ASUHAN KEPERAWATAN PROLAKINOMA
-
Upload
ifke-adriana-manuho -
Category
Documents
-
view
157 -
download
11
description
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN PROLAKINOMA
Nama dosen : Annastasia Sintia Lamonge
Mata kuliah : Sistem Endokrin
ASUHAN KEPERAWATAN PROLAKTINOMA
Disusun oleh : Kelompok 8
Ifke Adriana Manuho 14061100
Juliana Ariyani 14061064
Diana Kapoh 14061078
Grasela Lelemboto 14061087
Birgita Sikopong 13061085
Benadikta Tandaju 14061085
Sandi Padang 14061098
Renelli Pangkey 14061178
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan karena atas tuntunan serta penyertaannya makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PROLAKTINOMA” ini dapat terselesaikan.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas sistem endokrin dimana bertujuan menanbah wawasan mahasiswa mengenai prolaktinoma, serta menjadi acuan belajar bagi para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran demi perbaikan dalam pembuatan makalah kedepannya.
Kami penyusun makalah ini menyampaikan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Manado, Maret 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Tujuan C. Manfaat
BAB II TEORI
A. DefinisiB. EtiologiC. Anatomi dan fisiologiD. Manifestasi klinisE. PatofisiologiF. KomplikasiG. Pemeriksaan penunjangH. Penatalaksanaan I. Konsep asuhan keperawatan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKelenjar pituitari (hipofisis) memproduksi macam-macam hormon yaitu:
GH, TSH, ACTH, FSH & LH, LTH.LTH (PRL) merangsang kelenjar mammae untuk menghasilkan air susu
serta memacu ovarium untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Prolaktinoma adalah kondisi medis yang ditandai dengan pertumbuhan tumor jinak, yang timbul dari sel-sel di kelenjar hipofisis yang berperan untuk menghasilkan hormone prolaktin pada kelenjar mammae.
Pada penderita prolaktinoma, produksi berlebihan hormon ini oleh kelenjar hipofisis menyebabkan keluarnya air susu meskipun wanita tersebut sedang tidak menyusui. Hal ini juga dapat menyebabkan gejala, seperti nyeri saat hubungan seksual karena keringnya vagina, penurunan ketertarikan seksual, nyeri pada payudara, periode menstruasi yang abnormal dan gangguan penglihatan. Prolaktinoma sering kali ditemukan pada usia kurang dari 40thn. Meskipun kondisi ini secara umum berhubungan dengan wanita, namun tidak meutup kemungkinan pria juga dapat menderita kondisi ini. Gejala yang ditunjukan pada pria seperti pembesaran payudara, disfungsi ereksi, dan penurunan pertmbuhan rambut tubuh.
B. Tujuan1. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit prolaktinoma2. Untuk mengetahui asuhan keperawata pada pasien prolaktinoma
C. Manfaat1. Menamba wawasan mahasiswa mengenai penyakit prolaktinoma2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan prolaktinoma
BAB II
TEORI
A. DefinisiHipersekresi prolaktin (prolaktinema) adalah abnormalitas endokrin yang sering di temukan dan di sebabkan oleh gangguan hipotalamik – hipofisis. Prolaktin (PRL) merupakan hormone yang paling banyak di keluarkan oleh adenoma hipofisis hiprsekresi PRL mengakibatkan galaktorea dan disfungsi gonad,.
B. Etiologi1. Gangguan pada hipotalamus (peningkatan hormone TRH) 2. Gangguan pada hipofisis (seperti adanya tumorpada hipofisis baik berupa mikro ataupun makro)3. Obat-obatan 4. Neurogenik seperti adanya luka pada dinding dada sehingga menstimulasi terjadinya peningkatan prolaktin 5. Penurunan eliminasi prolaktin dalam tubuh di sebabkan oleh rendahnya bersihan prolaktin dalam sirkuasi sistemik tubuh dn stimulasi prolaktin langsung pada pusat
C. Anatomi dan Fisiologi
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak
didalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis
mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya, sehingga
disebut kelenjar pemimpin, atau master of gland. kelenjar hipofisis terdiri dari
dua lobus, yaitu lobus anterior dan lobus posterior.
Fungsi hipofisis anterior ( adenohipofise ) menghasilkan sejumlah hormon
yang bekerja sebagai zat pengendali produksi dari semua organ endokrin
yang lain, yaitu :
Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan
tubuh (tulang, otot, dan organ-organ lain).
Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik
kelejar tiroid.
Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan
kortisol yang berasal dari kortex suprarenal.
Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan
folikel dan sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk
merangasang pertumbuhan tubulus seminiferus, dan spermatogenesis.
Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan korpusluteum,
menebalkan dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan pada testis, untuk
sekresi testoteron
Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankan korpus
luteum selama hamil.
Fungsi hipofisis posterior,yaitu:
Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melaluiginjal,
reabsorbsi air, dan mengendalikan tekanan darah padaarteriole.
Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi
dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.Hormon prolaktin adalah hormon
yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis bagian anterior
(depan). Hormon ini ada pada laki-laki dan perempuan. Prolaktin benyak
terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ia adalah hormon penting
yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu, sehingga pada saat
diperlukan siap berfungsi.Hormone ini juga diproduksi oleh plasenta.Fungsi
hormon prolaktin yaitu :
berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan,mempengaruhi inisiasi
kelenjar susudan mempertahankan laktasi serta menstimulasi sel di dalam
alveoli untuk memproduksi ASI.
Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat
oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.Kadar normal hormon
prolaktin di dalam darah sekitar 5-10 mg/mL.Sekresi hormon prolaktin
meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan hipoglikemia.
Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika
bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian
bereaksi mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah
menuju kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat
susu untuk bekerja, memproduksi susu.
Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi
menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama
kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu
selesai, barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai dipayudara dan
merangsang sel-sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormone Prolaktin
bekerja untuk produksi susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisapbayi saat
ini, sudah tersedia dalam payudara, di Sinus Laktiferus.Hormon oksitosina
adalah hormone yang dihasilkan kelenjar hipofisis bagian posterior
(belakang).
Setelah menerima rangsangan dari payudara, otak juga mengeluarkan
hormon Oksitosin selain hormon Prolaktin.
Hormon Oksitosin diproduksi lebih cepat daripada Prolaktin.
Hormon ini juga masuk ke dalam aliran darah menuju payudara.
Di payudara, hormon Oksitosin ini merangsang sel-sel otot
untuk berkontraksi.Oksitosin berfungsi :Mengencangkan otot halus dalam
rahim pada saat melahirkan, merangsang terjadinya kontraksi yang penting
dalam proses pembukaan vagina sebelum melahirkan dan ketika proses
melahirkan, setelah melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitaral veoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down / milk ejectionreflex dan membantu
mengembalikan uterus pada ukuran sebelumnya dan membantu
menghentikan pendarahan pasca persalinan.
D. Manifestasi klinis
1. efek langsung dari prolaktin yang berlebihan, seperti induksi galaktorea
atau hipogonadisme;
2. efek dari lesi struktural (sepertitumor hipofisis), yang menyebabkan
gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait disfungsi
sekresi hormon hipofisis anterior. Pasien biasanya datang dengan keluhan
gangguan menstruasi amenorea atau oligomenorea atau siklus regular tetapi
dengan infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh menoragia atau galaktorea.
Galaktorea jarang terjadi pada wanita postmenopause akibat kurangnya
estrogen. Pada fase lanjut dapat timbul gejala akibat perluasan tumor (misalnya
nyeri kepala, gangguan visus,dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala
akibat kegagalan kelenjar adrenal atau gangguan tiroid sekunder. Manifestasi
klinis hiperprolaktinemia umumnya berasal diari efek prolaktin pada payudara
dan fungsi gonad. Kurang lebih 90% penderita wanita dengan
hiperprolaktinemia mengalami galaktorea. Galaktorea dapat terjadi unilateral
ataubilateral, klinis atau sub-klinis, spontan atau dirangsang, dan dapat bersifat
encer atau kental. Namun galaktorea bukan hormon khas dari
hiperprolaktinemia karena ia dapat terjadi tanpa adanya hiperprolaktinemia.
Gejala tersering pada wanita premenopause adalah amenorea daninfertilitas.
Wanita amenore karena hiperprolaktinemia tidak mengalami atrofi payudara
seperti pada wanita postmenopause lainnya. Pada pemeriksaan, didapatkan
payudara dan areola terbentuk sempurna dengan tuberkel Montgomery yang
hiperplastik. Bila dilakukan pemijatan dari arahperifer menuju areola untuk
mengosongkan duktus laktaris, diikuti dengan penekanan areola untuk
mengosongkan sinus laktaris, dapat ditemukan galaktorea. Efek prolaktin
terhadap gonad kemungkinan disebabkan oleh gangguan pulsatilitas normal
dari gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan perubahan sekresi
luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH). Hal ini akan
berakibat pada anovulasi, dengan gejala amenorea atau oligomenorea dan
infertilitas. Biasanya penderita mengalami oligomenorea, namun dapat juga
mengalami menstruasi teratur.
3. Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder
yaitu penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah
nilaiprolaktin kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat
kembali tetapi tidak mencapai nilai normal. Manifestasi klinis akibat
peningkatan kadar prolaktin dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni yang
diakibatkan secara langsung oleh kadar prolaktin yang berlebihan dan
manifestasi klinis akibat hipogonadisme.
E. Patofisiologi
Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara untuk
berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen menstimulasi
proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas sel ini pada
wanita usia premenopause, terutama saat kehamilan. Namun,laktasi dihambat
oleh kadar estrogen dan hormone essa yang tinggi saat kehamilan. Penurunan
kadar estrogen dan hormone essa yang cepat pada periode pasca persalinan
akan menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi dan menyusui, ovulasi dapat
ditekan akibat supresi gonadotropin oleh prolaktin.Seperti kebanyakan
hormone hipofisis anterior lainnya, prolaktin diregulasi oleh hormone
hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis. Pada umumnya,
sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik,yang menghalangi pelepasan
prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neurotransmitter hormone, yang bekerja pada
reseptor tipe-D2 yang terdapat pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal
stimulatorik dimediasi oleh hormonhipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-
releasing hormone ) danVIP (vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan
antara kedua sinyal tersebutmenentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari
kelenjar hipofisisanterior. Jumlah yang dikeluarkan melalui ginjal turut
menentukan konsentrasi prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme
(keadaan dimana kadar TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP
meningkatkan kadar prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan
meningkatkan kadar adenosine cyclic phosphate. Menurunnya kadar ormone
dapat menyebabkan sekresi prolaktin yang berlebihan. Proses yang dapat
mengganggu sintesis ormone, transpordopamin ke kelenjar hipofisis, atau
efeknya terhadap sel laktotrof, dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia.Secara
praktis, dapat diingat 3P yaitu Physiological, Pharmacological dan
Pathological.
Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari
kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopablockers, ormoneessant,
danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit hipotalamo-
hipofisis, cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis dan
sirosis hati. Manifestasiklinis pada hiperprolaktinemia adalah akibat pengaruh
hormone terhadap jaringan targetprolaktin, yaitu hormon reproduksi dan
jaringan payudara dari kedua jeniskelamin.
F. Komplikasi
Komplikasi tergantung dari ukuran tumor dan efek fisiologik dari
kondisitersebut; komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah
1. kebutaan
2. pendarahan
3. osteoporosis
4. dan infertilitas.
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan hormone prolaktin
2. Pemeriksaan MRI
3. Pengukuran hormone TSH
4. Pengukuran kadar ureum kreatinin
5. CT scan
H. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia atau
mengurangi ukuran tumor. Penatalaksanaan antara lain:
1. Memperhatikan penyebab terjadinya hiperprolaktinemia, seperti dengan
menghentikan obat-obatan yang mengakibatkan hiperprolaktinemia dan pada
penderita dengan hipotiroidisme dengan memberikan terapi hormone
replacement. Medikamentosa dopamine agonist , bromocriptine mesylate
merupakan obat pilihan utama. Bromocriptine dapat menurunkan kadar
prolaktin sebanyak 70-100%, dan memulihkan proses ovulasi pada wanita
usia premenopause.
2. Pada pasien dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap
obat tersebut, dapat diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24
bulan dan dihentikan jika kadar prolaktin telah kembali ke nilai normal.
Bromocriptine juga dapat digunakan untuk mengecilkan ukuran
makroadenoma. Jika pengobatan medikamentosa gagal, maka indikasi untuk
dilakukan operasi. Operasi indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain
adalah pasien dengan intoleransi obat, tumor yang resisten terhadap
terapimedikamentosa, atau pada pasien dengan gangguan lapang pandang
yang persisten meskipun telah diberikan terapi medikamentosa (manifestasi
akibat penekanan tumor).
3. Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil
dapat diobati dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.
I. Konsep Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian sekunder
1. Identitas
a. Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan
mempunyai insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
c. Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah
dahi kabur atau penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang
disebabkan oleh tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada
wajah, demensia, perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau
berkurang.
d. Riwayat penyakit sekarang
e. Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan
pandangan kabur.
f. Riwayat penyakit dahulu
2. Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh,
Kaji apakah klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
B. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
o Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian
tubuh (jika timbul saat usia dini)
o Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada
ujung-ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia
dewasa)
o Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
o Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
o Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
b. Palpasi :
o Terdapat nyeri kepala
o Terdapat kelemahan otot tonus otot
3. Pengkajian data dasar
1. Aktifitas /istirahat :
o Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
o Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
o Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
o Kelemahan otot.
2. Sirkulasi
o Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
o Takikardi.
3. Integritas ego
o Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan fisik.
4. Eliminasi.
o Perubahan pola berkemih.
o Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
5. Makanan/cairan :
o Nafsu makan menurun
o Malnutrisi
o Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
o Perubahan pada kelembababn/turgor kulit, edema.
6. Neurosensori.
o Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.
o Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)
7. Nyeri/kenyamanan
o Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermiten, sering sekali membuat
pasien terbangun. Mungkin terlokalisasi, pada posisi tertentu.
8. Keamanan
o Demam
o Suhu meningkat (37,950 C atau lebih)
o menggigil
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
o Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
o Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor
hipofisis
o GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
o Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)
o Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan
sekresi ADH
o Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
o Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
C. RENCANA KEPERAWATAN
I. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus.
Tujuan
o Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil
o Melaporkan nyeri berkurang.
o Klien tampak tenang
o Skala nyeri bahkan hilang.
Intervensi
Mandiri
1. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.
Rasional : Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-
tanda perkembangan komplikasi.
2. Letakan kantung es pada kepala klien.
Rasional : Meningkatkan vasokontriksi, penumpulkan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri atau sakit kepala.
3. Dorong pengungkapan perasaan klien.
Rasional : Dapat mengurangi ansietas, sehingga mengurangi persepsi akan
intensitas rasa nyeri.
4. Lakukan tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.
Kolaborasi
1. Berikan analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.
Rasional : Memberikan penurunan nyeri/tidak nyaman.
II.Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor
hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit tampak
kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas
Tujuan
o Perubahan suhu tubuh yang normal.
kriteria hasil :
o Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,50 – 37,50C),
Intervensi
Mandiri
1. Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) perhatikan adanya menggigil.
Rasional:Demam biasanya terjadi karena proses inflamasi tetapi mungkin
merupakan komplikasi darikerusakan pada hipotalamus.
2. Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan selimut.
Rasional:Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhumendekati normal.
3. Berikan kompres hangat jika ada demam.
Rasional:Kompres air hangat menyebabkan tubuh dingin melalui proses konduksi.
4. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan
membrane mukosa.
Rasional:Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi, terutama jika tingkat kesadaran menurun
/munculnya mual menurunkan pemasukan melalui oral.
Kolaborasi.
5. Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).
Rasional:Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, berguna juga untuk membatasi pertumbuhan organismdan
meningkatkan autodestruktif dari sel-sel yang terinfeksi.
III. Ganguan Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
Tujuan
o Penglihatan klien dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
Kriteria hasil
o Penurunan tajam dan lapang pandang klien semakin membaik.
o Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang.
Intervensi
1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata terlibat.
Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi, sebab kehilangan
penglihatan terjadi lambat dan progresif.
2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan. Staf, orang lain di areanya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan.
3. Gunakan obat tetes mata dan pelindung.
Rasional : Memberikan lubrikan danmelindungi mata.
4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan.
Rasional : Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan lapang
pandang.
IV. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan metabolic ( hipermetabolik)
Tujuan
o Nutrisi klien adekuat
Kriteria hasil
o Mendemonstrasikan berat badan yang stabil
o Bebas tanda dari malnutrisi.
Intervensi
Mandiri
1. Pantau masukan makanan setiap hari.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi, berat badan. Timbang berat badan setiap hari atu sesuai
indikasi.
Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya bila
berat badan kurang dari normal.
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat.
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkan.
Kolaborasi
1. Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mengidentifikasi derajat ketidakseimbangan
biokimia/malnutrisi dan mempe garuhi pilihan intervensi diet.
2. Berikan obat sesuai indikasi.
6. Vitamin khususnya A, D, E, dan B6
Rasional : Mencegah kekurangan karena penurunan absorpsi vitamin larut dalam
lemak.
3. Rujuk pada ahli diet/tim pendukung nutrisi.
Rasional : Memberikan rencana diet khusus untuk memenuhi kebutuhan individu,
dan menurunkan masalah berkenaan dengan malnutrisi protein/kalori dan
defisiensi mikronutrien.
V. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan
sekresi ADH.
Tujuan
o Membuat/mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien.
Kriteria hasil.
o Menunjukan haluaran urin tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium
mendekati normal.
Intevensi
Mandiri
1. Awasi denyut jantung dan tekanan darah.
Rasional: Takikardi terjadi kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urin.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
Rasional: Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan,
dan penurunan resiko kelebihan cairan.
3. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema.
Rasional: Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh.
Contoh tangan dan kaki.
4. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.
Rasional : Kadar natrium tinggi berhubungan dengan kelebihan cairan.
VI. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik,
malnutrisi.
Tujuan
o Menunjukan perbaikan kemampuan klien untuk beraktivitas.
Kriteria hasil
o Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
o Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan.
Intervensi
1. Evaluasi laporan kelemahan, kesulitan menyelesaikan tugas. Perhatikan
kemampuan istrahat/tidur dengan tepat.
Rasiona : Menentukan derajat dari efek ketidakmampuan.
2. Kaji kemampuan untuk berpatisipasi pada aktivitas yang
dibutuhkan/diinginkan.
Rasional: Mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pilihan
intervensi.
3. Rencanakan priode istrahat adekuat.
Rasional: Mencegah kelelahan berlebihan dan menyimpan energy untuk
penyembuhan.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulansi.
Rasional : Memberikan keamanan pada pasien.
VII. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.
Tujuan
o Harga diri klien ditingkatkan.
Kriteria hasil
o Menunjukan adaptasi awal pada terhadap perubahan tubuh.
o Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Intervensi
Mandiri
1. Diskusikan arti perubahan dengan pasien. Identifikasi persepsi
situasi/harapan yang akan dating.
Rasional: Mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian
dan intervensi secara konstruktif.
2. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.
Rasional: Pasien dapat depresi cepat setelah perubahan penampilan fisik.
Penerimaan perubahan tak dapat dipaksakan.
3. Susun batasan pada prilaku maladaptive, bantu pasien untuk
mengidentifikasi prilaku positif yang akan membaik.
Rasional: Penolakan dapat mengakibatkan penurunan harga diri dan
mempengaruhi gambaran penerimaan diri yang baru.
4. Dorong orang terdekat untuk mengobati pasien secara normal dan tidak
sebagai orang cacat.
Rasional : Penyimpangan harga diri dapat disadari penguatanya.
Kolaborasi
1. Rujuk pasien kesumber pendukung. Contoh, ahli terapi psikologis.
Rasional : Pendekatan menyeluruh diperlukan untuk membantu pasien
menghadapi rehabilitasi dan kesehatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S berusia 30 tahun datang ke RS Lasallian ditemani oleh suami. Ia datang dengan keluhan sakit kepala sepeti ditusuk-tusuk sehingga mengganggu aktivitas dan berlangsung dalam 2-5 menit, menstruasi tidak teratur serta ia mengelu mengalami kesulitan dalam berhubungan seksual dan mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan sulit membedakan warna. Klien tampak lemah, meringis dan tidak nyaman. Hasil pemeriksaan TTV menunjukan TD : 140/80 MmHg, suhu : 36.7oC, nadi : 76, R : 24x/mnt,BB : 50Kg, TB: 160cm, skala nyeri : 5 (skala 1-10). Kadar prolaktin : 42 nanogram/milliliter, MRI : mikroadenoma.
1. Pengkajiana. Identitas klien
Nama : Ny. STempat/tgl lahir(umur) : manado,16 maret (30thn)Jenis kelamin : perempuanAlamat : manado, kombos kairagi IPekerjaan : ibu rumah tanggaAgama : Kristen Status perkawinan : menikahPendidikan : SMAWarga Negara : Indonesia
b. Identitas penanggung jawabNama : Tn. ToniUmur : 36thnAlamat : manado, kombos kairagi IPekerjaan : PNSHubungan dengan klien : suami
c. Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan Sekarang
Hyperprolaktinemia
Riwayat Kesehatan DahuluHipertensi
RKK Hipertensi & tumor hipofisis
d. Keadaan Umum Tanda –tanda Vital
1. Kesadaran Kualitatif : compos mentisSkala coma gaslow : - Respon membuka mata : 4
- Respon bicara : 5- Respon motorik : 5
+ Jumlah : 14
Kesimpulan : (+)
2. Tekanan darah : 140/80 MmHg3. Suhu : 36.70C4. Nadi : 76x/mnt5. Respirasi : 24x/mnt6. Nyeri : skala 6
Pengukuran1. BB : 50 kg2. TB : 162 cm
Pengkajian pola kesehatan
A. Kajian persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatanRiwayat penyakit yang pernah dialami : hipertensi
Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakitPasien kurang memperhatikan siklus menstruasi
b. Keadaan sejak sakitPasien mengalami menstruasi abnormal
B. KAJIAN POLA NUTRISIData subyektifa. Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak terlalu peduli dengan apa yang dimakan atau asupan makanan yang penting makan saja, sebelum sakit pasien makan 3x sehari.
b. Keadaan Sejak sakitpasien mengatakan porsi makan tidak dihabiskan karena nyeri kepala.
Data obyektif
a. Observasi
Makanan pasien tidak dihabiskanb. Pemeriksaan fisik
Keadaan rambut : rambut tampak kotor dan sedikit berminyak Hidrasi kulit : tampak kering Palpebrae : tampak berwarna hitam,gelap Konjungtiva : anemis Sclera : an ikterik Hidung : bersih, tidak ada secret Rongga mulut : bersih Gigi : agak kekuningan dan tidak terdapat karies Kesulitan mengunyah makanan yang keras: (+) Lidah : lembab, ukuran simetris Pharing : kelainan(-) Tonsil : kelainan(-) Kelenjar getah bening leher: pembengkakan(-) Kelenjar parotis : edema(-) Kelenjar tyroid : edema(-) Abdomen
InspeksiBentuk : tampak datar,lemas dengan bentuk simetrisBayangan vena : (-)Benjolan vena: (-)Hepar :tidak tampakLien : tidak ampakAsites : tidak tampak
AuskultasiPeristaltic usus : 15x/mnt
PalpasiTanda nyeri umum : (-)Massa : (-)Nyeri tekan : (-)Hepar : tidak terabaLien : tidak teraba
PerkusiSpider naevi : (-)Uremic frost : (-)Edema : (-)Ikteric : (-)Tanda radang : (-)Lesi : (-)
C. Kajian pola eliminasi1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x/hari, BAK 4-5x/hari
b. Keadaan sejak sakitPasien mengatakan masih sama seperti sebelum sakit
2. Data obyektifa. Observasi : BAB & BAK lancarb. PF
Peristaltic : 15x/mntPalpasi suprapubica : kosong
D. Kajian pola akivitas & latihan1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakitPasien mengatakan menghabiskan waktu membersihkan rumah
b. Keadaan sejak sakiPasien mengatakan susah beraktivitas karena nyeri
2. Data obyektifa. Observasi
Aktivitas harian :
Makan : bantuan keluargaMandi : bantuan keluargaBerpakaian : banuan keluargaKerapihan : bantuan keluargaBAB : sendiriBAK : sendiriMorbiditas ditempat tidur : bantuan orangAmbulasi : bantuan keluarga
E. Kajian pola tidur dan istirahat1. Data subyektif
a. Keadaan sebelum sakitKlien tidur 6-7 jam/hari
b. Keadaan setelah sakitKlien susah tidur karena nyeri
2. Data obyekifa. Observasi
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Banyak menguap : Negatif
Palpebrae interior berwara gelap : Positif
F. Kajian pola persepsi kognitif1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakitPasien tidak menggunakan kaca mata dan alat bantu mendengar. Pasien bisa membaca dengan baik tanpa menggunakan kaca mata.
b. Keadaan sejak sakitPasien mengatakan tidak bisa membaca tanpa menggunakan kaca mata.
2. Data Objektifa. Observasi
Klien masih mampu berbicara dengan respon verbal.b. Pemeriksaan fisik
Penglihatan Pupil : (-)Kornea : (-) Lensa mata : (-)
Pendengaran Pina : tidak ada benjolanMembrane timpani : normalTes pendengaran : normal
G. Kajian pola persepsi dan konsep diri1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakitKlien mengatakan mengetahui tentang dirinya dan keluarganya, klien sangat semangat dalam menjalani kehidupannya di lingkungan keluarga dan masyarakat.
b. Keadaan sejak sakitKlien masih semangat dalam menghadapi penyakitnya.
2. Data Objektifa. Observasi
Kontak mata : (-) Rentang perhatian : baik Suara dan cara bicara : suara terdengar lemah, suara pelan Poster tubuh : tegak
b. Pemeriksaan fisikAbdomen Bentuk : datar, lemasKulitLesi kulit : (-)
H. Kajian pola peran dan hubungan dengan sesame1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakitKlien mengatakan banyak bersosialisasi dengan masyarakat dan akrab dengan keluarga.
b. Keadaan sejak sakitKlin mengatakan mampu menyesuaikan diri dengan sesama saat di rumah sakit
2. Data Objektifa. Observasi
Klien tampak bisa menerima pasien lain diruangannya dan menjalani hubungan baik dengan sesamanya.
I. Kajian pola reproduksi seksualitas1. Data Subjektif
a. Keadaan sebelum sakitKlien mengatakan dia menyadari dirinya perempuan normal
b. Keadaan sejak sakit Klien mengatakan sekarang mengalami penurunan seksualitas
2. Data Objektifa. Observasi
Klien terlihat dirawat oleh keluarganya
J. Kajian mekanisme koping dan toleransi terhadap stress1. Data subjektif
a. Keadaan sebelum sakitKlien mengatakan dapat mengontrol dirinya apabila dia menghadapi masalah. Klien mengatakan keluarganya juga membantunya dalam menghadapi masalah.
b. Keadaan sejak sakitKlien mengatakan klien mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan suasana baru dirumah sakit.
2. Data objektifa. Observasi
Ekspresi wajah tenangb. Pemeriksaan fisik
TD : 140/80 MmHgK. Kajian pola system nilai kepercayaan
1. Data subjektifa. Keadaan sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu aktiv dalam mengikuti ibadah dan selalu mengucapsyukur kepada Tuhan.
b. Keadaan sejak sakitKlien mengatakan tidak bisa pergi beribadah karena dirawat di rumah sakit, namun klien tetap mengucap syukur.
2. Data objektifa. Observasi
Klien tampak merespon dengan rasa syukur
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Dalam konsep asuhan keperawatan semua yang dikaji dalam BAB II
adalah pasien dengan Dx adenoma hipofisis, sedangkan pada asuhan
keperawatan kasus Dx yang muncul adalah hyperprolaktinemia ditandai
dengan mulai adanya mikroadenoma pada kelenjar pituitary.
B. Diagnosa
Dx yang kami angkat dalam asuhan keperawatan kasus hanya kami
analisis lewat kajian keadaan pasien pasca masuk RS dan memberi hasil
pasien masih dalam tahapan pertumbuhan tumor.
C. Intervensi
Beberapa hal dapat menjadi bahan ajar kami dalam membuat perencanaan,
walaupun tingkatan penyakit berbeda antara konsep asuhan keperawatan
dan asuhan keperawatan kasus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hyperprolaktinemia adalah kelebihan kadar prolaktin dalam darah yang akan
memicu prolaktinoma pada kelenjar pituitary.
B. Saran
Diharapkan dalam pembuatan makalah berikutnya dapat disempurnakan
dengan penambahan definisi yang lebih luas lagi.
DAFTAR ISI
https://www.scribd.com/doc/104041910/Asuhan-Keperawatan-Sistem-Endokrin
https://wordpress.com/2013/12/31/makalah-tumor-hipofisis/