernapasan, tidak ada spasme dan disfagia.

Grade II (sedang) Trismus sedang, rigiditas yang tampak, spasme ringan hingga sedang dengan durasi pendek, takipnea ≥ 30 kali/menit, disfagia ringan.

Grade III A (berat) Trismus berat, spastisitas menyeluruh, spasme spontan yang memanjang, distres pernapasan dengan takipnea ≥ 40 kali/menit, apneic spell, disfagia berat, takikardia ≥ 120 kali/menit.

Grade III B (sangat berat)

Keadaan seperti pada grade III ditambah disfungsi otonom berat yang melibatkan sistem kardiovaskuler. Hipertensi berat dan takikardia bergantian dengan hipotensi relatif dan bradikardia, salah satunya dapat menjadi persisten.

Derajat Tetanus Menurut albett

PENATALAKSANAAN

Tiga hal yang harus dilakukan pada manejemen tetanus yaitu : 1. Memberikan perawatan suportif2. Menetralisir toksin dalam sistem sirkulasi3. Menghilangkan sumber tetanospasmin

1. Perawatan umum

- Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya- Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan membuka mulut dan menelan- Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap penderita

• · Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.

• · Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Menetralisir toksin dalam sistem sirkulasi

• · Tetanus Imunoglobulin adalah antitoksin pilihan; dosis 3000-6000 unit diberikan IM atau IV

• · Anti Tetanus Serum : Dosis biasa 50.000 unit IM diikuti 50.000 unit lewat infus lambat IV

3. Eliminasi Bakteri

• Lokasi luka dibersihkan kalau perlu dieksisi. • Kultur luka untuk menemukan bakterinya, tetapi tidak selalu berhasil. • Penicillin adalah drug of choice: berikan prokain

penicillin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam selama 10 hari.

• Untuk pasien yang alergi penicillin dapat diberikan tetracycline, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama 10 hari

4. Suportif Terapi

a. Nutrisi dan cairanb. Menjaga agar pernafasan tetap efisienc. Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang

-contoh :diazepam 0.5-1.0mg/kgBB/4jamd. Neuromuskular blockers

e. Semua penderita tetanus harus tetap dalam

unit perawatan intensif di ruangan yang

tenang dengan cahaya remang sampai

spasme, kejang, dan ketidakstabilan autonom

(perubahan besar tekanan darah) telah

mereda.

komplikasi

• Saluran pernafasan asfiksia, aspirasi pneumonia, atelektasis

• Kardiovaskulartakikardia, hipertensi,• Tulang dan ototfraktur columna vertebralis

akibat kejang yang terus menerus

prognosis

• Tetanus lokal -vitam : dubia ad bonam-functionam : bonam-sanationam : bonam

• Tetanus umum -vitam : dubia ad malam-functionam : dubia ad malam-sanationam : bonam

PENCEGAHAN

1. Imunisasi aktif 2. Mencegah terjadinya luka 3. Merawat luka secara adekuat 4. Pemberian anti tetanus serum (ATS) atau

Tetanus Imunoglobulin (TIG) dalam beberapa jam setelah luka akan memberikan kekebalan pasif, sehingga mencegah terjadinya tetanus akan memperpanjang masa inkubasi .