Laporan Kasus Pneumothorax

28
BAB I PENDAHULUAN Pneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan) pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5 sampai dua tahun.

description

Laporan Kasus Pneumothorax

Transcript of Laporan Kasus Pneumothorax

Tindakan Medik dan Keperawatan Pada Pneumotoraks

BAB I

PENDAHULUANPneumothorax adalah penumpukan dari udara yang bebas dalam dada diluar paru yang menyebabkan paru untuk mengempis. Spontaneous pneumothorax, juga dirujuk sebagai primary pneumothorax, terjadi pada ketidakhadiran dari luka trauma pada dada atau penyakit paru yang diketahui. Secondary (juga diistilahkan yang menyulitkan) pneumothorax terjadi sebagai akibat dari kondisi yang mendasarinya.Spontaneous pneumothorax mempengaruhi kira-kira 9,000 orang-orang setiap tahun di Amerika yang tidak mempunyai sejarah dari penyakit paru. Tipe dari pneumothorax ini adalah paling umum pada pria-pria yang berumur antara 20 dan 40 tahun, terutama pada pria-pria yang tinggi dan kurus. Merokok telah ditunjukan meningkatkan risiko untuk spontaneous pneumothorax.Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan. Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%Angka kekambuhan untuk keduanya primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu 1.5 sampai dua tahun.

Laporan KasusSeorang bayi usia 4 hari mengalami ikterus sejak usia 2 hari, lahir spontan ditolong bidan, dengan berat lahir 2200gram dan tidak langsung menangis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat 2100 gram, sadar, tidak panas, ikterus di wajah sampai thoraks dan abdomen. Hasil pemeriksaan bilirubin total 16,5 mg/dl.Identitas:

Nama

: bayi X

Umur

: 4 hari

Alamat

: -

Identitas orang tua:

Nama Ayah: -

Alamat Ayah: -

Pekerjaan : -

Nama ibu: -

Pekerjaan ibu: -

Pekerjaan: -Anamnesis:

Riwayat penyakit sekarang Ikterus sejak kapan? Demam?

Riwayat keluarga Riwayat DM ibu?

Kelainan darah pada keluarga?

Riwayat pengobatan

Ibu konsumsi obat selama kehamilan?

Riwayat penyakit ibu

Riwayat persalinan

Riwayat kelahiran

Riwayat ASI Kesulitan dalam pemberian asi? Rutin?Pemeriksaan Fisik: Sesak pada saat inspirasi

TB: 170 cm

Tensi 150/90

Nadi :100x/menit

Suhu: 37,2 C

RR: 32x/menit

JVP: meningkat

Trachea deviasi kekanan

Fisik Paru: Nampak Asimetri

Kiri lebih cembung daripada yang kanan dan tertinggal saat pergerakan nafas

Fremitus melemah

ICS melebar

Hipersonor dan suara nafas menghilang

Tidak terdengar rales atau mengi

Pemeriksaan Penunjang:1. EKG:

QRS axis dan precordial gelombang T mirip IMA

2. Foto Thorax: Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang

Lengkungan diafragma kiri hamper menghilang dan letak rendah.3. Pemeriksaan Penujang Tambahan:

Analisa Gas darah

CT-Scan

Endoskopi

BAB II

PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan utama sesak napas (dispnea) tiba-tiba terutama saat tarik napas yang dirasakan makin lama makin berat, nyeri dada kiri yang seperti ditusuk, dan rasa nyerinya tidak menjalar. Dari data ini, harus selalu diingat bahwa penanganan yang baik selalu mempertahankan prinsip ABCDE selayaknya pada setiap kasus kegawatdaruratan. Makah hal pertama yang dilakukan melakukan primary survey.Primary survey secara berurutan adalah Airway, Breathing, Circulation, Pada tahap airway diperhatikan jalan napasnya. Pada pasien ini yang mengalami sesak napas tidak didapatkan adanya sumbatan jalan napas (airway). Ini dibuktikan dengan adanya anamnesis dari dokter yang dapat dijawab dengan baik ditambah pasien masih sadar. Bila mungkin tanyakan kembali pada pasien bila dia tersedak sesuatu atau tidak.

Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda vital. Dari hasil didapat bahwa tekanan darah dan nadi pasien tinggi. Tidak terdapat demam yang dapat menyingkirkan adanya kemungkinan infeksi. Sedangkan dari RR yang tinggi hanya membuktikan bahwa ada dispnea yang terjadi. Kesimpulannya pasien membutuhkan evaluasi dan penanganan segera. Dari anamnesis pasien mengaku sesak napas yang makin berat disertai nyeri dada yang tajam dan tidak menjalar. Dari sini didapat kesimpulan :

1. Pasien mengalami hipoksemia berat

2. Nyeri dada yang dialami pasien bukanlah nyeri dada akibat penyakit jantung namun kemungkinan akibat gangguan pada pleura.Pada pasien, airwaynya aman, maka dokter harus memikirkan adanya gangguan pada tahap breathing yakni gangguan ventilasi. Gangguan ventilasi harus dikelola dengan benar. Namun sebelum itu keadaan fisik paru harus diperiksa. yang pertama inspeksi.Inspeksi pada pasien ditemukan mulut pasien bernapas seperti ikan koi, artinya pasien berusaha mengalami kesulitan pada pernapasannya dan berusaha memenuhi kebutuhan oksigen pada tubuhnya. Yang kedua diperhatikan bahwa paru asimetri, dan dada kiri lebih cembung dan tertinggal pada pergerakan napas. Karena tidak ada trauma, maka kemungkinan pada pasien adalah pneumotoraks ataupun efusi pada paru kiri dimana pergerakan napas tertinggal. Bila setiap inspirasi dada makin membesar artinya terjadi tension peneumothorax. Perhatikan pula adanya deviasi trakea ke sisi kanan yang menandakan adanya dorongan dari dalam rongga dada bagian kiri. Kemudian gerakan otot-otot dada juga diperhatikan.Pada palpasi didapat fremitus melemah dan ICS melebar. Ini menandakan bahwa pada pasien kemungkinan pada paru parunya mengalami pengisian udara, konsolidasi ataupun cairan pada rongga dada yang memperkuat adanya dugaan pneumotoraks maupun efusi. Pada auskultasi ditemukan suara napas menghilang dan hipersonor pada perkusi. Hipersonor artinya ada penambahan udara pada rongga dada dan suara napas yang menghilang juga sesuai pada pneumotoraks. Dari sisni disimpulkan bahwa ada udara dengan jumlah melebihi normal yang mengisi rongga dada, dan kemungkinan rongga dada isi cairan dapat dihindarkan. Kemudian tidak terdengar rales atau mengi. Yang berarti ini bukan obstruksi pada jalan napas seperti pada asma. Pada tahap ini maka primary survey sudah dilakukan tanpa adanya tahap D, E karena tidak ada masalah. Yang mengalami masalah hanyalah A, B, dan C.

Setelah dilakukan pemeriksaan secara cepat maka selanjutnya didapat kemungkinan terbesar bahwa pasien mengalami pneumothoraks. Untuk memperkuat dilakukan EKG. Dari hasil EKG didapatkan QRS axis dan precordial T-wavenya berubah mirip IMA yang khas pada pneumothoraks primer paru kiri. Satu hal yang lebih memperkuat dugaan pneumotoraks pada paru kiri adalah pemeriksaan penunjang rontgen thoraks AP.

Pada hasil rontgen didapatkan gambar dibawah ini :

Dari sini digambarkan bahwa ada : Trachea deviasi kearah kanan akibat dari desakan dari udara paru kiri Gambaran lusen mengisi seluruh ruang paru kiri bahkan terdapat herniasi kearah kontralateral sehingga gambaran jantung juga menghilang

Lengkungan diafragma kiri hampir menghilang dan letak rendah.Dari hasil pemeriksaan fisik, penunjang, di tambah anamnesis maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis pasien adalah pneumotoraks spontan primer sinistra .

Pneumothoraks pada kasus ini membutuhkan penanganan yang efisien dan segera dengan prinsip sebagai berikut :

1. Observasi dan pemberian oksigen2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (WSD)3. Pleurodesis bila perlu

4. Torakoskopi

5. Torakotomi

Dibawah ini adalah penatalaksanaan pada pasien yang disertai dengan urutan tindakan dan alat-alat yang diperlukan :

A.Terapi oksigen

Terapi Oksigen dilakukan bila pasien mengalami hipoksemia berat seperti pada pasien ini. Tujuannya adalah mempertahankan saturasi oksigen pada darah pasien. Atau mempertahankan PaO2 sebesar 0-70mmhg dengan kenaikan minimal pada PaCO2.

B. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi (termasuk didalamnya WSD)

Tindakan ini bertujuan untuk mengeluarkan dada dari rongga pleura (dekompresi). Dalam tokakostomi terlebih dahulu dilakukan insisi kulit pada ruang antar iga ke 6 pada linea aksilaris media kemudian dilakukan prosedur Water Seal Drainage ( WSD) Venocath. Penjelasannya adalah sebagai berikut:WSD dengan venocath digunakan dalam keadaan emergency pada pneumothorax dan efusi leura massif. Bila dalam waktu 24 jam paru tidak mengembang atau venocath terlipat maka harus diganti dengan WSD mini atau WDS besar.Adapun komplikasi WSD:

a. Perdarahan

b. Syok Neurogenik

c. Infeksi pasca tindakan bedah

d. Emfisema Subkutis

Persiapan:

1. Pasien

Penjelasan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan(inform consent)

Foto Thorax PA/L

2. Alat

Venocath no.14 + bloodset

Cystofix atau kateter lain yang tidak mudah terlipat

Trocard + klateter sesuai ukuran trocard

Sarung tangan 1-2 buah

1. Pinset anatomis

2. Jarum jahit

3. Pisau

4. Benang

5. Klem arteri tumpul

6. Kain kasa

Semprit 5cc,1-2 buah

Injeksi Lidokain 2% untuk anastesi

Betadine dan alcohol

Plaster dan gunting

Botol WSD

Cara kerja:

1. WSD dengan venocath

a. Prosedurtindakan sama seperti dengan punksi pleura

b. Venocath dihubungkan dengan blood set lalu ujung bloodset dimasukkan ke dalam botol WSD

c. Klem bloodset dibukia perhatikan undulasi pada bloodset,lalu venocath difiksasi dengan kasa dan plaster.

Dari WSD ini diharapkan udara yang terdapt dirongga pleura dapat dikeluarkan dan paru paru dapat mengembang kembali. Bila paru sudah mengembang WSD dapat dicabut,untuk memastikannya dilakukan foto Rotgen seri selama 1-3 hari.Bila dirasa belum cukup dapat dilakukan Pleurodosis yakni melekatkan kembali pleura sehingga mengurangi kekambuhan dan pada Pleurodosis dapat ditambahkan derivate Tetrasiklin untuk mengurangi kekambuhan 25% dari Pleurodosis biasa.

Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : ad bonam

Ad vitam : ad bonamTINJAUAN PUSTAKA

A. Pneumotoraks

Pneumathoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas didalam pleura diantara lapisa pleura visceral dan parietal. Pada keadaan normal rongga antara pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang terhadap rongga dada.

Pneumotoraks terbagi menjadi :

A. Pneumotoraks Spontan :

Pneumotoraks spontan primer : adalah pneumotoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya riwayat penyakit paru yang mendasari sebelumnya

Pneumotoraks spontan sekunder: pneumotoraks terjadi karena suatu penyakit paru yang mendasarinya ( TBC,PPOK,Pneumonia)B. Pneumotoraks Traumatik

Pneumotoraks traumatic adalah pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura,dinding dada maupun paru.

Terbagi menjadi dua lagi yaitu Pneumotoraks traumatic bukan iatrogenik dan Pneumotoraks traumatic iatrogenic.

Manifestasi Klinis :

Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).Gejalanya bisa berupa: Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk Sesak nafas

Dada terasa sempit

Mudah lelah Pasien Merasa cemas,tegang,stress (gelisah karena kurangnya oksigen yang masuk) Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.

Pemeriksaan Fisik pada pasien :

Inspeksi: statis:Asimetris, bagian paru yang sakit tampak cembung. Dinamis : bagian paru yang sakit tertinggal waktu inspirasi

Palpasi : sela iga melebar, femitus melemah

Perkusi : pada bagian paru yang terkena Hipersonor

Auskultasi : suara napas melemah atau kadang bisa sampai hilang

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan pada pasien Pneumotoraks:

Foto Rontgen Thoraks PA dan lateral menunjukan gambaran :

- gambaran penguncupan paru yang halus

- bayangan radiolusen/avaskuler

- pendorongan mediastinum

- Air fluid Level

Analisis gas darah tapi jarang dilakukan

B. Tindakan Medik dan Keperawatan Pada Pneumotoraks

Pada kasus kegawatdaruratan pneumotoraks dapat dilakukan penatalaksanaan dengan tujuan untuk live saving :1. Mengeluarkan udara dari rongga pleura

2. Mengurangi kecendrungan untuk kambuhKemudian british thoracic society dan American College of Chest physicians memberikan rekomendasi pengangan pneumotoraks :

1. Observasi dan pemberian tambahan Oksigen

2. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodesis3. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla

4. Torakotomi

A. Strategi Penanganan KegawatdaruratanDibawah ini adalah tindakan medis yang berfokus pada pneumotoraks :

1. Lihat pasien : apa tampak distress ? Sakit ? Hampir kehilangan kesadaran? Apakah ada dispnea ? Apakah dapat menjawab pertanyaan?

2. Observasi toraksnya : apakah ada kealainan (abrasi, luka, ekimosis, dll), Apakah gerakan dinding dada simetris ? Apakah ada luka pada punggung?3. Auskultasi suara napas : Dengarkan di garis midaksilaris di bawah aksila, Apakah suara napasnya seimbang ? Apakah suara napasnya menghilang ? Pada bagian mana?

4. Palpasi toraks pasien. Rasakan adanya abnormalitas. Bila mungk8in perkusi dada pasienYang penting pada diagnosis dari pneumiotoraks adalah dengan asestment yang baik. Jangan lupakan tanda khas pada pneumotoraks seperti adanya deviasi trachea pada arah yang berlawanan dengan bagian paru yang terkena.B. Pemeriksaan yang berkaitan

1. Dispnea

2. Nyeri dada

3. Luka terbuka / ekimosis / kontusio

4. Takikardia

5. Hipersonor pada bagian yang terkena

6. Suara paru yang menghilang pada bagian yang terkenaC. Bila penanganan hampir terlambat

1. Status mental terganggu

2. Hipotensi

3. Takikardia

4. Sianosis

5. Deviasi trachea kontralateral

6. Distensi vena leherD. Diagnosis banding dengan pneumothoraks

1. Cedra paru : suara paru hilang, dispnea, dan hipoksia

2. Patah tulang rusuk multiple : Suara napas hilang, dispnea, nyeri dada

3. Pasca pneumonektomi : suara napas hilang Penanganan Umum

Penanganan pada pasien yang datang dengan sesak napas dan suspek pneumotoraks harus selalu dimulai dengan prinsip ABC. Mengamankan Airway, breathing, dan circulation dari pasien adalah mutlak pada kasus kegawatdaruratan sebelum tindakan lebih lanjut. Maka dari itu hal pertama yang kita lakukan adalah melihat airway atau jalan napasnya, pastikan adanya obstruksi atau tidak. Bila jalan napas baik dan suspek pneumotoraks segera lakukan pemberian Oksigen 100% dengan mask. Namun bila dalam keadaan : GCS