Asuhan Keperawatan Pada Anak Tetanus FIX
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Pada Anak Tetanus FIX
Asuhan Keperawatan pada Anak Tetanus
Dosen Pengampu : Endang Sumirih., BSc., SPd
Di susun Oleh :
Asih Trimulyani (2420132209)
Diyah Yulita Sari (2420132216)
Dwi Febriarti M (2420132217)
Ririn Rusmiyanti (2420132252)
Kelas 2A
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2015
BAB I
Tinjauan Teori Tetanus
A. Pengertian
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh
kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan
neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan
otot seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka.
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009)
1. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap
dalam beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-
2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf
otak VII diikuti tetanus umum.
3. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku
kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci
(trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan
ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung
beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
4. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila
tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas,
spasme.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional
yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal
tetanus. (8,10) Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada tahun 1981. ada 42 kasus dan tahun
1982 ada 40 kasus tetanus.(8) Biasanya ditolong melalui tenaga
persalianan tradisional ( TBA =Traditional Birth Attedence ) 56 kasus
( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus ( 24,39 % ) ,dan selebihnya melalui
dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ). Berikut ini tabel. Yang memperlihatkan
instrument Untuk memotong tali pusat.
Tabel 1 : BAHAN UNTUK MEMOTONG TALI PUSAT
Sedangkan berikut ini pada tabel 2. Memperlihatkan material yang
dipergunakan untuk tali pusat.
TABEL 2. : MATERIAL UNTUK TALI PUSAT
Jadi dari tabel diatas ( Tabel 2 ) terlihat dari 29 kasus ( 35,37 % ) biasanya
mereka mempergunakan alkohol /spiritus untuk perlindungan terhadap tali
pusat, sedangkan 26 kasus ( 31,70 %) mereka mempergunakan material
yang berbeda berupa herbal origin
Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih
pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung
pada lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya
prognosa makin jelek.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila:
1. Umur bayi kurang dari 7 hari
2. Masa inkubasi 7 hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam
4. Dijumpai muscular spasm.
B. Etiologi
Gangguan neurologis tetanus disebabkan oleh tetanoplasmin yang
dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kuman ini mengeluarkan toxin yang bersifat
neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot dan saraf perifer
setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang. Terdapat: di tanah,
kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora, debu, instrument
lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40 tahun)
C. Patofisiologi
Luka karena kecelakaan
Luka goresLuka tusuk
Perawatan luka yg salah
Keadaan luka anaerob
Kuman berkembang biak
dan memperbanyak diri
Menghasilkan toksin tetanus Ketidakefektifan
yg menyebar keseluruh tubuh termoregulasi
Toksin melekat pada
Sambungan neuromuskular
Menghambat penghantaran
neurotransmiter
Spasme otot
Kekakuan otot-otot maseter Timbul Gejala Kejang Otot gerak/ekstremitas
Susah menelan Kehilangan koordinasi otot besar & kecil paru Kekakuan
Immobilisasi
Penumpukan sekret Gangguan ventilasi spontan Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan nafas tidak efektif Nyeri akut
Obstruksi trachea brachial
Indikasi trakeostomi Resiko Infeksi
D. Manifestasi Klinis
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama)
rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala
pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama:
regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari
setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan
lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009)
Pemeriksaan fisis (Sumarmo, 2002)
1. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka
mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak
dahi mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar
kebawah.
3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot
punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya
hanya terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar,
atau terkena sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang
yang terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat
menimbulkan anoksia dan kematian.
Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:
1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran
membuka mulut (trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
3. Otot leher
4. Otot dada
5. Merambat ke otot perut
6. Otot lengan dan paha
7. Otot punggung, seringnya epistotonus
8. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
9. Iritabilitas
10. Demam
Gejala penyerta lainnya:
1. Keringat berlebihan
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009):
1. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai
sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit
atau tanpa disfagia
2. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme
singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR ≥ 30x/
menit, disfagia ringan.
3. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR ≥ 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat,
takikardia ≥ 120.
4. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan
sistem kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan
dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.
E. Penatalaksanaan
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a. Hiperimun globulin (paling baik)
Dosis: 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak
dapat menembus barier darah-otak
b. Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat
clostridium: luka paku berkarat), luka yang besar, luka yang
terlambat dirawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher
dan muka, dan luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu
sebanyak 1500 IU – 4500 IU
ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi
membunuh kuman tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin
yang dikeluarkan clostridium tetani disekitar luka yang kemudian
menyebar melalui sirkulasi menuju otak.
Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:
Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul)
IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan
kiri)
IM di region gluteal 10.000 IU
2. Perawatan luka
a. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan
terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C.
Tetani untuk berkembang biak)
b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24
jam IV) selama 10 hari
c. Alternatif
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4
dosis
Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang
hanya dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.
3. Berantas kejang
a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
b. Preparat anti kejang
c. Barbiturat dan Phenotiazim
Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2
jam untuk optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur
tetapi berespon segera bila dirangsang
Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15
mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
4. Terapi suportif
a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
b. Perawatan umum, oksigen
c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral,
hindari dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi interal
merupakan pilihan selain berfungsi untuk mencegah atropi saluran
cerna.
e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin
F. Komplikasi Tetanus (Sudoyo Aru, dkk 2009)
1. Aspirasi
2. Apnea
3. Hipoksia
4. Gagal nafas
5. Hipertensi
6. Gagal jantung
7. Perdarahan
8. Penurunan berat badan
G. Pencegahan
1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah
suntukan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5
tahun
2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun.
3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
TETANUS NEONATORUM
Khasus
Ny D berumur 25 tahun, seminggu yang lalu melahirkan seorang anak perempuan
di dukun bayi ..Ny. D datang bersama bayinya tanggal 17 Novenber 2015. Ny D
mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan mulut bayinya
mencucu seperti mulut ikan disertai kejang. Setelah diperiksa bidan mendapatkan
Keadaan umum anak sering menangis, tampak gelisah dan lemah , Suhu 39.5ºC,
Pernafasan 48 x/menit, Nadi 124x/menit , BB sekarang 2600 gr, PB sekarang 49
cm.
A. PENGKAJIAN
Format Pengkajian
1. Bayi
Nama Bayi : inisial D
Umur Bayi : 8 hari
Tgl Lahir : 8 Maret 2015
Jenis Kelamin : perempuan
Berat Badan : 2700 gr
Panjang Badan : 49 cm
2. Orang Tua
Nama : Ny D Nama Suami :Tn Z
Umur : 25 th Umur :28 th
Suku :WNI Suku :WNI
Agama :Islam Agama :islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Wiraswasta
No.Telp :081355675678 No. Telp :0823664545451
Alamat :SITEBA,jln pdk kopi Alamat : SITEBA,jln pdk
kopi II
Keluhan : Ny. D mengatakan bahwa bayinya panas, tidak mau menyusu dan
mulut bayinya mencucu seperti mulut ikan disertai kejang.
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bayinya panas, kejang dan mulut bayi mencucu seperti
mulut ikan
b. Riwayat kesehatan lalu
Bayi lahir aterm, tidak ada kelainan
c. Riwayat persalinan
Hamil ke Thn lahir Lama dan jenis persalinan Penolong dan tempat
BBL Keadaan anak
1 2007 8 jam Dukun, dirumah BB : 2.700
PB : 49 Normal
d. Imunisasi
Ibu mengatakan anaknya telah diimunisasi pada hari ke-2 setelah
persalinan
e. Aktivitas
Aktivitas melemah, terus menangis
f. Riwayat kesehatan keluarga
Ayah dan ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit menular
ataupun penyakit keturunan.
2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : anak tampak gelisah dan lemah
Suhu : 38.5ºC
Pernafasan : 48 x/menit
Nadi :124x/menit
BB sekarang : 2600 gr
PB sekarang : 49 cm
3. Pola Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit : bayi minum ASI sebanyak 6-8 x/hari
Sesudah sakit : bayi tidak mau menyusui
2. Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 3 x/hari, BAK 5-6 x/hari
Sesudah sakit : BAB 1 x/hari, BAK 2-3 x/hari
3. Personal Hygiene
Sebelum sakit : 2 x/hari mandi kering
Sesudah sakit : 2 x/hari mandi kering
4. Istirahat
Sebelum sakit : tidur 18-20 jam/hari
Sesudah sakit : tidur 5-6 jam/hari
5. Aktivitas
Sebelum sakit : bayi aktif tampak bugar
Sesudah sakit : bayi tampak lemah dan aktivitas terganggu
Pemeriksaan fisik
Kepala : Kepala normal, simetris, tidak ada caput succedaneum, tidak
adacepal hematom ataupun luka, rambut tipis
Wajah : Simetris, bentuk oval, tidak ada oedem maupun luka, warna kulit
kemerahan, tidak ada paralisis, tidak monface
Mata : Lengkap, simetris, tidak ada kelainan pada mata, skelera tidak
kuning, konjungtiva tida pucat, tidak ada perdarahan pada mata,
tidak ada tanda – tanda infeksi
Hidung : Simetris, hidung berlubang kanan dan kiri, tidak ada pernafasan
cuping hidung
Mulut : Bersih, bibir warna merah, reflek menelan dan menghisap kuat,
tidak ada labioplatoskizis dan labioskisis
Telinga : Simetris, tidak ada kelainan
Leher : Simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
Ketiak : Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, pernafasan kombinasi
dada dan perut
Abdomen : Simetris, keadaan tali pusat baik (talpus terbungkus kasa), tidak
ada perdarahan tali pusat
Genetalia : Tidak ada kelainan, labia mayora sudah menutupi labia minora
Anus : Tidak ada kelainan, anus berlubang
Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktil ataupun sindikatil
Antropometri
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 35 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm
Pemeriksaan penunjang
Periksa lab : leukosit 5400 ul
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
DO : Ku:anak tampak
gelisah dan lemah
N :124x/menit
S :39.5ºC
DS : Ny. D
mengatakan
bahwa bayinya
panas
Proses penyakit Ketidakefektifan
termoregulasi
Ny. D
mengatakan
bahwa bayi tidak
mau menyusu dan
mulut bayinya
mencucu seperti
mulut ikan,
disertai kejang.
DS : Bayi tampak rewel
dan sering menangis
DO : Byi kejang, otot
tampak kaku
Agen injuri biologi
(spasme otot)
Nyeri akut
DS : Ny D. Mengatakan
anaknya sesak
DO : Dyspneu , RR :
48x/m
Gangguan
muskoloskelektal
Resiko ketidakefektifan
pola nafas
C. Diagnosa Prioritas
1. Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan
muskoloskelektal
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (spasme otot)
D. Nursing Care Plan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Resiko
ketidakefektifan
pola nafas
berhubungan
dengan gangguan
muskoloskelektal
Setelah dilakukan tidakan
keperawatan selama proses
diharapkan bersihan jalan nafas
efektif
NOC: Respiratori status: Airways
patency
Kriteria Hasil :
Menunjukan jalan nafas
yang paten.
Vital sign dalam rentan
normal
NIC: Airways management
Intervensi:
Monitor vital sign
Buka jalan nafas (posisi kepala
ekatensi)
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
Pertahankan posisi jalan nafas yang
paten
Pasang mayo bila perlu
Monitoring aliran oksigen
Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
Berikan kasa basah NaCl lembab
Atur intake cairan untuk
mengoptimalkan keimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor sianosis perifer
2 Ketidakefektifan
termoregulasi
berhubungan
dengan proses
penyakit
Setelah dilakukan tidakan
keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan status
termoregulasi efektif
NOC: Immune status
Kriteria hasil :
Temperature stabil
Tidak ada kejang
Tidak ada perubahan warna
kulit
NIC: Temperature regulation
Intervensi:
Monitor vital sign
Monitor suhu tiap 2 jam
Monitor tanda-tanda hipotermia
dan hipertermia
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
Berikan antipiretik jika perlu
3 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen injuri
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan nyeri
NIC: Pain management
Intervensi:
Identifikasi nyeri yang dirasakan
biologis (spasme
otot)
berkurang
NOC: Control nyeri, pain level,
comfort pain
Kriteria Hasil:
Bayi tampak lebih tenang
Frekuensi menangis
berkurang
Frekuensi kejang
berkurang
Ekspresi wajah tampak
tenang (rileks)
klien (P, Q, R, S, T)
Monitor tanda-tanda vital.
Berikan tindakan kenyamanan.
Berikan analgetik sesuai indikasi
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan., pencahayaan dan
kebisingan.
E. Implementasi
Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal
Hari/ Tgl Waktu Implementasi Evaluasi Ttd
08.30 Monitor vital sign DS : -
08.45 Buka jalan nafas (posisi kepala ekatensi)
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Pertahankan posisi jalan nafas yang paten
Pasang mayo bila perlu
Monitoring aliran oksigen
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan kasa basah NaCl lembab
Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor pola pernafasan abnormal
Monitor sianosis perifer
DO : TTV : N : 120x/menit S : 39 ºC RR : 40x/m
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
Dx : Resiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan muskoloskelektal
Hari/ Tgl Waktu Implementasi Evaluasi Ttd
Monitor vital sign
Monitor suhu tiap 2 jam
Monitor tanda-tanda hipotermia dan hipertermia
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
Berikan antipiretik jika perlu
Dx : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (spasme otot)
Hari/ Tgl Waktu Implementasi Evaluasi Ttd
Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
Monitor tanda-tanda vital.
Berikan tindakan kenyamanan.
Berikan analgetik sesuai indikasi
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan., pencahayaan dan kebisingan.
DAFTAR PUSTAKA
http://health.yahoo.com/ency/adam/00615.last diakses pada tanggal 14 Maret
2015
http://Medindia.net/patients/patientinfo/poll/vote_comfirm.asp diakses pada
tanggal 14 Maret 2015
http://www.nfid.org/factsheets/tetanusadult.html. diakses pada tanggal 14 Maret
2015
http://arindracase.blogspot.com/2014/10/laporan-pendahuluan-tetanus.html ,
diakses pada 14 Maret 2015
Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2,
Cetakan I, Medika FK UGM, Yogyakarta
Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996, Nursing Intervention
Classification (NIC), Second edition, Mosby Year Book Inc, St. Louis
Nanda, 2001, Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2001-2002, Ed-,
United States of America
Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis&
nanda nic noc jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2, 3, edisi
keempat. Internal Publising. Jakarta
Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi kedua.IDAI.
Jakarta