LAPORAN KASUS mata.docx

download LAPORAN KASUS mata.docx

of 25

Transcript of LAPORAN KASUS mata.docx

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    1/25

    1

    LAPORAN KASUS

    OD Astigmatisme Miopia Kompositus dan OS Miopia Ringan

    Kepada Yth : dr. Liana Ekowati, Sp.M

    Dibacakan oleh : Rizky Yanuari

    Pembimbing : dr. Dera Tresna Utami

    Dibacakan tanggal: 31 Juli 2013

    I. PENDAHULUAN

    Astigmatisma biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, dan biasanya berjalan

    bersama dengan miopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi perubahan selama hidup.

    Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam

    perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatism with the rule (astigmat lazim)

    yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau-jari-

    jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horisontal.2

    Letak kelainan pada astigmatisma terdapat di dua tempat yaitu kelainan pada kornea dan

    kelainan pada lensa. Pada kelainan kornea terdapat perubahan lengkung kornea dengan atau

    tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior- posterior bola mata. Kelainan ini

    bisa merupakan kelainan kongenital atau didapat akibat kecelakaan, peradangan kornea atau

    operasi.2.3

    II. IDENTITAS PENDERITA

    Nama : Ny. TRUmur : 36 tahun

    Agama : Islam

    Alamat : Ngaliyan, Semarang

    Pekerjaan : Pegawai Negeri

    No. CM : C001739

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    2/25

    2

    I. ANAMNESIS

    (autoanamnesis pada 24 Mei 2013)

    Keluhan Utama: Penglihatan kedua mata kabur

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Sejak 1 minggu yang lalu pasien mengeluh penglihatan mata kabur di kedua

    mata,keluhan dirasakan terutama jika melihat jarak jauh. Keluhan dirasakan semakin

    memberat sehingga mengganggu aktifitas sehari-hari. Pasien juga mengalami pusing pada

    bagian sekitar mata. Keluhan jika melihat benda seakan-akan benda menjadi dua (-), nrocos

    (-), melihat pelangi disekitar cahaya (-). Karena keluhan dirasakan semakin mengganggu

    pasien kemudian berobat ke RSDK.

    Riwayat Penyakit dahulu

    Riwayat pemakaian kacamata (+)

    Riwayat trauma pada daerah mata disangkal

    Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal

    Riwayat penyakit mata lainnya disangkal

    Riwayat hipertensi (-)

    Riwayat DM disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Biaya pengobatan ditanggung ASKES, pasien dan suaminya bekerja sebagai pegawai negeri.

    Kesan : Sosial ekonomi cukup.

    II. PEMERIKSAAN FISIK

    Status Praesen

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Komposmentis GCS=15

    Tanda vital : TD : 110/70 mmHg suhu : 36 0C

    nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit

    Pemeriksaan fisik : Kepala : mesosefal

    Thoraks : cor : tidak ada kelainan

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    3/25

    3

    paru : tidak ada kelainan

    Abdomen : tidak ada kelainan

    Ekstremitas : tidak ada kelainan

    Status Oftalmologi

    Oculus Dexter Oculus Sinister

    6/40 VISUS 6/40

    6/40 S-1,75 C -0,50x90 6/6 KOREKSI 6/40 S-1,50 6/6

    Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan

    Gerak bola mata ke segala arah

    baik

    PARASE/PARALYSE Gerak bola mata ke segala arah

    baik

    Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan

    Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (+), spasme (+)

    Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (+), spasme (-)

    Hiperemis (-), sekret (-) CONJUNGTIVA

    PALPEBRALIS

    hiperemis (-), sekret (-)

    Hiperemis (-), sekret (-) CONJUNGTIVA FORNICES hiperemis (-), sekret (-)

    Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)

    Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan

    Jernih CORNEA Jernih

    Kedalaman cukup,

    Tyndall Effect(-)

    CAMERA OCULI

    ANTERIOR

    Kedalaman cukup,

    Tyndall Effect(-)

    Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)

    Bulat, sentral, regular,

    3mm, Refleks cahaya (+) N

    PUPIL Bulat, sentral, regular,

    3mm, Refleks cahaya (+) N

    Jernih LENSA Jernih

    (+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang

    T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    4/25

    4

    Tidak dilakukan SISTEM CANALIS

    LACRIMALIS

    Tidak dilakukan

    III. RESUME

    Seorang wanita 36 tahun datang ke poli mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan sejak 1

    minggu visus menurun di kedua mata. Pasien juga mengalami pusing pada bagian sekitar

    mata. Keluhan jika melihat benda seakan-akan benda menjadi dua (-), nrocos (-), melihat

    pelangi disekitar cahaya (-). Karena keluhan dirasakan semakin mengganggu pasien

    kemudian berobat ke RSDK.

    Riwayat Status praesens dalam batas normal.

    Status oftalmologi

    Oculus Dexter Oculus Sinister

    6/40 VISUS 6/40

    6/40 S-1,75 C -0,50x90 6/6 KOREKSI 6/40 S-1,50 6/6

    (+) cemerlang FUNDUS REFLEKS (+) cemerlang

    IV. DIAGNOSIS BANDING

    OD: Astigmatisme Miopia Kompositus

    OS: Miopia ringan

    V. DIAGNOSIS KERJA

    OD: Astigmatisme Miopia Kompositus

    OS: Miopia ringan

    VI.

    TERAPI

    Resep kacamata sesuai dengan koreksi

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    5/25

    5

    VII. PROGNOSIS

    OD OS

    Quo ad visam Ad bonam Ad bonam

    Quo ad sanam Dubia ad bonam Dubia ad bonamQuo ad vitam Ad bonam

    Quo ad cosmeticam Ad bonam

    VIII. SARAN

    Kontrol untuk melakukan pemeriksaan visus setiap 1 tahun sekali.

    IX.

    EDUKASI Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien mempunyai kelainan

    mata astigmatisme yang menyebabkan penglihatan pasien kabur, pusing disekitar

    mata

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien mempunyai kelainan

    mata rabun jauh yang menyebabkan pasien sulit melihat jarak jauh

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa terapi dari kelainan mata

    astigmatisme dan rabun jauh adalah dengan menggunakan kacamata yang sesuai

    dengan koreksi.

    Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien rutin melakukan

    pemeriksaan visus setiap 1 tahun sekali

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    6/25

    6

    X. DISKUSI

    X.I ANATOMI DAN FISIOLOGI

    Gambar 1. Anatomi bola mata.

    Bola mata bentuknya merupai kistik yang dipertahankan oleh adanya tekanan didalamnya.

    Walaupun secara umum bola mata dikatakan bentuknya bulat atau globe namun bentuknya

    tidak bulat sempurna.

    Orbita adalah tulang-tulang rongga mata yang didalamnya terdapat bola mata, otot-otot

    ekstraokular, nervus, lemak dan pembuluh darah. Tiap-tiap tulang orbita berbentuk

    menyerupai buah pear, yang bagian posteriornya meruncing pada daerah apeks dan optik

    kanal.1

    MEDIA REFRAKSI

    Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea,

    aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata.Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata

    sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan

    tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan

    menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan

    akomodasi atau istirahat melihat jauh.1,2

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    7/25

    7

    FISIOLOGI REFRAKSI

    Gambar 2. Fisiologi refraksi.

    Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan

    kembali ke sebuah titik peka-cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat

    mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika berkas

    berpindah dari satu medium dengankepadatan (densitas) tertentu ke medium dengan

    kepadatan yang berbeda.

    Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lainnya

    misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas yang

    lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya juga berlaku). Berkas cahaya mengubah

    arah perjalanannya jika mengenai medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.

    Dua faktor penting dalam refraksi : densitas komparatif antara 2 media (semakin besar

    perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di

    medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling

    penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea,

    struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar

    dalam reftraktif total karena perbedaan densitas pertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari

    pada perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi

    kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah.

    Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan mengubah kelengkungannya

    sesuai keperluan untuk melihat dekat/jauh.2

    Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya terfokus diretina agara

    penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau

    belum terfokus sebelum mencapai retina ,bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas

    cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata daripada berkas-

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    8/25

    8

    berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki)

    dianggap sejajar saat mencapai mata.

    Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan jarak yang lebih

    besar di belakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber cahaya jauh, karena berkas

    dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata. Untuk mata tertentu,

    jarak antara lensa dan retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauhdan dekat

    terfokus di retina (dalam jarak yang sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuks

    umber dekat. Kekuatan lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.3

    X.II MIOPI

    DEFINISI

    Miopia adalah ketidakmampuan untuk melihat objek pada jarak jauh dengan jelas. Pada

    orang dengan miopia, bola mata akan lebih panjang dari normal sehingga sinar yang datang

    dari objek yang jauh difokuskan di depan retina. Miopia dapat diklasifikasikan menjadi

    miopia simpleks (miopia yang fisiologik) dan miopia degeneratif (miopia patologik). Mata

    dengan miopia simpleks mempunyai kelainan refraksi kurang dari 6 Dioptri dan tidak

    terdapat perubahan patologis sedangkan mata dengan miopia degeneratif mempunyai

    kelainan refraksi paling sedikit 6 Dioptri dan berhubungan dengan perubahan degeneratif

    terutama di segmen posterior bola mata.

    Miopia merupakan kelainan optik yang sering dijumpai. Pada fisiologi miopia,

    kekuatan lensa kurang dari -6 D, hal ini dianggap variasi biologi yang normal. Keadaan mata

    yang eror yaitu dengan kekuatan lensa lebih dari 6 D disebut sebagai miopia tinggi.

    Dimana pada keadaan ini, panjang aksial miopia tersebut tidak dapat stabil selama dewasa

    muda. Patofisiologi dari progresivitas kelainan ini sebagai bentuk degeneratif miopi yang

    tidak diketahui.

    Miopi dibagi menjadi beberapa karakteristik yaitu:

    1. Menurut jenis kelainannya, Vaughan membagi miopia menjadi :

    Miopia aksial, dimana diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari

    normal.

    Miopia kurvatura, yaitu adanya peningkatan curvatura kornea atau lensa.

    Miopia indeks, terjadi peningkatan indeks bias pada cairan mata.

    2. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas:5

    Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    9/25

    9

    Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa

    akibatbertambah panjangnya bola mata.

    Miopia maligna, yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang

    dapatmengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.3. Berdasarkan penyebab miopia:5

    Miopia refraktif adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan, seperti

    padakatarak.

    Miopia aksial adalah akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan

    kelengkungankornea dan lensa yang normal.

    4. Berdasarkan ukuran derajat dapat dibagi atas:5

    Miopia ringan 1-3 dioptri Miopia sedang 3-6 dioptri

    Miopia berat > 6 dioptri

    5.

    Menurut timbulnya oleh Lendner dibagi atas:

    Kongenital

    Infantil

    Yuvenil

    6.

    Secara klinik dan berdasarkan perkembangan patologi yang timbul pada mata,makamiopia dibagi atas:5

    Miopia simple

    Miopia patologi

    Myopia dikategorikan berbahaya apabila berpotensi untuk menimbulkan

    kebutaan bagi penderitanya, karena tidak bisa diatasi dengan pemberian kacamata.

    Myopia berbahaya ini dibarengi dengan kerapuhan dari selaput jala (retina) yang

    makin lama makin menipis dari waktu ke waktu.

    Pada puncaknya proses penipisan ini menimbulkan perobekan pada selaput

    jala (retina), yang membutuhkan tindakan bedah sedini mungkin untuk pemulihannya.

    Tingkat keberhasilan pemulihan penglihatan akibat hal ini sangat tergantung pada

    kecepatan tindakan penanggulangannya.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    10/25

    10

    ETIOLOGI

    miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat

    menyebabkantimbulnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,

    herediter, kerja dekat yang berlebihan dan kekurangan zat kimia (kekurangan kalsium,

    kekurangan vitamin) (Desvianita cit Slone, 1997).Pada mata miopia fokus sistem optik mata

    terletak di depan retina, sinar sejajar yang masuk kedalam mata difokuskan di dalam badan

    kaca. Jika penderita miopia tanpa koreksi melihat keobjek yang jauh, sinar divergenlah yang

    akan mencapai retina sehingga bayangan menjadi kabur.Ada dua penyebab yaitu : daya

    refraksi terlalu kuat atau sumbu mata terlalu panjang (Hoolwich,1993).Miopia yang sering

    dijumpai adalah miopia aksial.

    Miopia aksial adalah bayangan jatuh di depanretina dapat terjadi jika bola mataterlalu panjang. Penyebab dari miopia aksial adalahperkembangan yang menyimpang dari

    normal yang di dapat secara kongenital pada waktu awalkelahiran, yang dinamakan tipe

    herediter. Bila karena peningkatan kurvatura kornea atau lensa,kelainan ini disebut miopia

    kurvatura (desvianita cit Slone, 1997).

    Penyebab panjangnya bola mata dapat diakibatkan beberapa keadaan :

    1. Tekanan dari otot ekstra okuler selama konvergensi yang berlebihan.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    11/25

    11

    2. Radang, pelunakan lapisan bola mata bersama-sama dengan peningkatan

    tekanan yangdihasilkan oleh pembuluh darah dari kepala sebagai akibat dari

    posisi tubuh yangmembungkuk.

    3. Bentuk dari lingkaran wajah yang lebar yang menyebabkan konvergensi yang

    berlebihan (Desvianita cit Perera, 1997).

    Peningkatan kurvatura kornea dapat ditemukan pada keratokonus yaitu kelainan pada

    bentuk kornea. Pada penderita katarak (kekeruhan lensa) terjadi miopia karena lensa

    bertambahcembung atau akibat bertambah padatnya inti lensa ( Desvianita cit Slone,

    1997).Miopia dapat ditimbulkan oleh karena indeks bias yang tidak normal, misalnya akibat

    kadar gulayang tinggi dalam cairan mata (diabetes mellitus) atau kadar protein yang

    meninggi padaperadangan mata.

    Miopia bias juga terjadi akibat spasme berkepanjangan dari otot siliaris(spasme

    akomodatif), misalnya akibat terlalu lama melihat objek yang dekat. Keadaan

    inimenimbulkan kelainan yang disebut pseudo miopia (Sastradiwiria, 1989).

    PATOFISIOLOGI

    Miopia disebabkan karena pembiasan sinar di dalam mata yang terlalu kuat untuk

    panjangnyabola mata akibat :

    1.

    Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih

    panjang,bola mata yang lebih panjang ) disebut sebagai miopia aksial

    2.

    Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau

    lensamempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut miopia kurvatura/refraktif

    3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi

    ini disebutmiopia indeks

    4. Miopi karena perubahan posisi lensaPosisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca

    operasi glaucoma

    GAMBARAN KLINIS

    Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek

    dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi

    mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku.

    Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya

    terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata

    selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    12/25

    12

    (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus

    konvergen (estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata

    yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia

    akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia).5

    Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan

    juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan

    mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek

    pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang

    masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi

    yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap,

    maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia. 5

    Gejala-gejala myopia juga terdiri dari :

    1. Gejala subjektif :

    Kabur bila melihat jauh

    Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat

    Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan

    akomodasi)

    2.

    Gejala objektif :

    Myopia simpleks :

    Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative

    lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol. Pada segmen

    posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen

    myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.

    Myopia patologik :

    Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks. Gambaran yang

    ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:

    a.

    Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi

    yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan

    kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas

    hubungannya dengan keadaan myopia.

    b. Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papilterlihat

    lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    13/25

    13

    seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid

    yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur

    c.

    Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan

    pendarahan subretina pada daerah macula.

    d.

    Retina bagian perifer: Berupa degenersi kista retina bagian perifer Seluruh

    lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat

    penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai

    fundus tigroid.

    DIAGNOSIS BANDING

    1. Foto fundus / retina

    2.

    Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri

    3. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)

    4. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G = electro

    ence falogram

    5. EVP (evoked potential examination)

    6.

    USG ( ultra sono grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada

    tumor,panjang bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)

    7. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)

    8. CT scan dengan kontras / MRI. VI. Penatalaksanaan

    PATHWAYS

    Pembiasan sinar didalam mata yang terlalu kuat untuk

    panjangnya bola mata

    Pasca operasi glaucoma

    Posisi lensa lebih ke arah anterior

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    14/25

    14

    PENCEGAHAN

    Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan

    gelap dan menonton TV dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu, penurunan

    pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang telah dikembangkan

    untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak efektif.

    Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia

    dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik dan para

    peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa kacamata yang dapat

    dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar Malaysia juga baru-baru ini

    melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang baru menyatakan bahwa pembentukan

    atau perbaikan pada penderita myopia disebabkan karena melajunya pertumbuhan

    myopia, ini juga terdapat dalam pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak pengobatan

    myopia mengalami kesulitan dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh

    karena itu, beberapa grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut

    Sampai sejauh ini yang dilakukan adalah mencoba mencari bagaimana mencegah

    kelainan refraksi pada anak atau mencegah jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter

    akan melakukan beberapa tindakan seperti pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk

    membantu penglihatan, operasi, penggunaan lensa kontak dan penggunaan kacamata.

    Indeks bias mata lebih tinggi dari normal

    Sumbu aksial mata lebih panjang dari normal Lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu

    cembung atau lensa mempunyai

    kecembungan yang lebih kuat)

    Miopia kurvaturaMiopia aksial

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    15/25

    15

    Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:

    Mencegah terjadinya kebiasaan buruk. Hal yang perlu diperhatikan adalah sejak kecil

    anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak, dan memegang alat tulis dengan benar.

    Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.

    Batasi jam membaca. Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah

    penerangan yang cukup. Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa

    diatur tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm. Membaca dengan posisi tidur atau

    tengkurap bukanlah kebiasaan yang baik. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha

    untuk melatih jauh atau bergantian melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat

    mencegah myopia. (Curtin, 2002).

    PENATALAKSANAAN

    1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

    Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk

    mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology

    kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk

    pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia. Latihan pergerakan

    mata dan teknik relaksasi

    Para pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan

    latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan).

    Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para

    praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa

    subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta)

    ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah

    pengobatanamyopiaayangaefektif.

    Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau

    operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk

    mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan

    dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan

    juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi

    ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata

    tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang

    dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata.

    Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    16/25

    16

    Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian

    sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-

    bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang

    rusak (Lee dan Bailey)

    2. Penatalaksanaan Farmakologi

    Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk

    mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak

    digunakan ada penderita myopia

    X.III ASTIGMATISME

    DEFINISI

    Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh

    mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik. 3

    EPIDEMIOLOGI

    Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar. Di

    Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata. Kasus

    kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah

    penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta

    jiwa.3,4

    Insidensi myopia dalam suatu populasi sangat bervariasi dalam hal umur, negara, jenis

    kelamin, ras, etnis, pekerjaan, lingkungan, dan factor lainnya. Prevalensi miopia bervariasi

    berdasar negara dan kelompok etnis, hingga mencapai 70-90% di beberapa negara.

    Sedangkan menurut Maths Abrahamsson dan Johan Sjostrand tahun 2003, angka kejadian

    astigmat bervariasi antara 30%-70%.

    ETIOLOGI

    Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4

    i. Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media refrakta

    yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah kornea, yaitu mencapai

    80% s/d 90% dari astigmatismus, sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin.

    Kesalahan pembiasan pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea

    dengan tanpa pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bolamata.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    17/25

    17

    Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan kongenital,

    kecelakaan, luka atau parut di kornea, peradangan kornea serta akibat pembedahan

    kornea.

    ii.

    Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa. Semakin bertambah

    umur seseorang, maka kekuatan akomodasi lensa kristalin juga semakin berkurang

    dan lama kelamaan lensa kristalin akan mengalami kekeruhan yang dapat

    menyebabkan astigmatismus.

    iii. Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty

    iv. Trauma pada kornea

    v. Tumor

    KLASIFIKASI

    Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

    1) Astigmatisme Reguler

    Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang

    saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya

    bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat

    koreksi lensa cylindris yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal.

    Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan

    penglihatan yang lain.

    Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi

    menjadi 2 golongan, yaitu:

    i.

    Astigmatisme With the Rule

    Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

    horizontal.

    ii. Astigmatisme Against the Rule

    Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang

    vertikal.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    18/25

    18

    2) Astigmatisme Irreguler

    Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

    Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai

    berikut:

    1. Astigmatisme Miopia Simpleks

    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat

    pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B

    adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme

    jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki

    angka yang sama.

    Gambar 3.Astigmatisme Miopia Simpleks

    2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

    Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di

    belakang retina.

    Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

    3.

    Astigmatisme Miopia Kompositus

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    19/25

    19

    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

    antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -

    X Cyl -Y.

    Gambar 5. Astigmatisme Miopia Kompositus

    4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

    Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di

    antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph

    +X Cyl +Y.

    Gambar 6.Astigmatisme Hiperopia Kompositus

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    20/25

    20

    5. Astigmatisme Mixtus

    Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di

    belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -

    Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai

    X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

    Gambar 7.Astigmatisme Mixtus

    Berdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

    1. Astigmatismus Rendah

    Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatis-mus rendah tidak

    perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka

    koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

    2. Astigmatismus Sedang

    Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada

    astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

    3. Astigmatismus Tinggi

    Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak

    diberikan kacamata koreksi.

    TANDA DAN GEJALA

    Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala

    sebagai berikut :

    - Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya keluhan ini

    sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    21/25

    21

    - Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

    - Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk

    mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga

    menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

    - Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata,

    seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan,

    meskipun bayangan di retina tampak buram.

    Sedang pada penderita astigmatismusrendah, biasa ditandai dengan gejalagejala

    sebagai berikut :

    - Sakit kepala pada bagian frontal.

    -

    Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya penderita akan

    mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau mengucek-ucek mata.

    X.IV DIAGNOSIS

    1)

    Pemeriksaan pin hole

    Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam

    penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan,

    atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan

    pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi

    baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan

    media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.5

    2)

    Uji refraksi

    i.

    Subjektif

    Optotipe dari Snellen & Trial lens

    Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak pemeriksaan 6

    meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata

    penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu

    Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6

    dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan

    membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    22/25

    22

    hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur

    penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam

    penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita miopia. Bila setelah

    pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin

    pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji

    pengaburan (fogging technique).5,6

    ii. Objektif

    - Autorefraktometer

    Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan

    komputer.Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan

    respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan

    refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu

    beberapa detik.

    - Keratometri

    Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan

    kornea.11 Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun

    mempunyai keterbatasan.

    3)

    Uji pengaburan

    Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya

    dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada

    kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta

    melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.

    Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu

    lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan

    kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat

    vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring

    sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.

    Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    23/25

    23

    negatif sampai pasien melihat jelas.7

    Gambar 8. Kipas Astigmat.

    4) Keratoskop

    Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa

    memerhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, ring

    tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk

    sempurna.7,8

    5)

    Javal ophtalmometerBoleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman akan

    menentukan kekuatan refraktif dari kornea.7,8

    Terapi

    1)Koreksi lensa

    Miopi dapat dikoreksi dengan lensa speris negative.Pada anak-anak dengan derajat myop

    sampai dengan - 6 D,diberikan full koreksi dan dipakai terus.Pada myop diatas - 6 D

    pada pemberian pertama kali dapat diturunkan dulu antara 1 2 D.Pada myop tinggi

    dapat dikurangi sesuai keadaan.

    Astigmatismusdapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan

    koreksi lensa cylinder penderita astigmatismusakan dapat membiaskan sinar sejajar tepat

    diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.

    2)Orthokeratology

    Orthokeratology adalah cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu

    minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan myopia.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    24/25

    24

    Kekakuan lensa kontak yang digunakan sesuai dengan standar. Pada astigmatismus

    irregulardimana terjadi pemantulan dan pembiasan sinar yang tidak teratur pada dataran

    permukaan depan kornea maka dapat dikoreksi dengan memakai lensa kontak. Dengan

    memakai lensa kontak maka permukaan depan kornea tertutup rata dan terisi oleh film air

    mata.

    3)

    Bedah refraksi

    Methode bedah refraksi yang digunakan terdiri dari:8,9

    Radial keratotomy (RK)

    Dimana pola jari-jari yang melingkar dan lemah diinsisi di parasentral. Bagian yang

    lemah dan curam pada permukaan kornea dibuat rata. Jumlah hasil perubahan tergantung

    pada ukuran zona optik, angka dan kedalaman dari insisi.

    Photorefractive keratectomy (PRK)

    Adalah prosedur dimana kekuatan kornea ditekan dengan ablasi laser pada pusat kornea.

    Kornea yang keruh adalah keadaan yang biasa terjadi setelah photorefractive

    keratectomy dan setelah beberapa bulan akan kembali jernih. Pasien tanpa bantuan

    koreksi kadang-kadang menyatakan penglihatannya lebih baik pada waktu sebelum

    operasi.

    ANALISIS KASUS

    Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis Astigmatisme miopi kompositus pada mata

    kanan berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik

    sebagai berikut.

    Pada anamnesis didapatkan keluhan keluhan sejak 1 minggu penglihatan mata kabur

    di kedua mata. Pasien juga mengalami sakit kepala pada bagian sekitar mata dan silau jika

    terkena cahaya. Keluhan jika melihat benda seakan-akan benda menjadi dua (-), nrocos (-),

    melihat pelangi disekitar cahaya (-).

    Pada pemeriksaan fisik pada OS didapatkan visus mata kanan 6/40, koreksi 6/40 S-

    1,75 C-0,50x90 6/6 dan visus mata kiri 6/40 koreksi 6/40 S-1,50 6/6, pada pemeriksaan

    fundus refleks (+) cemerlang pada kedua mata.

    Pada kasus ini pasien diberikan terapi berupa kacamata yang sesuai dengan koreksi.

    Hal ini diperlukan untuk memperbaiki penglihatan pasien agar dapat melihat dengan jelas.

    Pasien kemudian disarankan untuk kontrol rutin setiap 1 tahun sekali untuk pemeriksaan

    visus dan funduskopi.

  • 5/19/2018 LAPORAN KASUS mata.docx

    25/25

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Despopoulos A. and Silbernagi S, Color Atlas of Physiology 3 rd Edition. London:

    Thieme, 2003; 344-346.

    2.

    Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,

    Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.

    3. James B, Chew C and Bron A, Lecture Notes on Ophtalmology. New York: Blackwell

    Publishing, 2003; 20-26.

    4. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R, Vaughan &

    Asburys General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill, 2007.

    5. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu Penyakit Mata

    Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2. Jakarta.

    6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and Refraction,

    New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.7. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive Errors,

    Thieme, p. 127-136, 2000.

    8. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6 th

    Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.

    9. Roque M., 2009. Astigmatism, PRK. Diunduh dari:

    http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101

    [Diakses tanggal 28 Juni 2011]

    10.Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related Amblyopia.

    Optom Vis Sci86(6): 634-639. Diunduh dari:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pm

    centrez

    [Diakses tanggal 26 Juni 2011]

    11.Choi H. Y., Jung J. H. and Kim. M. N., 2010. The Effect of Epiblepharon Surgery on

    Visual Acuity and With-the-Rule Astigmatism in Children. Korean J Ophthalmol 2010;

    24(6) : 325-330. Diunduh dari:

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-

    6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrez

    http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3016080/pdf/1545-6110_v108_p077.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pdf??tool=pmcentrezhttp://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101