Karya ilmiah ut
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Education
-
view
361 -
download
3
Embed Size (px)
Transcript of Karya ilmiah ut

KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
dengan keagungannya telah memberkahi penulis dengan segala rahmad yang tiada
batasnya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan
Pemantapan Kemampuan Profesional dalam Penelitian Tindakan Kelas dengan
judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 18
Katobu Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik Pada Materi Pokok
Operasi Hitung Bilangan Bulat”.
Penulisan laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas dalam
mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program S1
PGSD pada UPBJJ-UT Kendari, sekaligus sebagai pengalaman dan tolak ukur
kemampuan penulis selama memperoleh pengetahuan di bangku kuliah.
Seiring dengan ucapan terima kasih yang teramat dalam penulis haturkan
kepada yang terhormat Bapak Prof.Dr.H.Faad Maonde,M.S selaku dosen
pembimbing bapak Ikman,S.pd.M.pd yang secara teknik telah memberikan
petunjuk dan bimbingan dalam proses penyusunan laporan ini. Ucapan
terimakasih yang sama penulis sampaikan kepada rekan-rekan guru SDN 18
Katobu khususnya Bapak La Ghonu, S.pd, yang telah memberikan saran dan
dukungan pada penulis dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini. Sahabat-
sahabatku : Harbin, Nira Mariana, Asti Efrianti, La Ode Sanudin, Rezkiana, Siska
Yovita, dll yang telah memberi motivasi, dukungan dan semangat baik langsung
maupun tidak langsung.
Ucapan terima kasih yang takterhingga, penulis sampaikan kepada Ayah
handa La Daria dan Ibunda Wa Dia Serta Kakaku Marlina, Adikku Sarnia dan
sepupuku Sitti Romiati. S. St serta keluarga besarku yang telah mengasuh dan
mendidik dengan penuh kasih sayang, memberikan doa restu dan doa bagi
keberhasilan penulis, semoga seluruh amal baik beliau akan diterima Allah SWT

sebagai amal sholeh, dan Insya Allah akan dilimpahkan pahala yang berlimpah
kepadanya.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu mohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan laporan
ini.
Akhir kata penulis memanjatkan doa atas segala bimbingan baik moril dan
materil semoga mendapatkan imbalan pahala yang berlimpa ganda dari Allah
SWT. Amiin!
Raha, April 2014
Penuulis
MARLIANI
NIM. 816513526

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................vi
ABSTRAK...........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran................................................5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran..............................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Konstruktivisme................................................................................7
B. Model Pembelajaran...................................................................................9
C. Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik.............................................11
D. Hasil Belajar...............................................................................................17
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar......................................18
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subyek Penelitian ......................................................................................21
B.Deskripsi Per Siklus ..................................................................................21
C. Indikator Kinerja........................................................................................23
D.Teknik Pengumpulan Data.........................................................................24
E. Instrumen Penelitian...................................................................................24
F. Tehnik Analisis Data .................................................................................24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .........................................................................26
B. Pembahasan................................................................................................28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................30
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................32

DAFTAR TABEL
Halaman
1.Deskripsi ketuntasan hasil belajar siswa pada setiap siklus........................27
2.Prestasi belajar Matematika pada setiap siklus............................................28

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.Bagan langka-langka model pembelajaran.......................................................15
2.Bagan siklus pelaksanaan penelitian.................................................................22
3.Bagan presentase ketuntasan.............................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kesediaan sebagai supervaisor 2 dalam penyelenggara Pemantapan
Kemampuan Profesional.................................................................................33
2. Perencanaan PTK.......................................................................................34
3. Berkas RPP persiklus.................................................................................35
4. Lembar observasi/pengamatan terisi...............................................................36
5. Jurnal pembimbingan Supervaisor.............................................................37

ABSTRAK
MARLIANI 2014 telah melakukan penelitian dengan Judul Penelitian
“Meningkatkan Hasil Belajar matematika Siswa Kelas V SDN 18 Katobu
Melalui Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik Pada Materi Pokok
Operasi Hitung Bilangan Bulat”. Laporan PKP. Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar UPBJJ-UT Kendari. Pembimbing: Mansyur, S.Pd.M.
Pd.
Penelitian ini dilakukan untuk menjajagi penggunaan model pembelajaran
konstruktivis realistik dalam pembelajaran matematika di SD. Permasalahan
penelitian ini adalah 1) Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas
V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaiworu Kabupaten Muna yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis realistik pada materi
pokok operasi hitung bilangan bulat? dan 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa
kelas V SDN 18 Katobu dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran
konstruktivis realistik. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah 1) Hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaeworu
Kabupaten Muna cenderung mengalami peningkatan pada setiap siklus perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik
pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dan 2) Penggunaan model
pembelajaran kontruktivis realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna
pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan agar guru menggunakan model pembelajaran siklus belajar abduktif
empiris sebagai salah satu alternatif mengatasi kesulitan siswa dalam memahami
matematika.
Kata kunci: Pembelajaran kontruktivis dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika kelas V Sd.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada jenjang pendidikan formal, Sekolah Dasar merupakan lembaga
pendidikan yang menanamkan pengetahuan dasar bagi pendidikan selanjutnya.
Sekolah. Pendidikan di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal
kemajuan dasar kepada siswa berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
bermanfaat bagi dirinya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan
belajarnya. Hal tersebut sejalan dengan hakikat belajar, yang menyebutkan
bahwa belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks
karena mengikat segala aspek kepribadian baik jasmani maupun rohani. Unik
artinya tiap orang mempunyai cara belajar yang berbeda dengan yang lain yang
disebabkan karena adanya perbedaan individual seperti minat, bakat,
kemampuan, kecerdasan, serta tipe belajar.
Hakikat perbuatan belajar adalah usaha terjadinya perubahan tingkah
laku atau kepribadian bagi orang yang belajar. Perubahan itu baik dari aspek
pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap atau nilai. Dalam dunia pendidikan,
matematika adalah sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan
penting. Karena pelajaran matematika merupakan salah satu sarana dalam
membentuk siswa untuk berpikir secara alamiah.
Menyadari pentingnya pelajaran matematika pada jenjang Sekolah
Dasar, maka pembelajaran harus ditingkatkan sehingga hasil belajar siswa
dapat tercapai sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah
yang ditetapkan.
Peningkatan mutu pendidikan matematika ditandai dengan peningkatan
hasil belajar matematika. Mutu hasil belajar matematika ditentukan oleh mutu
proses belajar di kelas atau di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan hanya
dapat dicapai melalui peningkatan mutu proses pembelajaran matematika yang
bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika. Sementara itu, agar
proses belajar berlangsung efektif, semua faktor internal (dari dalam diri siswa)
meliputi antara lain bakat, kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual),

minat, motivasi, sikap, dan faktor eksternal (dari luar diri siswa) meliputi
antara lain tujuan pembelajaran, materi pelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,
reinforcement (penguatan), iklim sosial kelas, waktu yang tersedia, sistem, dan
teknik evaluasi harus diperhatikan.
Dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi belajar siswa, maka
interaksi antar faktor tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kualitas proses
dan hasil belajar siswa. Dengan diperhatikannya faktor yang banyak
mempengaruhi siswa tersebut diharapkan siswa dapat berkembang dan dapat
mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi khususnya bagi siswa serta pada umumnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan pada semua tingkat dan jenis pendidikan.
Berawal dari proses dan peningkatan mutu pendidikan, akhir-akhir ini
telah berkembang berbagai metode/pendekatan pembelajaran yang tidak hanya
mentransfer pengetahuan tetapi juga berusaha membangun struktur kognitif
siswa.
Pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan siswa
dalam proses pembelajarannya membangun struktuk kognitif siswa dan dapat
memotivasi siswa untuk berfikir kritis dan kreatif.
Hal lain yang dapat digunakan untuk membantu tercapainya tujuan
pembelajaran yaitu penerapan metode demonstrasi. Demonstrasi adalah metode
yang digunakan pada pengajaran manipulatif dan keterampilan, pengembangan
pengertian, untuk menunjukkan bagaimana melakukan praktik-praktik baru dan
memperbaiki cara melakukan sesuatu. Metode ini menunjukkan pelaksanaan
ilmu pengetahuan dengan contoh yang objektif dan nyata.
Pada saat kegiatan pembelajaran, tidak semua siswa mampu
berkonsentrasi dalam waktu relatif lama atau menyerap semua pelajaran yang
diberikan guru. Mereka saling terpengaruh dengan hal-hal sepele antara sesama
siswa di dalam kelas. Guru harus mampu menarik perhatian siswa terhadap
pembelajaran yang berlangsung, sehingga siswa mampu berperan aktif dalam
proses pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang optimal.

1. Identifikasi Masalah
Hasil observasi awal yang peneliti temukan di kelas terungkap
masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika yaitu: hasil belajar
dan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran matematika tergolong
rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada
pelajaran matematika khususnya pada materi pokok operasi hitung bilangan
bulat sebesar 62. Nilai tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan
minimal sebesar 65 (KKM dari sekolah).
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dapat
teridentifikasi bahwa salah satu faktor yang diduga penyebab masalah
rendahnya hasil belajar siswa di atas adalah pembelajaran yang berlangsung
di kelas V SD Negeri 18 Katobu bersifat deklaratif dimana guru hanya
menyampaikan materi sebanyak mungkin kepada siswa, tanpa melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa pasif dalam proses
pembelajaran. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung monoton dan
membosankan sehingga berimplikasi pada rendahnya hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas dipandang perlu untuk segera dilakukan perbaikan
pembelajaran pada mata pelajaran matematika dalam bentuk penelitian
tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan
Batalaeworu Kabupaten Muna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konstruktivis realistik pada materi pokok
operasi hitung bilangan bulat?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri
18 Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan
3. menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik pada materi operasi
hitung bilangan bulat?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,
maka tujuan pembelajaran ini yaitu:
1. Mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik pada materi pokok
operasi hitung bilangan bulat .
2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu
Kecamatan Batalaeworu Kabupaten Muna melalui model pembelajaran
kontruktivis realistik pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti
seperti berikut.
1. Bagi peneliti, sebagai latihan dalam melakukan penelitian secara ilmiah
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, serta mendapatkan wawasan dan
pengalaman dalam menerapkan model pembelajaran konstruktivis realistik.
2. Bagi siswa, mengembangkan wawasan siswa tentang pentingnya penerapan
model pembelajaran konstruktivis realistik saat belajar, mendorong siswa
untuk menyenangi matematika serta berperan aktif dalam mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, mengkomunikasikannya secara lisan, dan
menuliskan ide dan pendapatnya secara sistematis.
3. Bagi guru, diharapkan dapat memahami dan berinovasi dengan menerapkan
model pembelajaran konstruktivis realistik dalam upaya meningkatkan hasil

belajar siswa dalam bidang studi matematika khususnya di SD Negeri 18
Katobu.
4. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran dan
masukan bagi sekolah mengenai model mengajar sehingga dapat menjadi
masukan dalam pengelolaan kurikulum yang akan datang.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis yang mendasari model
pembelajaran kontekstual. Landasan berpikir kontruktivisme berbeda dari
pandangan kaum objektivis yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran.
Dalam pandangan kaum konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan
dibandingkan dengan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
pengetahuan. Oleh karena itu, kewajiban guru adalah memfasilitasi belajar
melalui proses: (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa;
(2) memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan
idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri (Jihad, 2008: 50).
Kontruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita
sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu
tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang
ada. Tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif
kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Secara sederhana kontruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan
kita merupakan kontruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu
bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang
diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi, seseorang yang belajar itu
membentuk pengertian. Bettencourt dalam Sardiman (1986) menyimpulkan
bahwa kontruktivisme tidak bertujuan mengerti hakekat realitas, tetapi lebih
hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu.
Menurut pandangan dan teori kontruktivisme, belajar merupakan proses
aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks,
kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain. Belajar merupakan proses
mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya

dengan pengertian yang sudah dimiliki, sehingga pengertiannya menjadi
berkembang.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar
menurut Paur Suparno dalam Sardiman (1986) yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang
mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
b. Konstruksi makna merupakan proses yang terus-menerus.
c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, tetapi perkembangan itu sendiri.
d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik
dan lingkungannya.
e. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek
belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan
yang sedang dipelajari.
Jadi menurut teori kontruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif
dimana subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar
juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
Sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut, maka proses mengajar bukanlah
kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke subjek belajar atau siswa,
tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan subjek belajar merekonstruksi
sendiri pengetahuannya. Mengajar adalah bentuk partisipasi dengan subjek
belajar dalam membentuk pengetahuan dan membuat makna, mencari
kejelasan dan menentukan justifikasi. Prinsip penting, berpikir lebih bermakna
daripada mempunyai jawaban yang benar atas sesuatu. Karena itu, guru dalam
hal ini berperan sebagai mediator dan fasilitator membantu optimalisasi belajar
siswa (Sardiman, 1986: 37–38).

B. Model Pembelajaran
Secara terminologi, model pembelajaran dirtiakan sebagai acuan
konseptual yang digunakan sebagai satu rencana atau pola dengan menyusun
dan mengatur bahan pelajaran di kelas (Dahlan, 1984). Selanjutnya menurut
Syah (1995), model mengajar adalah kerangka mengajar yang dimanipulasi
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, yang lazimnya
dijadikan acuan perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi belajar. Menurut
Indrawati (2002), model pembelajaran diartikan sebagai suatu rencana
mengajar yang memperlihatkan pola pengajaran tertentu dimana dalam pola
tersebut dapat terlihat kegiatan guru dan siswa didalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkunagn yang menyebabkan terjadinya belajar pada
siswa. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud dalam model pembelajaran
terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan kegiatan guru dan siswa dan
dikenal dengan sintaksis dalam peristiwa pembelajaran. Secara implisit dibalik
tahapan pembelajaran tersebut terdapat rasional yang membedakan model
pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lain. Sedangkan
menurut Soekamto (1993), model pembelajaran diartikan sebagai kerangka
konseptual, melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai
denah guru dalam merencanakan dan melaksanakamn kegiatan belajar
mengajar.
Pembelajaran yang didesain secara sistematis akan semakain bermakna
terhadap perkembangan intelektual peserta didik. Praktisi pendidikan
menganggap bahwa model pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar akan menjadi lebih efektif jika didesain dan berorientasi pada
bagaimana memberikan peluang kepada siswa untuk memperoleh kondisi
belajar yang memadai dan berkembang sesuai kemampuan dan kegiatan
sendiri, tanpa ada intervensi dan tekanan apapun. Indrawati (2000) mengatakan
bahwa setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing
sesuai dengan acuan yang ditempatkan pada proses belajar mengajar.

Model-model pembelajaran tersebut memiliki unsur-unsur berikut:
(a) sistematika langkah-langkah (sintak) yaitu memuat gambaran suatu
model pembelajaran yang diuraikan kedalam serangkaian kegiatan
yang kongkrit didalam menyajikan bahan pelajaran pada peserta
didik,
(b) sistem sosial yang dikembangkan yakni sesuatu yang
menggambarkan fungsi atau peranan dan hubungan guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar,
(c) prinsip-prinsip stimulant yaitu bagaimana seorang guru menghargai
dan merespon siswa dalam proses belajar mengajar, dan
(d) sistem pendukung yakni segala sarana, bahan, dan alat yang
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan suatu model
pembelajaran.
C. Model Pembelajaran Konstruktivis Realistik
Dalam tinjauan aspek pengajaran, guru dalam mengajarkan konsep
hendaknya tidak mengabaikan hakikat pengetahuan yang mencakup proses,
produk, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah meliputi keterampilan-keterampilan
melalui pengamatan (observasi), mengklasifikasikan, mengidentifikasi dan
eksperimen.
Aspek produk ilmiah meliputi sekumpulan ilmu pengetahuan yang
terdiri dari fakta-fakta, konsep, hukum dan teori-teori. Sedangkan sikap ilmiah
meliputi sikap jujur, objektif dalam pengamatan dan mengumpulkan serta
menganalisis data.
Kontruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu tidak dapat
ditransmisi langsung oleh guru ke dalam pikiran siswa, melainkan proses

perubahan ini memerlukan konstruksi aktif oleh si pembelajar (Dahar, 1989:
35). Untuk mengkonstruksi makna baru, siswa harus mempunyai pengalaman
mengadakan keterampilan proses, seperti keterampilan observasi,
mengklasifikasi, mengidentifikasi dan lain sebagainya. Jadi, inti dari
pandangan kontruktivisme adalah pengetahuan seseorang itu merupakan hasil
konstruksi indvidu melalui interaksinya dengan objek, fenomena, pengalaman,
dan lingkungan.
Dalam hal pengajaran titik tolak pengajarannya adalah dari pengetahuan
siswa sebelum datang ke bangku sekolah. Pengetahuan inilah yang disebut
dengan pengetahuan awal (prior knowledge) siswa atau prakonsepsi. Dalam
arti luas prakonsepsi ini diartikan sebagai konsepsi yang dimiliki siswa
sebelum pembelajaran meskipun mereka pernah mendapatkan pelajaran
formal.
Kontruktivisme merupakan suatu teori atau faham yang menyatakan
bahwa semua pengetahuan, metode untuk mengetahui, dan berbagai disiplin
ilmu yang ada di masyarakat dibangun (constructed) oleh pikiran manusia.
Depdiknas (2005: 27). Lebih lanjut, para Kontruktivis menganggap bahwa
pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dikonstruksi secara aktif.
Berdasarkan pendapat di atas, kontruktivisme memandang bahwa
pengetahuan itu adalah dikonstruksi (bentukan) dari seseorang yang
mengetahuinya. Ini berarti kualitas pengetahuan seseorang tentang sesuatu bisa
berbeda bahkan bisa sangat berbeda dari pengetahuan orang lain. Jadi,
pengetahuan itu bukan representasi (gambaran) dari realitas, bukan sesuatu
yang objektif (sama untuk semua orang pada tempat, waktu dan keadaan yang
berbeda), bukan sesuatu yang sudah ada di luar sana yang tinggal ditemukan
(discoveri) saja dan dimasukkan dalam pikiran.
Menurut Piaget dalam Marpaung (2001: 59) bahwa skema kognitif itu
dibangun melalui proses adaptasi yang meliputi dua proses, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses meresturkturisasi informasi yang
baru agar dapat diterima dalam skema kognitif yang sudah ada. Sedangkan

akomodasi adalah suatu proses meresturkturisasi skema kognitif yang sudah
dimiliki agar dapat menerima informasi yang baru.
Hal ini menunjukkan bahwa, jika pengetahuan itu tidak aktif
dikonstruksi sendiri oleh orang yang bersangkutan, pengetahuan itu tidak dapat
dikuasai secara sungguh-sungguh. Demikian juga, dalam pembelajaran,
gagasan atau pemikiran-pemikiran guru tidak dapat dipindahkan langsung
kepada siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus aktif membentuk pikiran
atau gagasan tersebut dalam otaknya.
Pembelajaran secara realistik adalah siswa dibimbing untuk
merekonstruksi pengetahuan yang ingin mereka miliki/pelajari, materinya
kontekstual, proses pembelajarannya interaktif, suasananya sosio matematis.
Marpaung (2001: 26) menyatakan bahwa pembelajaran secara realistik bertolak
dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa aktif, guru berperan sebagai
fasilitator, anak bebas mengeluarkan idenya, siswa berbagi ide-idenya, artinya
mereka bebas mengkomunikasikan ide-idenya satu sama lain. Guru membantu
mereka membandingkan ide-ide itu dan membimbing mereka untuk
mengambil keputusan tentang ide mana yang lebih baik buat mereka.
Kontruktivis realistik pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas
dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih baik dari pada masa yang lalu.
Seperti halnya pandangan baru tentang proses pembelajaran, dalam konstrutvis
realistik juga diperlukan upaya mengaktifkan siswa. Upaya tersebut dapat
diwujudkan dengan cara (1) mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses
belajar mengajar dan (2) mengoptimalkan keikutsertaan seluruh sense peserta
didik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan memberi kesempatan kepada
siswa untuk dapat menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang
akan dikuasainya.Lebih lanjut Marpaung (2001: 40) mengatakan bahwa yang
dimaksud realitas adalah hal-hal yang nyata atau kongkrit yang dapat diamati
atau dapat dipahami lewat membayangkan, sedangkan lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan tempat anak atau peserta didik atau siswa berada,
mungkin berupa lingkungan sekolah, mungkin lingkungan keluarga, ataupun

Pemberian masalah kontekstual
Orientasi
Kegiatan
Pemunculan Gagasan dan Pembentukan Model
Pengkomunikasian Gagasan dan Model
InteraktVitas : Pertukaran Gagasan
Temuan Konsep Awal
Selesaian
Cukup?Belum Temuan Konsep
UtamaYa
mungkin lingkungan masyarakat yang dapat dipahami siswa. Atau sering juga
disebut kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, model pembelajaran berbasiskan
kontruktivis realistik dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran
yang membimbing siswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep pengetahuan
dari konsep-konsep sebelumnya yang telah dia miliki melalui masalah
kontekstual. Secara skematik, langkah-langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran berbasis kontruktivis realistik dapat dilihat pada gambar 2.1
berikut.
1. Tahap orientasi
Dalam tahap ini kegiatan guru memusatkan perhatian siswa dengan
menyebutkan fenomena alam yang sering dijumpai dan aneh, dalam
kehidupan sehari-hari, serta berkaitan dengan topik yang akan dipelajari.
2. Tahap pemunculan gagasan

Tahap ini dilakukan untuk memunculkan konsepsi awal siswa,
misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan konsep-konsep yang telah
diketahui sehubungan dengan topik yang sedang dipelajari, dapat pula
menghadapkan siswa kepada permasalahan yang mengandung teka-teki,
dengan cara guru menyuruh siswa melakukan eksperimen atau percobaan
dan mengikuti petunjuk LKS (lembar kerja siswa). Dapat juga diperoleh
dengan wawancara tentang kejadian dan peristiwa. Tahap ini biasanya
dilakukan pada kelompok kecil siswa yang terdiri dari 4 orang siswa atau
lebih.
3. Tahap pengkomunikasian gagasan
Pada langkah ini siswa mendiskusikan jawaban pada langkah
pemunculan gagasan dalam bentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang
siswa atau lebih. Hasil diskusi ditulis dalam selembar kertas dan dijelaskan
oleh salah seorang siswa pada setiap kelompok. Melalui diskusi ini, siswa
dapat mengungkapkan kembali dan saling bertukar gagasan hasil
pengalaman melakukan percobaan.
4. Tahap pertukaran gagasan
Pada tahap ini, siswa diminta kembali untuk menjawab pertanyaan
yang disusun untuk menerapkan konsep ilmiah yang telah dikembangkan
siswa melalui percobaan ke dalam situasi baru dengan materi pelajaran yang
lebih kompleks, dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuannya untuk menanamkan belajar lebih bermakna, sehingga konsep
yang dipelajari dapat bertahan lama di dalam memori jangka panjang siswa.
5. Tahap temuan konsep awal
Pada tahap ini konsepsi ilmiah yang telah diperoleh siswa perlu
diumpan balik oleh guru untuk memperkuat konsepsi ilmiah tersebut. Siswa
diarahkan untuk bertanya jawab dan mengevaluasi hasil pengetahuan dari
pengalaman melakukan eksperimen, sehingga siswa dapat menilai sudah
sejauh mana mereka menguasai konsep yang telah dipelajari. Dengan
demikian diharapkan bahwa siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten
dengan konsep ilmiah, dengan sadar mengubah konsep awalnya menjadi

konsep ilmiah. Disini siswa juga diberi kesempatan untuk membandingkan
konsep ilmiah yang sudah disusunnya dengan konsep awal pada langkah 2.
D. Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang di tandai dengan adanya
perubahan yang terjadi pada diri sesorang. Perubahan yang terjadi pada diri
seseorang tersebut merupakan hasil dari belajar yang dapat ditunjukan dalam
berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pengalaman, sikap dan
tingkah laku, keterampilan, kemampuan dan kecakapan serta perubahan aspek-
aspek lainnya yang ada pada diri seseorang dalam melakukan kegiatan belajar.
Pada dasarnya hasil belajar itu diperoleh melalui proses belajar dimana
proses belajar merupakan kegiatan timbal balik antara guru dengan siswa yang
di dukung oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan belajar siswa, media
belajar yang diterapkan oleh guru, bagaimana guru memotivasi siswa untuk
belajar dan pada waktu tertentu akan menghasilkan suatu produk yaitu berupa
hasil belajar yang diperoleh melalui proses pemberian alat ukur pembelajaran
kepada siswa.
Winkel (1984: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu
bukti usaha yang dicapai. Jadi dalam hal ini hasil belajar adalah merupakan
bukti yang diperlikan oleh siswa sehubungan dengan apa yang telah dipelajari.
Hasil belajar merupakan upaya yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan
kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang terkait dengan proses
belajar mengajar. Hasil belajar yang sangat penting selain untuk dapat
mengetahui peningkatan yang terjadi pada pembelajaran merupakan suatu alat
pemuasan yang dimiliki oleh individu dengan kemampuan yang dimilikinya
yang dinyatakan dengan angka, lambang, ataupun huruf yang digunakan dalam
penilaian hasil belajar dapat dijadikan pemicu peningkatan mutu pendidikan.
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Usman dan Setiawati (2001: 29) mengemukakan bahwa belajar yang
diperoleh setiap siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sebagai berikut.
1. Faktor yang berada dalam diri siswa (faktor internal)
Faktor internal atau faktor yang berada dalam diri siswa meliputi:
(a) faktor jasmaniah baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, yang dimaksud faktor ini adalah panca indra yang tidak yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya mengalami sakit, cacat atau
perkembangan tidak sempurna; (b) faktor fisiologis, yakni faktor potensial
seperti kecerdasan, dan bakat, faktor intelektif seperti unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti kebiasaan, emosi, motivasi dan minat.
2. Faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal)
Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi:
(a) faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, masyarakat dan
kelompok; (b) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian; dan (c) faktor lingkungan fisik berupa fasilitas
rumah dan fasilitas belajar. Menurut Sukmadinata (2004 : 162) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar yang
bersumber dari dalam diri siswa adalah menyangkut aspek jamaniah dan
rohaniah dari siswa tersebut. Aspek jasmaniah menyangkut kondisi dan
kesehatan jasmaniah dari siswa, tiap orang memiliki kondisi fisik yang
berbeda, ada yang tahan belajar selama lima atau enam jam terus menerus
tetapiadajuga yang hanya tahan satu atau dua jam saja atau bahkan ada yang
kurang dari satu jam. Aspek rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis,
kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif
dan kognitif dari siswa.
Menurut Susilo (2004 : 82) bahwa kondisi intelektual juga berpengaruh
terhadap hasil belajar seorang siswa. Kondisi intelektual ini menyangkut
tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan.
Hal lain yang ada pada kondisi dan hasil belajar adalah situasi efektif, selain
ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Belajar perlu
didukung oleh motivasi yang kuat dan konstan. Motivasi yang lemah serta

tidak konstan akan menyebabkan kurangnya usaha belajar yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada hasil belajar.
Sukmadinata (2004 : 163) menyatakan bahwa keberhasilan belajar yang
juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari siswa, baik faktor fisik maupun
sosial psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
pendidikan, memberi landasan dasar bagi proses belajar pada lingkungan
sekolah dan masyarakat. Faktor-faktor fisik dan sosial psikologis tang ada
dalam keluarga sangat berpengarah tarhadap perkembangan belajar anak.
Lingkungan sekolah juga memegang peranan penting bagi perkembangan
belajar siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti
lingkungan kampus, sarana dan perasarana yang ada, sunbe-sember belajar,
media belajar dan lain-lain.lingkungan sosial seperti lingkungan siswa dan
teman-temannya, dengan guru-gurunya serta staf sekolah yang lain.
Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis yaitu suasana dan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar, berbagai kegiatan kulikuler dan lain-
lain.
Menurut Sufyarma (2003 : 71) bahwa sekolah yang kaya dengan
aktivitas belajar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, terkelolah
dengan baik, diliputi suasana akademis yang wajar, akan sangat mendorong
semangat belajar para siswanya. Lingkungan masyarakat di mana siswa atau
individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktifitas belajarnya.
Lingkungan masyarakat di mana warga memiliki latar belakang pendidikan
yang cukup, terdapat lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar di
dalamnya akan memberikan pengaruh positif terhadap semangat dan
perkembangan belajar generasi mudanya (Sukmadinata, 2004 : 165).
Dari beberapa uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa proses dan
hasil belajar secara garis besar dipengaruhi oleh faktor-faktor internal baik
yang bersifat fisik maupun psikis, dan faktor-faktor eksternal dalam lingkungan
keluarganya, sekolah, pekerjaan maupun masyarakat luas.

Permasalahan Alternatif Pemecahan Rencana Tindakan Pelaksanaan Tindakan
Refleksi Observasi Analisis Data
Berlapis Berulang
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek Penelitian
1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 18 Katobu yang
berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Perbaikan
pembelajaran ini dilakukan pada mata pelajaran matematika
2. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 18
Katobu Kecamatan Bataiaeworu Kabupaten Muna yang berjumlah 20 orang
yang terdaftar pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013/2014.
B. Deskripsi Per Siklus
Perbaikan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dalam
bentuk penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu daur atau siklus yang
dapat digambarkan seperti gambar berikut.
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian.
Secara rinci kegiatan pada masing-masing tahap dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Perencanaan Tindakan
a. Peneliti bersama dengan guru teman sejawat berdiskusi dan
mengidentifikasi masalah pembelajaran, serta menetapkan alternatif
tindakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran di
sekolah, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kontruktivis
realistik dalam pembelajaran matematika.

b. Peneliti membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
perbaikan pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes hasil belajar.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kontruktivis realistik dalam pembelajaran
matematika sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi
Observasi dilakukan oleh guru dan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui dampak tindakan terhadap proses dan
dampak terhadap hasil.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk menganalisa data pada setiap akhir
siklus. Kegiatan pada tahap ini mencakup kegiatan analisis dan interpretasi
atas informasi atau hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi
dilakukan terhadap seluruh hasil observasi untuk menentukan tindakan pada
tahap berikutnya. Dalam setiap siklus pelaksanaan perbaikan pembelajaran
peneliti diamati oleh teman sejawat bernama Damrin Karim, S.Pd dengan
menggunakan lembar observasi
Tindakan yang dilakukan dalam perbaikan pengajaran ini adalah
sebagai berikut: Siklus I penyajian pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontruktivis realistik dengan penjelasan singkat. Pada siklus II
peneliti tetap menggunakan model pembelajaran kontruktivis realistik dengan
media alat peraga dan pemberian contoh-contoh soal dan latihan.
C. Indikator Kinerja
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan dalam penelitian
ini adalah 65. (dokumentasi SD Negeri 18 Katobu). Merujuk pada KKM
tersebut, maka indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian/perbaikan
pembelajaran ini adalah jika 75% jumlah siswa yang menjadi subyek penelitian
telah memperoleh nilai serendah-rendahnya 65.

D. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Observasi yaitu mengamati aktifitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi.
2. Tes hasil belajar yaitu digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan oleh guru pada setiap siklus pembelajaran.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrumen pengumpulan data
yaitu: tes hasil belajar dan lembar observasi.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase, nilai rata-rata, serta disajikan
dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis deskriptif kualitatif digunakan pula
untuk mengukur indikator kinerja berdasarkan kriteria ketuntasan minimal.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1. Mengkonversi skor hasil tes menjadi nilai (X) skala 0 – 100, dengan
menggunkan rumus:
(Arikunto, 1993)
2. Menentukan tingkat pencapaian ketuntasan belajar rumus:
1) Secara indVidu TB =
Nilai dicapaiNilai ideal
x100 %
2) Secara kelompok =
Nilai dicapai kelompokNilai ideal
x100 %
3) Nilai klasikal =
Nilai rata−rataNilai ideal
x100 %
3. Menentukan persentase ketuntasan belajar
(Sudjana, 2002)
dengan: Σ TB = Jumlah siswa pada kategori ketuntasan belajar.
X = Skor yang diperoleh/dicapaiSkor ideal
x 100
%= Σ TBN
x 100 %

N = Jumlah siswa secara keseluruhan.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Berikut ditampilkan data hasil belajar matematika siswa kelas V
SDN 18 Katobu pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat dari
siklus pertama sampai siklus ketiga.
Tabel 4.1 Hasil Belajar Siswa pada Perbaikan Pembelajaran Matematika
No NamaSiklus I Siklus II Siklus II
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 Sumardhan 70 T 75 T 86 T
2 Estinawati 66 T 70 T 72 T
3 Marni Jaya 69 T 82 T 79 T
4 Sumarlin 63 BT 64 BT 70 T
5 Karni 72 T 80 T 87 T
6 Muh. Iman 80 BT 86 T 91 T
7 Muh. Rajab 62 BT 74 T 85 T
8 Muh. Irwan 45 BT 56 BT 62 BT
9 Muh. Ashar 81 T 82 T 80 T
10 Muh. Akbar 53 BT 67 T 90 T
11 Zainuddin 54 BT 60 BT 87 T
12 Indra 59 BT 61 BT 52 BT
13 Fatma 70 T 75 T 70 T
14 Darniati 70 T 73 T 70 T
15 Kanadia 63 BT 70 T 80 T
16 Fadhil 53 BT 53 BT 60 BT
17 Darmin 54 BT 58 BT 50 BT
18 Hafid 59 BT 72 T 87 T
19 Herdiman 70 T 67 T 92 T
20 Yulis 60 BT 73 T 70 T
Ket: T = tuntas dan BT = belum tuntas.

Ketuntasan belajar pada Tabel 4.2 di atas secara singkat disajikan pada
Tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2 Deskripsi Ketuntasan Belajar Siswa Pada Pelajaran Matematika
No
.
Jenis
Evaluasi
Kriteria Ketuntasan
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
1. Siklus I 9 45 11 55
2. Siklus II 14 70 6 30
Tabel 4.2 menunjukan bahwa pada siklus pertama belum tercapai
ketuntasan belajar, dimana dari 20 siswa hanya 9 siswa yang memperoleh nilai
65 ke atas. Hal ini terjadi karena guru belum menguasai langkah-langkah
pembelajaran dengan baik, sehingga pada siklus kedua dilakukan perbaikan
pembelajaran. Pada siklus kedua terjadi peningkatan ketuntasan belajar
menjadi 14 orang (70%), meskipun pada siklus kedua mengalami peningkatan
namun belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan sehingga masih
perlu dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga. Pada siklus ketiga
ketuntasan belajar mencapai 80% hal ini menunjukan bahwa pada siklus ketiga
telah tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat dan supervisor,
pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya siswa yang menjawab pertanyaan, bahkan ada
siswa yang mengajukan pertanyaan. Perbaikan terjadi dalam pembelajaran
adalah guru sudah tidak menunjuk langsung siswa untuk menjawab pertanyaan,
tetapi siswa sendiri yang berinisiatif untuk menjawab dengan mengacungkan
tangan bagi yang bisa menjawab.
Untuk lebih jelasnya, persentase ketuntasan belajar matematika siswa
kelas V SD Negeri 18 Katobu pada materi pokok operasi hitung bilangan bulat
secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Siklus I Siklus II Siklus III0
10
20
30
40
50
60
70
80
55
70
80
45
30
20
Persentase Ketuntasan
TuntasBelum Tuntas
B. Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika mengalami peningkatan setelah
dilakukan perbaikan pada siklus kedua dan ketiga. Pada siklus pertama hanya 9
orang atau 45% dari 20 siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas. Pada siklus
kedua hasilnya meningkat dimana 14 orang atau 70% memperoleh nilai 65 ke
atas. Pada siklus ketiga ketuntasan belajar meningkat sebesar 80% dimana 16
siswa memperoleh nilai 65 ke atas. Dengan demikian target perbaikan sudah
tercapai pada siklus ketiga, sekalipun masih ada 4 siswa yang belum tuntas
memperoleh nilai 65 ke atas.
Pada siklus I tidak tercapai ketuntasan belajar sesuai dengan indikator
yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena guru belum melaksanakan
pembelajaran dengan baik yang diakibatkan oleh guru belum menguasai
langkah-langkah pembelajaran model kontruktivis realistik. Hal ini dijadikan
sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Pada siklus berikutnya telah terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Adanya peningkatan hasil belajar tersebut merupakan dampak dari perbaikan
metode pembelajaran yang dilakukan, dimana guru menggunakan model

pembelajaran kontruktivis realistik sehingga siswa dapat menangkap dengan
baik materi yang disampaikan.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh selama melakukan perbaikan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan
Batalaiworu Kabupaten Muna cenderung mengalami peningkatan pada
setiap siklus perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontruktivis realistik pada materi pokok operasi hitung
bilangan bulat.
2. Penggunaan model pembelajaran kontruktivis realistik dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 18 Katobu Kecamatan
Batalaeworu Kabupaten Muna pada materi pokok operasi hitung bilangan
bulat.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, maka peneliti menyarankan hal-
hal sebagai berikut.
1. Bagi guru, khususnya guru sekolah dasar hendaknya menerapkan model
pembelajaran konstruktivisme realistik dalam pembelajaran matematika di
kelas, agar siswa dapat aktif, kritis dan memiliki kemandirian dalam proses
pembelajaran.
2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini SD Negeri 18 Katobu untuk senantiasa
kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran yang variatif sesuai materi
yang akan diajarkan, karena tidak semua materi cocok diajarkan dengan satu
metode pembelajaran saja.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang punya relevansi dengan penelitian ini untuk
mengkaji lebih jauh dari apa yang belum tersentuh dari penelitian kali ini.
Sebagai tindak lanjut untuk perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran selanjutnya secara keseluruhan, maka kiranya Kelompok Kerja
Guru (KKG) yang sudah terbentuk dalam gugus diaktifkan guna saling
bertukar pengalaman yang menyangkut tugas kita sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Asikin, M. (2000). Model Pembelajaran Berbasis Kontruktivis Realistik Untuk
Pengembangan Ide Pembuktian IPA-FISIKA. Makalah Seminar, Disajikan
pada Seminar Nasional IPA-FISIKA di Jurusan IPA-FISIKA ITS.
Surabaya.
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Djamarah, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, M., (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UnVersitas Negeri
Surabaya.
Marpaung, Y. (2001). Pembelajaran IPA-FISIKA Berdasarkan Filsafat
Kontruktivisme. Makalah Seminar, Disajikan pada Seminar Nasional
Realistic Mahtematics Education (RME) di Jurusan IPA-FISIKA, FMIPA
UNHESA. Surabaya.
Munandar, U. (1987). Pengantar Pendidikan. Bandung: Aneka Ilmu.
Rusyan, ATT, dkk., 1989. Pendekatan daalm Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Slameto. (1987). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.
Bina Aksara.
Suherman, 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi
Siswa, (Online) (http://209.85.175.104/search?q=cache:v4JagWmwS-
kJ:educare, Diakses 17 September 2008).
Syamsudin, A. (1997). Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: UnVersitas Terbuka.
Soedjadi, R. (2001). Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelaja

KARYA ILMIAH PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SDN 18 KATOBU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVIS REALISTIK PADA MATERI POKOK OPERASI
HITUNG
BILANGAN BULAT
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pemantapan
Kemampuan Profesional
OLEH :
NAMA : MARLIANI
NIM : 816513526
PROGRAM STUDI : S1 PGSD
SEMESTER : X (SEPULUH)
POKJAR : RAHA B
KABUPATEN : MUNA
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT KENDARI
2014.1