LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

45
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI Percobaan II “Depresansia Sistem Syaraf Pusat (SSP) ” 13 April 2015 Di susun oleh Kelompok 2 Yuni Destriyani (0661 13 137) Mila Rosa (0661 13 146) Tressa Amandha Demia (0661 13 157) Agung Sopyan (0661 13 165) Dosen pembimbing : Drh. Mien R.,M.Sc.,ph.D E.mulyati Effendi,.MS Yulianita,.S.Farm Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt Asisten Dosen : Mukhlis Vina

description

ffarmakologi

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGIPercobaan II

“Depresansia Sistem Syaraf Pusat (SSP) ”

13 April 2015

Di susun oleh

Kelompok 2

                Yuni Destriyani (0661 13 137)                Mila Rosa (0661 13 146)                Tressa Amandha Demia (0661 13 157)                Agung Sopyan (0661 13 165)

Dosen pembimbing :

      Drh. Mien R.,M.Sc.,ph.D      E.mulyati Effendi,.MS      Yulianita,.S.Farm      Nisa Najwa,.S.Fam.,Apt

Asisten Dosen :      Mukhlis      Vina

LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

2015

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 1Percobaan II

“Depresansia Sistem Syaraf Pusat (SSP) ”

13 April 2015

Yuni Destriani Mila Rosa ( 0661 13 137) (0661 13 146)

Tressa Amandha D Agung Sopian (066113157) (066113165)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Tujuan Percobaan

Mengetahui mula kerja dan lamanya kerja suatu hipnotik sedatif

I.2 Latar Belakang

Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan suatu jaringan

saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi

sistem saraf antara lain : mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu

dengan lingkungan sekitarnya. Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral

dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa, cahaya,

dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang

belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik

narkotik menekan reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat

dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik.

Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.

Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat (SSP) yang

realtif tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan,

hingga yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma

dan mati, bergantung pada dosis. Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktivitas, menurunkan

respons terhadap perangsangan emosi dan menenangkan. Sedatif menekan reaksi terhadap

perangsangan, terutama rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk yang berat. Obat yang

tergolong sedative, yaitu chloralhidrat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit dibangunkan

disertai penurunan refleks hingga kadang-kadang kehilangan tonus otot. Obat hipnotik

menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai

tidur fisiologis.

I.3 Hipotesis

Pemberian obat depresan pada mencit menyebabkan adanya efek depresi ringan dan sampai

terjadinya efek tidur. Hal ini dibuktikan dengan pemberian obat urethane dan diazepam pada

hewan mencit yang memberikan efek depresi ringan dan efek tidur. Dari kedua obat ini

menyatakan bahwa pemberian obat urethane lebih cepat bereaksi dibandingkan dengan diazepam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan system tubuh. Depresan Sistem

Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsional

dari sistem syaraf pusat (SSP). Akibat dari penurunan aktivitas fungsional sistem syaraf pusat

adalah menurunnya fungsi beberapa organ tubuh. Depresan sistem syaraf pusat (SSP) ini bekerja

dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Depresansia terbagi

atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum. Depresansia golongan sedative menyebabkan

respon fisik dan mental dari hewan menghilang, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran atau

dengan kata lain hanya menimbulkan efek sedasi. Depresansia golongan hipnotika menimbulkan

efek hipnotik pada hewan, sehingga rasa kantuk pada hewan. Depresansia golongan sedative dan

hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi dapat menyebabkan efek anaesthesi.

Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa yang dapat menimbulkan efek anaeshtesi,

sehingga kesadaran, rasa nyeri dari hewan menjadi hilang, dan muscle relaxan.

Efek samping umum hipnotika mirip dengan efek samping morfin, yaitu

           Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi. Sifat ini paling ringan pada flurazepam dan zat-

zat benzodiazepin lainnya, demikian pula pada kloralhidrat dan paraldehida;

           Tekanan darah menurun, terutama oleh barbiturat;

           Sembelit pada penggunaan lama, terutama barbiturat;

           “Hang over”, yaitu efek sisa pada keesokan harinya berupa mual, perasaan ringan di kepala dan

termangu. Hal ini disebabkan karena banyak hipnotika bekerja panjang (plasma-t½-nya

panjang), termasuk juga zat-zat benzodiazepin dan barbiturat yang disebut short-acting.

Kebanyakan obat tidur bersifat lipofil, mudah melarut dan berkumulasi di jaringan lemak.

Obat Hipnotik dan Sedatif

Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan

malam hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur,

mempermudah atu menyebabkan tidur. Sedangkan sedative adalah obat obat yang menimbulkan

depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur, dengan efek menenangkan dan mencegah

kejang-kejang. Yang termasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah:

Ethanol (alcohol),Barbiturate,fenobarbital,Benzodiazepam, methaqualon

DIAZEPAM

Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan

alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.

Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma

aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh

sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa

aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa

lainnya.Diazepam tidak boleh dijual bebas, tetapi harus melalui resep dokter.

Diazepam terutama digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat

ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sederhana misalnya bangkitan klonik fokal

dan hipsaritmia yang refrakter terhadap terapi lazim. Diazepam dapat efektif pada bangkitan lena

karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam 1 detik.

Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus, disuntikkan 5-20 mg diazepam IV secara lambat.

Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam.

Diazepam dapat mengendalikan 80-90 % pasien bangkitan rekuren.   

Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia (kehilangan

keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi paradoksikal, kejang

otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi, gangguan berbicara, dan

penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari diazepam. Efek samping obat ini berat

dan berbahaya yang menyertai penggunaan diazepam IV ialah obstruksi saluran nafas oleh lidah,

akibat relaksasi otot. Disamping ini dapat terjadi depresi nafas sampai henti nafas, hipotensi ,

henti jantung, dan kantuk.

Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan

dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam,

penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual,

muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat,

dapat timbul kejang.

Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap,

dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

URETAN

Uretan adalah senyawa etil ester dari asam karbaminik, menimbulkan efek anaestesi dengan

durasi yang panjang seperti choralose. Biasanya senyawa ini digunakan untuk percobaan

fisiologi dan farmakologi. Uretan sering dikombinasikan dengan choralose untuk menurunkan

aktivitas muskular. Menurut literatur, uretan memiliki efek yang kecil pada respirasi dan tekanan

darah arteri. Uretan tidak digunakan sebagai anaestesi dalam kedokteran hewan, tetapi

dianjurkan dalam penggunaannya untuk tujuan eksperimen/percobaan (Hall & Clarke 1983)

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan bahan

           Alat

1.        Jarum suntik

2.        Timbangan hewan coba

           Bahan

1.        Mencit

2.        Urethan

III.2 Cara Kerja

           Diambil 1 ekor mencit

           Diamati keadaan biologi dari hewan coba meliputi : bobot badan, frekuensi jantung, laju nafas,

reflex, tonus otot, rasa nyeri dan gejala lainnya bila ada

           Dihitung dosis yang akan diberikam kepada hewan coba :

(Urethan

           Disuntikan masing – masing zat pada hewan coba secara ip (intra peritoneal)

           Dicatat waktu kehilangan righting reflex

           Dicatat kecepatan pernafasan dengan interval waktu 15 menit

BAB IV

HASIL DAM PEMBAHASAN

IV.1 Perhitungan Dosis

Urethan (10 mg/kg bb) 10 %

Berat mencit 33 g

Dosis konversi:

= 0,0594 gram

Dosis penyuntikan :

= 0,594 ml

IV. 2 Data biologis hewan coba

PengamatanHewan Coba

Mencit

Bobot badan 33 g

Frekuensi jantung 152 @ 38

Laju nafas 152 @ 38

Refleks +++

Tonus otot +++

Kesadaran +++

Rasa nyeri +++

Gejala lain:

Urinasi -

Defekasi -

Salivasi -

Kejang -

IV. 3 Tabel pengamatan depresansia pada mencit

Kel

Depresansia

Diazepam Urethan

Onset Durasi Gejala

lain

Onset Durasi Gejala

lain

1 4,9 menit 3,55 menit Defekasi,

salifasi

2 1,27menit > 30

menit

pingsa

n

3 2,40 menit 5,45 menit

4 2,25 menit 1,2 menit Urinasi,

kejang

searah,

spontan

mati

5 2,35 menit 4,6 menit Salifasi,

Defekasi

6 8,27 menit 36,3 menit Mati

7 50 detik 1,2 menit

8 3,21 menit 45,57

menit

Pingsan

IV.4 Pembahasan

Pada percobaan yang telah dilakukan yaitu Depresansia Sistem Syaraf Pusat (SSP)

dilakukan pada hewan percobaan yaitu mencit dengan kondisi biologis yaitu bobot mencit

sebesar 33gr , dengan reflek , tonus otot, kesadaran , dan rasa nyeri yang masih baik , namun

laju pernafasan dan frekuensi jantung cepat karena pada saat praktikum hewan coba bisa dibilang

mengalami stress

Pada saat pemberian obat dilakukan dengan rute IP (Intra Peritoneal) yaitu pemberian obat

melalui rongga perut yang kosong. , rute ini di pilih karena obat yang disuntikkan dalam rongga

peritonium akan diabsorpsi cepat, sehingga reaksi obat akan cepat terlihat, terbukti pada saat

awal disuntikan sampai timbul efek (onset) bisa di bilang cepat yaitu 1,27 menit,

Pada dosis terapi obat sedatif menekan aktifitas, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi

dan menenangkan (Ganiswara,Sulistia G. 1995). Efek sedasi merupakan efek samping beberapa

golongan obat yang tidak termasuk obat golongan depresan SSP. Pemberian obat ini pada mencit

menyebabkan aktivitas mencit menjadi menurun dan mencit menjadi lebih tenang. Pemberian

obat ini secara terus-menerus dengan dosis bertingkat dapat menyebabkan keracunan akut yang

ditandai dengan menurunnya frekuensi pernafasan mencit (depresi nafas).

Tonus otot juga perlahan hilang, hal ini disebabkan oleh Urethan yang bersifat muscle relaxan

sehingga tidak langsung menyerang sistem syaraf pusat , dimana urethane ini terlebih dahulu

menyebabkan otot lembek kemudian tonus menghilang dan diteruskan dengan hilangnya

kesadaran. 

Pada hasil pengamatan dapat dilihat durasi dari diazepam lebih cepat di bandingkan dengan

urethan dimana diazepam yang sifatnya larut dalam lemak.. Obat ini akan mencapai MEC

(Minimal Effective Consentration) tertinggi sehingga mencit akan tertidur dan akan bangun lagi

karena secara farmakokinetik golongan obat benzodiazepin yaitu diazepam itu larut dalam

lemak. Saat keadaan plasma meningkat, obat dilepaskan sehingga mencitnya tidur, tetapi saat

keadaan plasma menurun, obat tetap tertimbun dalam lemak sehingga mencitnya bangun begitu

seterusnya

BAB V

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa , urethan dan

diazepam merupakan obat depresansia yang menimbulkan efek sedative.

Obat sedative ini dapat membuat hewan coba menjadi hilang kesadaran atau lebih tenang atau

tidur.

Pada kelompok kami melakukan penyuntikan dengan banyak uretan yang di ambil adalah

0,594ml dengan cara IP (inter Peritoneal)

Untuk nilai onset uretan lebih cepat di bandingkan dengan diazepam , namun untuk nilai durasi ,

diazepam lebih cepat di bandingkan dengan nilai uretan.

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswara Sulistia et al. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.

Ikawati, Z., (2006). Pengantar Farmakologi Molekuler. Yogyakarta: Gadjah Mada

Katzung, Bertram G.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Mycek, M. J., (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi II. Jakarta: Widya Medika

Purwanto, SL dan Istiantoro, Yati. 1992. DOI(Data Obat DiIndonesia). Jakarta: PT. Grafindian Jaya.

Tim Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru.

http://tressaamandhademia.blogspot.co.id/2015/04/laporan-praktikum-farmakologi-percobaan.html

 LAPORAN LENGKAPPRAKTIKUMFARTOKS 1SSP 1   O L E HKELOMPOK        :  III (TIGA)GOLONGAN        :  FARMASI A2ASISTEN              :  AHMAD RUSMIN R.,  S.FarmLABORATORIUM FARMASETIKAJURUSAN FARMASI FIKESUIN  ALAUDDIN MAKASSARSAMATA – GOWA2014BAB IPENDAHULUANA.    Latar BelakangTubuh manusia terdiri atas organ-organ yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan oleh sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormone.Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan perifer. Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan medulla spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dara saraf somatik dan saraf otonom (saraf simpatis dan parasimpatis).Susunan saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak dan sumsum tulang tulang belakang sangat berperan dalam mengelolah informasi dari reseptor untuk menyampaikan reaksi terhadap efektor. Seperti yang berhubungan dengan SSP 1, yaitu terjadinya anestesi dan hipnotik-sedatif.Istilah anestesia yang artinya hilangnya sensari nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun  yang tidak disertai hilang kesadaran. Anestetik adalah obat yang digunakan dengan maksud untuk menimbulkan anestesi. Hipnotik dan sedatif merupakan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan, yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma, dan mati.Adapun hubungan percobaan dengan dunia farmasi adalah berhubungan dengan pembuatan sediaan dan mengetahui efek farmakologi obat yang bekerja pada SSP 1. Oleh karena itu pentingnya dilakukan percobaan SSP 1. B.     Maksud dan Tujuan Percobaan1.      Maksud PercobaanMengetahui dan memahami efek farmakologi obat golongan anestsi dan hipnotik-sedatif yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus) .2.      Tujuan Percobaan

a.         Anestesi       Menentukan efek farmakologi obat golongan anestesi, yakni eter, alkohol, dan kloroform yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus) .b.      Hipnotik-sedatif       Menentukan efek farmakologi obat golongan hipnotik-sedatif, yakni luminal, diazepam, kloralhidrat, dan infusa kangkung yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus) .  C.    Prinsip Percobaan1.      AnestesiPenentuan efek farmakologi obat-obat (eter, kloroform, alkohol) yang bekerja pada sistem saraf pusat, memberi perlakuan secara inhalasi pada mencit dengan memasukkan mencit ke dalam toples lalu dicatat onset dan durasi.2.      Hipnotif-sedatifPenentuan efek farmakologi obat-obat (luminal, diazepam, kloralhidrat, dan infusa kangkung) yang bekerja pada sistem saraf pusat, memberi perlakuan secara oral lalu dicatat onset dan durasi.             BAB IITINJAUAN PUSTAKAA.    Tinjauan TeoretisHampir semua fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem saraf. Secara umum sistem saraf mengendalikan aktivitas tubuh yang cepat seperti kontraksi otot. Daya kepekaan dan daya hantaran merupakan sifat utama dari makhluk hidup dalam bereaksi terhadap perubahan sekitarnya. Rangsangan ini dinamakan stimulus. Reaksi yang dihasilkan dinamakan respons. Makhluk hidup yang bersel satu (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) ditentukan kemampuan fungsinya oleh protoplasma sel.(Syaifuddin, 2011:182)Hubungan reseptor dengan efektor terjadi melalui sistem sirkulasi. Dengan perantaraan zat kimia yang aktif melalui hormone melewati tonjolan protoplasma dari satu sel berupa benang (serabut). Sel ini dinamakan neuron. Serangkaian neuron terdiri dari neuron reseptor dan neuron efektor yang akan membentuk arkus refleks. Arkus refleks terdiri dari dua neuron, yaitu neuron reseptor

dan neuron sensorik. Antara neuron sensorik dan neuron motorik satu sama lain saling berhubungan.(Syaifuddin, 2011:182)Terdapat dua tonjolan neuron sensorik, yaitu ke saraf perifer dan saraf pusat, yang ke perifer berhubungan dengan organ ujung (otot dan kulit) dan dikenal sebagai dendrite dan tonjolan ke pusat disebut akson (neurit).(Syaifuddin, 2011:182)Susunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan perifer. Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan medulla spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dara saraf somatic dan saraf otonom (saraf simpatis dan parasimpatis).(Syaifuddin, 2011:182)Lazimnya, sistem saraf yang mengkoordinir sistem-sistem lainnya di dalam tubuh dibagi dalam dua kelompok, yakni:1.       Susunan saraf pusat (SSP), yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.2.      Sistem saraf perifer, yang dapat dibagi lagi dalam dua bagian, yakni:-          Saraf-saraf motoris atau saraf eferen yang menghantarkan impuls (isyarat) listrik dari SSP ke jaringan perifer melalui neuron eferen (motoris);-          Saraf-saraf sensoris atau saraf aferen yang menghantarkan impuls dari periferi ke SSP melaui neuron aferen (sensory).(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 311)Saraf eferen dapat dibagi pula dalam 2 subsistem utama:1.       Sistem saraf otonom, yang mengendalikan organ-organ dalam secara tidak sadar. Menurut funsinya SSO ini dibagi dalam dua cabang, yakni sistem (orto) simpatis dan sistem parasimpatis (SO dan SP).2.      Sistem saraf motoris, yang mengendalikan fungsi-fungsi tubuh secara sadar.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 311)Impuls oksigen diterima oleh sel-sel penerima (reseptor) untuk kemudian diteruskan ke otak atau sumsum tulang belakang. Rangsangan dapat berupa perangsang (stimuli) nyeri, suhu, perasaan, penglihatan, pendengaran, dll.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 311)Kesadaran akan perasan sakit terbentuk dari dua proses, yakni penerimaan perangsang nyeri di otak besar dan reaksi emosional dari individual terhadapnya. Analgetika memengaruhi proses pertama dengan jalan meningkatkan ambang-kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotika menekan reaksi psikis yang diakibatkan oleh perangsang nyeri.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 311)Di lain pihak, fungsi SSP dapat ditekan seluruhnya secara tidak spesifik oleh zat-zat pereda pusat seperti hipnotik-sedativa.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 311)Istilah anestesia yang artinya hilangnya sensari nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun  yang tidak disertai hilang kesadaran.(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 122)Anestetik adalah obat yang digunakan dengan maksud untuk menimbulkan anestesi, yaitu kondisi pati rasa dan/atau kehilangan kesadaran, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi bedah terhadap pasien, tanpa mengalami rasa nyeri dan/atau tidak sadar atas dirinya; maka, dibedakan menjadi anestetik lokal dan anestetik umum.(Kasim, Fauzi, dkk, 2013; 63)

Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas atau dingin.Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007; 407)Struktur dasar anestetika lokal pada umumnya tediri dari tiga bagian, yakni suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alkohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipfil. Semakin panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya anestetiknya, tetapi toksisitasnya juga meningkat.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 407)Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa. Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel saraf dan ujungnya.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 408)Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Seperti juga alkohol dan barbital, anestetika lokal menghambat penerusan impuls dengan jalan menurunkan permeabilitas membran sel saraf untuk ion-natrium, yang perlu bagi fungsi saraf yang layak.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana., 2007; 408)Anestetika lokal dapat memengaruhi transmisi disambungan saraf-otot, yaitu menyebabkan berkurangnya respons otot atas rangsangan saraf atau suntikan asetilkolin inta-arteri; sedangkan perangsangan listrik langsung pada otot masih menyebabkan kontraksi.(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 262)Anestetiak umum adalah obat yang dapat menimbulkan anesthesia atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di SSP yang bersifat reversible, di mana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, sehinggak agak mirip keadaan pingsan.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kiran, 2007; 400)Dari berbagai teori yang pernah dikemukkan tentang mekanisme terjadinya anesthesia, tampaknya teori neurofisiologi merupakan teori yang dapat menjelaskan terjadinya anesthesia. Kini diyakini bahwa anesthesia terjadi karena adanya perubahan neurotransmisi di berbagai bagian SSP. Kerja neurotransmisi di pascasinaps akan diikuti dengan pembantuan second messenger dalam hal ini cAMP yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron.(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 122-123)Akhir-akhir ini opiat, kalsium, NO diduga berperanan dalam mekanisme kerja anestetik ini. Pada akhir tahun 1970-an berkembang teori opiat yang menyatakan bahwa anestesi inhalasi bekerja melalui reseptor opiat. Selain itu, anesthesia inhalasi ternyata merangsang dilepaskannya opiat endogen di SSP.(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 123)Guedel (1920) membagi anesthesia umum dalam 4 stadium, sedangkan stadium ke-3 dibedakan lagi atas 4 tingkat.1.      Stadium I (Analgesia)2.      Stadium II (Eksitasi)3.      Stadium III (Pembedahan) : Tingkatan 1-44.      Stadium IV (Depresi medulla oblongata)(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 124-125)Hipnotik dan sedatif merupakan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan, yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma, dan mati.

(Gunawan, Sulistia Gan, dkk, 2007; 139)Penggolongan satu obat ke dalam golongan hipnotik-sedatif menandakan bahwa obat tersebut mampu menimbulkan sedasi (disertai redanya ansietas) atau membantu tidur. Karena mengandung berbagai variasi kimia, penggolongan obat ini lebih didasari pada penggunaan klinis ketimbang kesamaan struktur kimia. Ansietas dan gangguan tidur adalah masalah yang lazim ditemui sehingga hipnotik-sedatif banyak diresepkan di seluruh dunia.(Katzung, Bertram G, 2010;344)Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respon tehadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur yang menyerupai tidur fisiologi.(Gunawan, Sulistia Gan, 2007; 139)Hipnotika dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni senyawa barbiturate dan benzodiazepine, obat-obat lainnya dan obatobsolet.1.    Barbiturate: fenobarbital, butobarbital, siklobarb, dll. Penggunaannya sebagai sedative-hipnotika kini praktis sudah ditinggalkan berhubungan adanya zat-zat benzodiazepine yang jauh lebih aman. Dewasa ini hanya beberapa barbiturate masih digunakan untuk indikasi tertentu, misalnya fenobarb dan meforbarb sebagai anti-epileptika dan pentotal sebagai anestetikum.2.    Benzodiazepine: temazepam, nitrazepam, flurazepam, flunitrazepam, triazolam, estazolam, dan midazolam. Obat-obat ini pada umumnya kini dianggap sebagai obat tidur pilian pertama karena toksisitas dan efek sampingnya yang relatif paling ringan.(Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana, 2007; 387)Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:a. ReseptorAdalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.b. Konduktor (Penghantar impuls)Dilakukan oleh sistem saraf itu sendiri. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron.c. EfektorAdalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (hormon). Otot menanggapi rangsang yang berupa gerakan tubuh, sedangkan hormon menaggapi rangsang dengan meningkatkan/menurunkan aktivitas organ tubuh tertentu.Misalnya : mempercepat/memperlambat denyut jantung, melebarkan/menyempitkan pembuluh darah dan lain sebagainya.1.Sel Saraf (Neuron)Sistem saraf tersusun oleh sel-sel saraf atau neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan). Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit (akson).a.    Badan selBadan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Badan sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Inti sel berfungsi sebagai pengatur kegiatan sel saraf (neuron). Di dalam sitoplasma terdapat mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa rangsangan.

b. DendritDendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel.  c. Neurit (akson)Neurit berfungsi untuk membawa rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit dibungkus oleh selubung lemak yang disebut selubung myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann. Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Bagian neurit ada yang tidak dibungkus oleh selubung mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannyarangsangan. Antara neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis. Pada bagian sinapsis inilah suatu zat kimia yang disebut neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya.2. Macam-macam Neuron (Sel Saraf)a. Saraf sensorik Saraf sensorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari reseptor (indra) ke saraf pusat(otak dan sumsum tulang belakang).b. Saraf motorikSaraf motorik adalah saraf yang membawa rangsangan (impuls) dari saraf pusat susunan saraf ke efektor (otot dan kelenjar).c. Saraf konektorSaraf konektor adalah saraf yang menghubungkan rangsangan (impuls) dari saraf sensorik ke saraf motorik.3. Macam-macam GerakGerakan merupakan salah satu cara tubuh dalam mengagapi rangsangan. Berdasarkan jalannya rangsangan (impuls) gerakan dibedakan menjadi dua yaitu :a. Gerak sadarGerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau disadari. Pada gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui neuron sensorik. Di otak rangsangan tadi diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan. Kemudian otak mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor) bergerak melaksanakan perintah otak. Contoh gerak sadar misalnya : menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan.Skema gerak sadar :Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik -> Otak  -> Saraf motorik --> Efektor (Otot)b. Gerak Refleks (Tak Sadar)Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini tidak melewati otak namun hanya sampai sumsum tulang belakang. Gerak refleks misalnya terjadi saat kita mengangkat kaki karena menginjak benda runcing, gerakan tangan saat tidak sengaja menjatuhkan buku, gerakan saat menghindari tabrakan dan lain sebagainya.Skema gerak refleks :Rangsangan(Impuls) --> Reseptor(Indra) --> Saraf sensorik -> Sumsum Tulang Belakang ->

Saraf motorik --> Efektor (Otot)4. Susunan Sistem Saraf ManusiaDi dalam tubuh kita terdapat miliaran sel saraf yang membentuk sistem saraf. Sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.(Amalia. 2013;    )a. Sistem saraf pusat1)      OtakOtak merupakan pusat pengatur dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau goncangan. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan sumsum lanjutan.a)      Otak besar (cerebrum)Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut-serabut saraf (neurit/akson). Otak besar berfungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir, mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.b)      Otak Kecil (Cerebellum)Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan Varol. Terbagi menjadi dua lapis sama seperti otak besar yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot-otot ketika kita bergerak.c)      Sumsum lanjutanSumsum lanjutan (medula Oblongata) terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung badan sel-sel saraf dan lapisan luar berwarna putih karena berisi neurit (akson). Sumsum lanjutan berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan pembuluh darah, mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak disadari.(Amalia. 2013; 20)2). Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf. (Amalia. 2013; 20)Sumsum tulang belakang berfungsi untuk:a)      menghantarkan impuls dari dan ke otak,b)      memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.

(Amalia. 2013;    )Sistem saraf yang dapat mengendalikan sistem saraf lainnya didalam tubuh dibagi dua golongan yaitu :1. Sistem saraf pusat (SSP) atau sistem saraf sentral, terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (spinal cord)2. Sistem saraf perifer yang terdiri dari :a. Saraf otak dan tulang belakangb. Susunan saraf otonom.                                                                                      (Gibson, 2002: 226)Rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, suara, mula-mula diterima oleh sel-sel penerima (reseptor), kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik misalnya sedativ – hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptik (wekamin) dan obat antidepresi (Maloloe, 1989: 52)Sistem saraf perifer berfungsi menghantarkan impuls dari dan ke susunan saraf pusat atau dengan istilah lain dari saraf efferent (motorik) ke saraf efferen (sensoris). Rangsangan seperti sakit, panas, rasa, cahaya, suara mula-mula diterima oleh sel-sel penerima (reseptor), kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. SSP dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya hipnotik sedatif. Obat yang dapat merangsang disebut analeptik dan obat antidepresi (Arif, 2008: 20)Dalam banyak hal, fungsi dasar neuron dalam SSP sama dengan sistem saraf otonom (SSO). Misalnya, transmisi informasi dalam SSP dan di perifer keduanya menyangkut lepasnya neurotransmiter yang melintas pada celah sipnatik untuk kemudian terikat pada reseptor spesifik neuron post sipnatik. Dalam kedua sistem pengenalan neurotransmiter oleh membran reseptor neuron post sinaptik memberikan perubahan intraselular. Beberapa perbedaan utama terdapat antara neuron dalam SSO perifer yang ada pada SSP. Percabangan SSP lebih kompleks dari SSA dan jumlah sinaps dalam SSP jauh lebih banyak. SSP beda dengan SSA perifer, mempunyai anyaman neuron inhibitif yang kuat, aktif dalam modulasi kecepatan transmisi neuron. Selain itu, SSP menggunakan lebih dari 10 dan barangkali sampai 50 neurotransmiter yang berbeda. Sebaliknya sistem otonom hanya menggunakan dua neurotransmiter utama asetilkolin dan norepinefrin (James, 2002: 193-194).Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat terbagi menjadi obat depresan saraf pusat yaitu anastetik umum (memblokir rasa sakit). Hipnotip sedatif (menyebabkan tidur), psikotropika (menghilangkan gangguan jiwa), antikonvulsi (menghilangkan kejang), analgetik (mengurangi rasa sakit). Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit di otak besar dan reaksi emosional. Analgetik menaikkan ambang rasa sakit di otak besar, sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional (psikis) yang ditimbulkan oleh rasa sakit tersebut (Sulistia, 1995: 81).Istilah anastesi yang artinya hilang sensasi nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun tidak disertai hilang kesadaran, diperkenalkan oleh oliver W. Holmes pada tahun 1846. Obat yang digunakan dalam menimbulkan anastesi disebut sebagai anestetik, dan kelompok obat ini dibedakan dalam anestetik umum dan anestetik lokal, bergantung pada dalamnya pembiusan (Gibson, 2002: 227).Anastetik umum adalah senyawa obat yang dapat menimbulkan anastesi (an=tanpa, aesthesis=perasaan) atau narkosa, yakni suatu keadaan depresi umum yang bersifat reversible dari banyak pusat sistem saraf pusat, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan, agak mirip dengan pingsan (Tim penyusun. 2012; 21).Istilah anesthesia dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit.

Anesthesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :(1) anesthesia lokal, yaitu hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang   kesadaran;(2) anesthesia umum, yaitu hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anesthesia yang dilakukan dahulu oleh orang Mesir menggunakan narkotik,  orang Cina menggunakanCanabis indica, dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk menghilangkan kesadaran. (Sulistia. 1995; 109)                 Anastetik umum digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri dan memblok reaksi serta menimbulkan relaksasi pada pembedahan. Tahap-tahap anastesi antara lain (Tim penyusun. 2012; 22)1.    AnalgesiaKesadaran berkurang, rasa nyeri hilang, dan terjadi euphoria (rasa nyaman) yang disertai impian-impian yang menyerupai halusinasi. Ester dan nitrogen monoksida memberikan analgesia yang baik pada tahap ini sedangkan halotan dan thiopental tahap berikutnya.2.                EksitasiKesadarn hilang dan terjadi kegelisahan (=tahap edukasi).3.    AnestesiPernapasan menjadi dangkal dan cepat, teratur seperti tidur (pernapasan perut), gerakan bola mata dan reflex bola mata hilang, otot lemas.4.    Pelumpuhan sumsum tulangKerja jantung dan pernapasan berhenti. Tahap ini harus dihindari.Anastetik umum merupakan depresan sistem saraf pusat, dibedakan menjadi anastetik inhalasi yaitu anastetik gas, anastetik menguap dan anastetik parenteral. Pada percobaan hewan dalam farmakologi yang digunakan hanya anastetik menguap dan anastetik parenteral (Tim penyusun. 2012; 23).Efek anastetik ini pada mencit/tikus antara lain dapat dideteksi dengan Touch respon, yaitu dengan menyentuh leher mencit atau tikus dengan suatu benda misalnya pensil. Jika mencit tidak bereaksi maka mencit/tikus terpengaruh oleh anastetik. Selain itu pasivitas juga dapat mengindikasikan pengaruh anastesi. Pasivitas yaitu mengukur respon mencit bila diletakkan pada posisi yang tidak normal, misalnya mencit yang normal akan menggerakkan kepala dan anggota badan lainnya dalam usaha melarikan diri, kemudian hal yang sama tetapi dalam posisi berdiri, mencit normal akan meronta-ronta. Mencit yang diam kemungkinan karena terpengaruh oleh senyawa anastetik. Uji neurologik yang lain berkaitan dengan anastetik ialah uji ringhting refles (Tim penyusun. 2012; 23).Mekanisme terjadinya anesthesia sampai sekarang belum jelas meskipun dalam bidang fisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapat kemajuan hebat sehingga timbul berbagai teori berdasarkan sifat obat anestetik,misalnya penurunan transmisi sinaps, penurunan konsumsi oksigen dan penurunan aktivitas listrik SSP (Tim penyusun. 2012; 110).Hipnotik atau obat tidur (hypnos=tidur), adalah suatu senyawa yang bila diberikan pada malam hari dalam dosis terapi, dapat mempertinggi keinginan fisiologis normal untuk tidur, mempermudah dan menyebabkan tidur. Bila senyawa ini diberikan untuk dosis yang lebih rendah pada siang hari dengan tujuan menenangkan, maka disebut sedativa (obat pereda). Perbedaannya dengan psikotropika ialah hipnotik-sedativ pada dosis yang benar akan menyebabkan pembiusan total sedangkan psikotropika tidak. Persamaannya yaitu menyebabkan ketagihan (2:24).     Tidur adalah kebutuhan suatu makhluk hidup untuk menghindarkan dari pengaruh yang merugikan tubuh karena kurang tidur. Pusat tidur di otak mengatur fungsi fisiologis ini. Pada

waktu terjadi miosis, bronkokontriksi, sirkulasi darah lambat, stimulasi peristaltik dan sekresi saluran cerna (Tim penyusun 2012; 24).           Tidur normal terdiri dari 2 jenis :1.   Tidur tenang : (Slow wafe, NREM = Non Rapid Eye Movement), (ortodoks) yang berciri irama jantung, tekanan darah, pernapasan teratur, otot kendor tanpa gerakan otot muka atau mata.2.    Tidur REM (Rapid Eye Movement) atau paradoksal, cirinya otak memperlihatkan aktivitas listrik (EEG=Electro encephalogram), seperti pada orang dalam keadaan bangun dan aktif, gerakan mata cepat. Jantung, tekanan darah dan pernapasan naik turun naik, aliran darah ke otak bertambah, ereksi, mimpi. (Tim penyusun. 2012; 25)Golongan obat hipnotik-sedatif yaitu :·         Benzodiazepine contohnya:·            Klordiazepin·            Diazepam·            Lorazepam·            Oksazepam·         2.  Barbiturat contohya:·            Amobarbital·            Aprobarbital·            Barbital·            Mefobarbital·            Bupabarbital·         Hipnotik lainnya contohnya:·            kloral hidrat·            glutetimid·            meprobamat (Sugianto.2000; 20)Dalam banyak hal, fungsi dasar neuron dalam sistem saraf pusat sama dengan sistem saraf otonom. Misalnya transmisi informasi dalam sistem saraf pusat dan perifer keduanya menyangkut lepasnya neurotransmitter yang melintas pada celah sinaptik untuk kemudian terikat pada reseptor spesifik neuron postsinaptik. Dalam pengenalan neurotransmitter oleh membran reseptor neuron postsinaptik memberikan perubahan intraseluler (James. 2002; 40).Pada sebagian besar sinaps sistem saraf pusat, reseptor tergabung dalam saluran ion, mengikat neurotransmitter ke reseptor membran postsinaptik sehingga dapat membuka saluran ion secara cepat dan sesaat. Saluran yang terbuka ini kemungkinan ion didalam dan luar membran sel mengalir kearah konsentrasi yang lebih kecil. Perubahan komposisi dibalik membran neuron akan mengubah potensial postsinaptik, menghasilkan depolarisasi atau hiperpolarisasi membran postsinaptik, yang tergantung pada ion tertentu yang bergerak dan arah dari gerakan itu (Departemen farmakologi dan teraupetik. 2007; 81).Gangguan neurotransmisi yang dapat diobati dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang disebabkan oleh terlalu banyaknya neurotransmisi dan oleh terlalu sedikitnya neurotransmisi. Neurotransmisi yang terlalu banyak disebabkan oleh :·           Sekelompok neuron yang terlalu mudah dirangsang yang bekerja tanpa adanya stimulus yang sesuai, misalnya gangguan kejang, terapi diarahkan pada pengurangan otomatisitas sel – sel ini.·           Terlalu banyak molekul neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik. Terapi meliputi pemberian antagonis yang memblokir reseptor – reseptor pascasinaptik.

·           Terlalu sedikit molekul neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor pascasinaptik, misalnya parkinson. Beberapa strategi pengobatan yang meningkatkan neurotransmisi, meliputi obat – obatan yang menyebabkan pelepasan neurotransmitter dari terminal prasinaptik, dan prekursor neurotransmitter yang diambil kedalam neuron prasinaptik dan dimetabolisme menjadi molekul neurotransmitter aktif. (Departemen farmakologi dan teraupetik. 2007; 89)Neurotransmitter otak terdiri dari :a.       Norepinefrinb.      Dopaminc.       5-Hidroksitriptamind.      Asetilkoline.       Asam gamma amino butirat (GABA)(Departemen farmakologi dan teraupetik. 2007; 89):   B.     Uraian Bahan1.    Etanol                          (Dirjen POM, 1979 ; 65)Nama resmi                 : AETHANOLUMNama lain                    : Etanol, alkalium hidroksidaolRumus molekul           : C2H5OHRumus struktur            :  Berat molekul              : 46,07Pemerian                     : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap  dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah  terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak  berasapKelarutan                    : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P  dan dalam eter PPenyimpanan              : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari   cahaya, di tempat sejuk, jauh dari nyala apiKegunaan                    : Anestetik2.    Eter                             (Dirjen POM, 1979; 66)Nama resmi                 : AETHER ANAESTHETICUSNama lain                   : Eter anestesi, EtoksietanaRumus struktur           : H3C-CH2-CH2-C=OBerat molekul             : 74,12Rumus molekul           : C4H10OPemerian                     : tidak berwarna; cairan transparan; bau khas; rasa manis dan membakar. Sangat mudah menguap; sangat mudah terbakar; campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.Kelarutan                    : larut dalam 10 bagian air; dapat campur dengan etanol (95 %) P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak dan dengan minyak atsiri.Penyimpanan              : dalam wadah kering tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk.Kegunaan                   : anestetik3.    Kloralhidrat                (Dirjen POM, 1997; 142)Nama resmi                 : CHLORALIHYDRAS

Nama lain                   : kloralhidratBerat molekul             : 165,40Rumus molekul           : C2H3Cl3O2Pemerian                     : hablur transparan, tidak melelh basah; tidak berwarna, bau tajam dan khas; rasa kaostik dan agak pahit. Melebur pada suhu lebih kurang 550 dan perlahan-lahan menguap.Kelarutan                    : sangat mudah larut dalam air dan dalam minyak zaitun; mudah larut dalam etanol (95 %) P, dalam kloroform P, dan dalam eter P.Penyimpanan              : dalam wadah kacap tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk.Kegunaan                   : hipnotik-sedatif4.    Kloroform                   (Dirjen POM, 1997; 151)Nama resmi                 : CHLOROFORMUMNama lain                   : kloroformBerat molekul             : 119,38Rumus molekul           : CHCl3Pemerian                     : cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan membakar.Kelarutan                    : larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.Penyimpanan              : dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca, terlindung dari cahaya.Kegunaan                   : anestetik.  C.    Uraian Obat1.    Diazepam                    (Dirjen POM, 1997; 211)Nama resmi                 : DIAZEPAMUMNama lain                   : diazepamBerat molekul             : 284,74Rumus molekul           : C16H13CIN2ORumus struktur           :                                         Pemerian                     : serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak berbau atau hamper tidak berbau; rasa, mua-mula tidak mempunyai rasa, kemudian pahit.Kelarutan                    : agak sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P.Mekanisme kerja         : Diazepam merupakan turunan bezodiazepin. Diazepam atau biasanya dikenal dengan Valium merupakan sebuah turunan narkoba. Diazepam disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika. Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistim syaraf pusat. Dimetabolisme menjadi metabolit aktif yaitu N-desmetildiazepam dan oxazepam.

Efek samping              : pusing, mengantuk, Depresi, Impaired Cognition, reaksi alergi, amnesia, anemia, angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision, kehilangan keseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver, drug dependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue, general weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia, libido changes, muscle spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia disorder, polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder, sialorrhea, skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual changes, vomiting, xerostomia.Dosis maksimum        : sehari 40 mg.Penyimpanan              : dalam wadah tetutup baik, terlindung dari cahaya.Kegunaan                   : hipnotik-sedatif.2.    Luminal                      (Dirjen POM, 1997; 481)Nama resmi                 : PHENOBARBITALUMNama lain                   : luminal, fenobarbitalBerat molekul             : 232,24Rumus struktur           :                                          Rumus molekul           : C12H12N2O3Pemerian                     : hablur/serbuk hablur; putih tidak berbau; agak pahit.Kelarutan                    : sangat sukar larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.Mekanisme kerja         : Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam mengatasi epilepsi pada dosis subhipnotis. Mekanisme kerja menghambat kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja pada reseptor GABA.Efek samping              : mengantuk, kelelahan, depresi mental, ataksia dan alergi kulit, paradoxical excitement restlessness, bingung pada orang dewasa dan hiperkinesia pada anak; anemia megaloblastik(dapat diterapi dengan asam folat).Dosis maksimum        : sekali 300 mg, sehari 600 mg.          Penyimpanan              : dalam wadah tertutup baikKegunaan                   : hipnotik-sedatifBAB IIIMETODE KERJA A.    Alat dan Bahan1.      Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan adalah batang pengaduk, cawan porselin, gelas kimia, kanula/spoit oral, kompor gas, lap halus, lap kasar, lumpang dan alu, panci, stopwatch,timbangan analitik, toples. 2.      Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan adalah alkohol, aquadest diazepam, eter, infusa kangkung, kapas, kloralhidrat, kloroform, dan lumina. B.     Cara Kerja

1.    Penyiapan hewan coba (mencit)a.         Diambil 4 ekor mencit untuk percobaan anestesi dan 4 ekor mencit untuk percobaan hipnotik-sedatif dari kandang.b.         Ditimbang masing-masing bobot mencitc.         Disimpan mencit di atas lap kasar atau wadah sementara sebelum dilakukan percobaan.2.    Penyiapan bahana.         Diazepam1)   Ditimbang 5 tablet diazepam (580 mg)2)   Digerus 5 tablet diazepam3)   Ditimbang 3 mg diazepam dari hasil gerusan4)   Dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%5)   Diambil 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%6)   Dilarutkan  lagi dalam 10 ml Na-CMC 1%7)   Diambil lagi 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%8)   Dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%b.      Luminal1)   Ditimbang 5 tablet luminal (610 mg)2)   Digerus 5 tablet luminal3)   Ditimbang 12 mg luminal dari hasil gerusan4)   Dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%5)   Diambil 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%6)   Dilarutkan  lagi dalam 10 ml Na-CMC 1%7)   Diambil lagi 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%8)   Dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%3.    Perlakuan hewan cobaa.         Perlakuan anestesi1)   Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan2)   Dikelompokkan mencit dan diberi tanda menjadi 3 kelompok, yaitu:kelompok I & IV (diberi eter), kelompok II (diberi kloroform), kelompok III (diberi alkohol).3)   Dimasukkan kapas yang ditambahkan masing-masing perlakuan ke dalam toples hingga bahan yang digunakan menjadi homogen. Toples I & IV diberi eter, toples II diberi kloroform, dan toples III diberi alkohol.4)   Dimasukkan masing-masing mencit ke dalam toples yang telah disediakan.5)   Dicatat onset dan durasi dengan menggunakan stopwatch.b.      Perlakuan hipnotik-sedatif1)   Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2)   Ditimbang mencit yang akan digunakan.3)   Dikelompokkan mencit dan diberi tanda menjadi 4 kelompok:Kelompok I          : diberi obat luminal secara peroral (0,667 ml)Kelompok II         : diberi obat diazepam secara peroral (0,767 ml)Kelompok III             : diberi larutan kloralhidrat secara peroral (0,83 ml)Kelompok IV             : diberi infusa kangkung secara peroral (0,66ml)4)   Dicatat masing-masing onset dan durasi dengan menggunakan stopwatch.   

  BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN A.    Tabel Pengamatan1.    AnestesiNoPerlakuanBB mencit (gr)Vol. pemberian (ml)WaktuKeteranganOnsetDurasiSebelum tidurSetelah tidur1Eter- -2 mnt- - -2Kloroform23-55 mnt 42 dtk-DiareDiuresis3Alkohol20-22 mnt15 mntGrooming, bronkokontriksi, midrias, vasodilatasi, starub, berkeringat, tremor, dieresis-4Eter- -44 dtk1 mnt 51 dtkGroomingGrooming2.    Hipnotik-sedatif

NoPerlakuanBB mencit (gr)Vol. pemberian (ml)WaktuKeteranganOnsetDurasiSebelum tidurSetelah tidur1Luminal200,66713 mnt 34 dtk33 mnt 34 dtkGrooming, vasokontriksiDiuresis, diare, straub2Diazepam230,76723 mnt 54 dtk5 mnt 46 dtkGrooming, diareGrooming, diuresis3Kloralhidrat250,8343 dtk-Tremor, straub, dieresis-4Infusa kangkung200,661 mnt 2 dtk5 mnt 25 dtkTenangDiare B.     Perhitungan Obat1.      LuminalDosis pada manusia      = 125 mg ( 1 × minum)

Dosis pada mencit 20 g     = 0,0026 × 125 mg                                      = 0,325 mgDosis pada mencit 30 g     =                × 0,325 mg                                                  = 0,4875 mgBobo 5 tab. luminal      = 610 mgBobot rata-rata tab. Luminal =               = 122 mgBobot yang ditimbang  = 0,4875 mg × 122 mg =12 mg                                             20 mgPengenceran Luminal:120 mg        10 ml (12 mg)   2.      DiazepamDosis pada manusia      = 2 mg ( 1 × minum)Dosis pada mencit 20 g     = 0,0026 × 2 mg                                      = 0,0052 mgDosis pada mencit 30 g     =                × 0,0052 mg                                      = 0,0078 mgBobo 5 tab. diazepam       = 580 mgBobot rata-rata tab. diazepam =              = 116 mgBobot yang ditimbang  =                    × 116 mg = 0,03 mgPengenceran diazepam :3 mg          10 ml (0,3 mg)

                  1 ml           10 ml (0,03 mg) C.      PembahasanSusunan saraf terdiri dari susunan saraf sentral dan perifer. Susunan saraf sentral terdiri dari otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak) dan medulla spinalis. Susunan saraf perifer terdiri dara saraf somatic dan saraf otonom (saraf simpatis dan parasimpatis).Kesadaran akan perasaan sakit terbentuk dari dua proses, yakni penerimaan perangsang nyeri di otak besar dan reaksi emosional dari individual terhadapnya. Analgetika memengaruhi proses pertama dengan jalan meningkatkan ambang-kesadaran akan perasaan sakit, sedangkan narkotika menekan reaksi psikis yang diakibatkan oleh perangsang nyeri.Di lain pihak, fungsi SSP dapat ditekan seluruhnya secara tidak spesifik oleh zat-zat pereda pusat seperti hipnotik-sedativa.Istilah anesthesia yang artinya hilangnya sensari nyeri (rasa sakit) yang disertai maupun  yang tidak disertai hilang kesadaran.Anestetik adalah obat yang digunakan dengan maksud untuk menimbulkan anestesi, yaitu kondisi pati rasa dan/atau kehilangan kesadaran, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi bedah terhadap pasien, tanpa mengalami rasa nyeri dan/atau tidak sadar atas dirinya; maka, dibedakan menjadi anestetik lokal dan anestetik umum.Hipnotik dan sedatif merupakan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan, yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga yang berat, yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anastesi, koma, dan mati.Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respon tehadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur yang menyerupai tidur fisiologi.

Adapun maksud percobaan adalah Mengetahui dan memahami efek farmakologi obat golongan anestsi dan hipnotik-sedatif yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus).Adapun tujuan percobaan ini, yaitu pada percobaan anestesi adalah menentukan efek farmakologi obat golongan anestesi, yakni eter, alkohol, dan kloroform yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus). Sedangkan pada percobaan hipnotik-sedatif adalah menentukan efek farmakologi obat golongan hipnotik-sedatif, yakni luminal, diazepam, kloralhidrat, dan infusa kangkung yang bekerja pada system saraf pusat dengan melihat respon yang timbul mencit (Mus musculus).Adapun cara kerja pada penyiapan hewan coba (mencit), yaitu diambil 4 ekor mencit untuk percobaan anestesi dan 4 ekor mencit untuk percobaan hipnotik-sedatif dari kandang. Kemudian ditimbang masing-masing bobot mencit. Setelah itu, disimpan mencit di atas lap kasar atau wadah sementara sebelum dilakukan percobaan.Cara kerja pada penyiapan bahan diazepam, yaitu pertama ditimbang 5 tablet diazepam (580 mg) lalu digerus 5 tablet diazepam kemudian ditimbang 3 mg diazepam dari hasil gerusan. Setalah itu, dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1% lalu diambil 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%. Kemudian dilarutkan  lagi dalam 10 ml Na-CMC 1% lalu diambil lagi 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1%. Kemudian dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1%. Sedangkan pada bahan luminal, yaitu pertama ditimbang 5 tablet luminal (610 mg) lalu digerus 5 tablet luminal kemudian ditimbang 12 mg luminal dari hasil gerusan. Setalah itu, dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1% lalu diambil 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1% kemudian dilarutkan  lagi dalam 10 ml Na-CMC 1%. Setelah itu, diambil lagi 1 ml dari hasil pelarutan dalam 10 ml Na-CMC 1% lalu dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC 1% .Cara kerja pada perlakuan hewan coba, yaitu pada perlakuan anestesi, pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dikelompokkan mencit dan diberi tanda menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok I & IV (diberi eter), kelompok II (diberi kloroform), kelompok III (diberi alkohol). Setelah itu, dimasukkan kapas yang ditambahkan masing-masing perlakuan ke dalam toples hingga bahan yang digunakan menjadi homogen. Pada toples I & IV diberi eter, toples II diberi kloroform, dan toples III diberi alkohol. Kemudian dimasukkan masing-masing mencit ke dalam toples yang telah disediakan. Lalu dicatat onset dan durasi dengan menggunakan stopwatch. Sedangkan pada perlakuan hipnotik-sedatif, pertama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Lalu ditimbang mencit yang akan digunakan. Kemudian dikelompokkan mencit dan diberi tanda menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok I diberi obat luminal secara peroral (0,667 ml), kelompok II diberi obat diazepam secara peroral (0,767 ml), kelompok III diberi larutan kloralhidrat secara peroral (0,83 ml), dan kelompok IV diberi infusa kangkung secara peroral (0,66ml). kemudian dicatat masing-masing onset dan durasi dengan menggunakan stopwatch.Adapun hasil dari percobaan anestesi, yaitu percobaan anestesi pada kelompok 1 pemberian eter adalah mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 2 pemberian kloroform adalah mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 3 pemberian alkohol adalah sebelum tidur mengalami Grooming, bronkokontriksi, midriasi, vasodilatasi, straub, berkeringat, tremor, diuresis dengan onset 22 mnt dan durasi 15 mnt. Mencit tidak pernah tertidur. Pada kelompok 4 pemberian eter adalah sebelum tidur mengalami grooming begitupun setelah tertidur dengan onset 44 dtk dan durasi 1 mnt 51 dtk.   Sedangkan pada percobaan hipnotik-sedatif kelompok 1 pemberian luminal adalah sebelum tidur mengalami

grooming dan vasokontriks. Setelah tidur mengalami diuresis, diare, dan straub dengan waktu onset 13 mnt 34 dtk dan durasi 33 mnt 34 dtk. Pada kelompok 2 pemberian diazepam adalah sebelum tidur mengalami grooming dan diare. Setelah tidur mengalami grooming dan diuresis dengan onset 23 mnt 54 dtk dan durasi 5 mnt 46 dtk. Pada kelompok 3 pemberian kloralhidrat mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 4 pemberian infusa kangkung adalah sebelum tidur mencit tenang dan setelah tidur mengalami diare dengan onset 1 mnt 2 dtk dan durasi 5 mnt 25 dtk.Adapun obat yang digunakan pada percobaan ini adalah luminal, yaitu senyawa hipnotik ini (1912) terutama digunakan pada serangan grand mal dan status epilepticus berdasarkan sifatnya yang dapat memblokir pelepasan muatan listrik di otak. Obat ini melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja pada reseptor GABA. Obat kedua adalah diazepam yaitu golongan benzodiazepam yang bekerja dengan meningkatkan afinitas reseptor terhadap GABA pada tempat ikatannya sehingga meningkatkan frekuensi pembukaan kanal ion Cl. Pembukaan kanal Cl menyebabkan Cl keluar dari sel yang membengkak, diiukuti oleh kation dan air sehingga dapat dicapai kondisi isotonis dan volume tertentu. Fungsi kanal seperti ini berperan penting terutama pada sel-sel sekretori, seperti pada sel epithelia mukosa dan ginjal.Adapun perbandingan hasil percobaan denga literature, pada obat diazepam hasil yang diperoleh yaitu terjadinya diare, grooming, dan dieresis sesuai dengan literature (Gunawan dkk, 2007), yaitu efek umumnya adalah mual, muntah, diare, grooming, dll. Sedangkan pada obat luminal hasil yang diperoleh adalah vasokontriksi, tidak sesuai dengan literature (Gunawan dkk, 2007), yaitu efeknya adalah vasodilatasi.Dari hasil yang diperoleh, eter dan kloroform merupakan anestetik, hal ini sesuai dengan literatur (Tjay dan Rahardja, 2007). Sedangkan luminal, diazepam, dan infusa kangkung merupakan  hipnotik-sedatif, hal ini sesuai dengan literature (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada klorofom dan kloralhidrat tidak diketahui karena hewan coba yang digunakan mati.Adapun faktor kesalahan yang terjadi sehingga menyebabkan mencit mati adalah kurang tepatnya pemberian dosis pada mencit yaitu kelebihan dosis. Selain itu factor lainnya karena kondisi mencit yang tidak baik (kesehatan, stress karena perlakuan, dll) dan cara atau teknik pemberian dalam perlakuan terhadap hewwan coba.Adapun hubungan percobaan dengan dunia farmasi adalah menentukan efek farmakologi suatu obat yang bekerja pada sistem saraf pusat 1, yaitu pada anestetik dan hipnotik-sedatif atau yang lainnya.      BAB VPENUTUPA.    KesimpulanAdapun hasil dari percobaan anestesi, yaitu percobaan anestesi pada kelompok 1 pemberian eter adalah mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 2 pemberian kloroform adalah mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 3 pemberian alkohol adalah sebelum tidur mengalami Grooming, bronkokontriksi, midriasi,

vasodilatasi, straub, berkeringat, tremor, diuresis dengan onset 22 mnt dan durasi 15 mnt. Mencit tidak pernah tertidur. Pada kelompok 4 pemberian eter adalah sebelum tidur mengalami grooming begitupun setelah tertidur. Sedangkan pada percobaan hipnotik-sedatif kelompok 1 pemberian luminal adalah sebelum tidur mengalami grooming dan vasokontriks. Setelah tidur mengalami diuresis, diare, dan straub. kelompok 2 pemberian diazepam adalah sebelum tidur mengalami grooming dan diare. Setelah tidur mengalami grooming dan dieresis. Pada kelompok 3 pemberian kloralhidrat mencit mati. Hal ini disebabkan karena pemberian dosis pada mencit yang tidak sesuai (kelebihan dosis). Pada kelompok 4 pemberian infusa kangkung adalah sebelum tidur mencit tenang dan setelah tidur mengalami diare.   B.     Saran1.      LaboratoriumAlat masih perlu ditambah demi keefektifan jalannya praktikum, contohnya timbangan analitik.2.      AsistenTerima kasih kakak atas bimbingannya. Jangan bosan bombing kami kak.                DAFTAR PUSTAKA Dirjen POM. 1997. Farmakope Indonesi Edisi III. Jakarta: DEPKES RI.Gunawan, Sulistia Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Jakarta: FK-UI.Kasim, Fauzi, dkk. 2013. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI.Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC.Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia.  https://plus.google.com/105432941185775581562/posts/FjUHNHa9fiX