Tugas Askeb IV
-
Upload
rima-trisnawati -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
Transcript of Tugas Askeb IV
TUGAS ASKEB IV
TENTANG
“ KEHAMILAN DENGAN HEPATITIS ”
KELOMPOK 24 :
HARLA PEBRIZA SEPTI HERDA
YULI MUSTIKA
TK II B
PRODI DIII KEBIDANAN
Dosen Pembimbing :
DEVI SYARIEF S.SIT.,M.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
T.A 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “KEHAMILAN DENGAN
HEPATITIS “ , sebagai salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Patologi (Askeb IV).
Pada semester 4 Program Studi D III Kebidanan STIKes Mercubaktijaya Padang.
Penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karna itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Devi Syarief, S.Si.T, M.Keb selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan
tugas penyusunan makalh ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan tentang
“Kehamilan dengan Hepatitis”.
2. Semua pihak khususnya anggota kelompok yang telah meluangkan waktu dan
pikirannya untuk mengerjakan tugas ini.
3. Serta teman – teman semua yang telah mendukung selesainya makalah ini .
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan
dan semoga makalah ini berguna baik bagi penulis maupun pihak yang memanfaatkannya.
Penulis menyadari bahwa makalh ini jauh dari sempurna . oleh karna itu saran dari
pembaca sangat penulis harapkan dengan demi perbaikan makalah ini.
Padang , 31 Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis bermasalah di Indonesia, pertama oleh karena carrier-nya tergolong banyak, Kedua,
imunisasi Hepatitis pada bayi (Universal Immunization) di Indonesia baru dimulai beberapa
tahun lampau (1996). Hal ketiga, belum semua orang berisiko tinggi kena Hepatitis patuh
meminta vaksinasi. Dengan kondisi seperti itu, berarti masyarakat yang telanjur tertular Hepatitis
sudah sekian banyak, dan kian tak terkontrol pula.
Masih banyak masyarakat kita yang belum tahu, bahwa hubungan seks bebas juga bisa menjadi
sumber penularan Hepatitis. Sembarang melacur, lalu seorang suami tanpa disadarinya sebab
mungkin tidak tahu, menularkan penyakitnya kepada istrinya, lalu kepada anak-anaknya lewat
cemaran cairan tubuh antar-anggota keluarga, atau persalinan bayi.
Penyakit ini biasanya jarang terjadi pada wanita hamil. Namun, apabila timbul ikterus (gejala
kuning) pada kehamilan, maka penyebabnya yang paling sering adalah hepatitis virus.
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita
tidak hamil pada usia yang sama. Di negara sedang berkembang, wanita hamil lebih mudah
terkena hepatitis virus. Hal ini erat hubungannya dengan keadaan nutrisi dan higiene sanitasi yang
kurang baik. Hepatitis virus dapat timbul pada ketiga trimester kehamilan dengan angka kejadian
yang sama. Menurut sebuah penelitian, 9.5 persen hepatitis virus terjadi pada trimester I, 32
persen terjadi pada trimester II, dan 58.5 persen terjadi pada trimester III.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan penapisan pada bumil khususnya
Kehamilan dengan Hepatitis.
2. Tujuan khusus
agar mengetahui pengertian dan macam – macam penyakit dalam kehamilan, khususnya
pada kasus ibu hamil dengan hepatitis
agar dapat melakukan manajemen pengkajian data
agar dapat melakukan diagnosis dari pengkajian data
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFENISI
Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara penyakit –
panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus dan ditandai oleh
perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi kekuningan. Warna kuning tersebut timbul
karena adanya pengendapan pigmen bilirubin, yang bersal dari cairan empedu. Warna air kencing
penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan seperti air teh. (Ensiklopedi)
Hepatitis B kronik adalah suatu penyakit infeksi ditandai oleh peradangan hati berlanjut, lebih lama dari
masa penyembuhan infeksi hepatitis akut, yaitu lebih dari 6 bulan.
Infeksi VHB pada masa anak – anak mempunyai resiko menjadi kronis, terutama pada anak yang
mendapat infeksi perinatal. Data yang menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi VHB sebelum usia 1
tahun mempumyai resiko kronisitas sampai 90 %, sedangkan bila infeksi VHB terjadi pada usia antara 2 –
5 tahun resikonya menjadi 50 %, bahkan bila terjadi infeksi pada anak usia di atas 5 tahun, hanya
beresiko 5 – 10 tahun untuk terjadinya kronisitas.
Istilah “hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya berbagai macam,
mulai dari virus sampai dengan obat - obatan. Virus hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A,
hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa
kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan wanita tidak hamil
pada umur yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan langsung dengan peristiwa kehamilan,
ialah : Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute yellow-atrophy). Infeksi hepatitis virus pada
kehamilan tidak berhubungan langsung dengan peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan
penanganan khusus, mengingat penyulit-penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin.
Hepatitis virus sering menimbulakan jaundice pada kehamilan, dengan kemajuan pengobatan saat ini,
asam ursodeoxychalic dapat mengurangi kerusakan hati, baik akut maupun kronik.
2. ETIOLOGI
Penyebab hepatitis bermacam-macam. Pada prinsipnya penyebab hepatitis terbagi
atas infeksi dan bukan infeksi.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain :
1. Infeksi virus ; hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D, Hepatitis E, Hepatitis
F,hepatitis G.
2. Non virus ; Komplikasi dari penyakit lain, Alkohol, Obat-obatan kimia atau zat
kimia, Penyakit autoimun.
Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah dikenali adalah:
virus hepatitis A atau VHA
virus hepatitis B atau VHB
virus hepatitis C atau VHC,
virus hepatitis D atau VHD,
virus hepatitis E atau VHE,
virus hepatitis F atau VHF
virus hepatitis G atau VHG.
Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama
virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis
hepatitis terbanyak yang sering dijumpai. Sedangkan kasus hepatitis F masih jarang
ditemukan. Para ahli pun masih memperdebatkan apakah hepatitis F merupakan jenis
hepatitis tersendiri atau tidak.
Ikterus merupakan salah satu gajala klinis pada wanita hamil denga hepatitis, namun
adapun ikterus dalam kehamilan sebenarnya disebabkan oleh beberapa keadaan. Ikterus
yang disebabkan oleh kehamilan berupa ; perlemakan hati akut, toksemia, dan kolestasis
intrhepatik. Sedangkan ikterus yang tejadi bersamaan dengan suatu kehamilan; hepatitis
virus, batu empedu, penggunaan obat-obatan hepatotoksik, dan sirosis hepatis. Ikterus
dapat timbul pada satu dari 1500 kehamilan, 41% diantaranya adalah hepatitis virus,21%
oleh karna kolestatis intahepatik, dan kurang dari 6% oleh karna obtruksi saluran empedu
di luar hati.
3. GEJALA KLINIK
Penyakit hati bisanya jarang terjadi pada wanita hami, namun apabila timbul ikterus
pada kehamiln, maka penyebabnya yang paling tering adalah hepatitis virus. Penyakit
hepatitis biasanya memberikan keluhan mual, muntah, anoreksia, demam ringan, mata
kunng. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai ikterus dan hepatomegali, sedangkan
splenomegali hanya ditemukan pada 20-25% penderita.
Gejala dan tanda penyakit hepatitis-B adalah sebagai berikut :
1. Selera makan hilang
2. Rasa tidak enak di perut
3. Mual sampai muntah
4. Demam tidak tinggi Kadang-kadang disertai nyeri sendi
5. Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
6. Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
7. Kulit seluruh tubuh tampak kuning
8. Air seni berwarna coklat seperti air teh
4. PENGARUH HEPATITIS VIRUS PADA KEHAMILAN DAN JANIN
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka gejala-
gejala nya akan sama dengan gejalahepatitis virus pada wanita tidak hamil. Meskipun
gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-gejala yang timbul
pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala yang
lebih berat dan penderita umumnya me-nunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada fase
inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitasIbu yang
sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidakhamil. Pada trimester III, adanya
defisiensi faktor lipo tropikdisertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menye-
babkan penderita mudah jatuh dalam acute hepatic necrosisTampaknya keadaan gizi ibu
hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada
kehamilan sangat tergantung darikeadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi
protein, ditambah pula me-ningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan
janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang
jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus,telah
diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan
koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala hepatitis virus. Diketahuibahwa
pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-perubahan dalam proses
pembekuan darah, yaitu dengan ke-naikan faktor-faktor pembekuan dan penurunan
aktivitasfibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi DIC(Disseminated Intra
Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti bahwa DIC tidak berperan dalam
meningkatkanberatnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah
terjadi gejala-gejala hepatitisvirus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.Hepatitis
virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada ja-nin, baik in utero maupun segera setelah
lahir. Penularan virusini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
1. Melewati placenta
2. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
3. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
4. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis
virus in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis
virus yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B.
Beberapa bukti, bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya
hepatitis antigen dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah
dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi
hepatitisvirus. Hasil autopsy menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar,
mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatubentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan
yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak
janin dalam rahim. Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat
pada lobus kiri. Hal ini membuktikan, bahwa penyebaran v irus hepatitis dari Ibu ke janin
dapat terjadi secara hematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke
janinatau bayinya, tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu
dengan saat persalinan. Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi
pada kehamilan trimester III. Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus
padawaktu hamil, tidak memberi gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir,
namun hal ini tidak berarti bahwa bayi yang baru lahir tidak mengandung virus
tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B dengan gejala-gejala klinik yang
jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh lebih besar dibandingkan dengan
Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala klinik.
5. PENCEGAHAN
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma
globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah
penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak sekurang-
kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan tersebut semua
gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal. Setelah persalinan, pada
penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium dalam waktu dua bulan,
empat bulan dan enam bulan kemudian.
6. PENGOBATAN
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita
tidak hamil. Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan
bilirubin dalam serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung
lemak tetapitinggi protein dan karbohydrat.Pemakaian obat-obatan hepatotoxic
hendaknya dihindari.Kortison baru diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingatpada
hepatitis virus yang aktip dan cukup berat, mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan
post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K. Janin baru lahir hendaknya tetap
diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaantransaminase serum dan
pemeriksaan hepatitis virus antigensecara periodik. Janin baru lahir tidak perlu diberi
pengobatankhusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit hepatitis virus, yang perlu dilakukan
ialah pada ibu hamil yang HBsAg positif bayinya perlu dilindungi dengan segera sesudah
lahir sedapat mungkin dalam waktu dua jam bayi diberi suntikan HBSIG dan langsung
divaksinasi dengan vaksin hepatitis B . Pemberian HBIG hanya pada ibu yang selain
HBsAg pasitif, HBe nya juga positif. Vaksin ini diulangi lagi sampai 3 kali dengan
interval satu bulan atau sesuai dengan skema vaksin yang digunakan. Selain itu pada
kasus seperti ini para dokter dan tenaga medis harus diberi vaksin juga. Pengelolaan
secara konservatif adalah terapi pilihan untuk penderita hepatitis virus dalam kehamilan.
Prinsipnya ialah suportif dan pemantauan gejala penyakit.
Pada awal periode simptomatik dianjurkan :
1. Istirahat
pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan. Kecuali pada mereka dengan umur
tua dan keadaan umum yang buruk
2. Diet
Tidak ada larangan spesifik terhadap makanan tertentu bagi penderita penyakit
hepatitis. Sebaiknya semua makanan yang dikonsumsi pasien mengandung cukup
kalori dan protein. Satu-satunya yang dilarang adalah makanan maupun minuman
beralkohol. jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah – muntah, sebaiknya
diberikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang cukup kalori (30
– 35 kalori / kg BB) dengan protein cukup (1 g / kg BB). Pemberian lemak
seharusnya tidak perlu dibatasi. Dulu ada kecenderungan untuk membatasi lemak,
karena disamakan dengna kandung empedu.
3. Medikamentosa :
a. Lamivudin : Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat
enzim reverse transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA.
Lamivudin diberikan pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif
dan peradangan hati. Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati,
menormalkan kadar enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada
penderita.
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko
fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang
cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian lamivudin antara
lain:
rasa lemah
mudah lelah
gangguan saluran pencernaan
mual, muntah
nyeri otot
nyeri sendi
sakit kepala
demam, serta kemerahan.
Efek samping yang berbahya lainnya adalah radang pankreas,
meningkatnya kadar asam laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya efek
samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien. Terapi lamivudin ini tidak boleh
diberikan pada ibu hamil..
b. Telbivudin : Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin
diberikan pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang
aktif. Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu
proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum
didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya
terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
Efek samping dari terapi telbivudin antara lain :
mudah lelah
sakit kepala
pusing
batuk
diare
mual
nyeri otot, dan rasa malas.
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorum akan didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati.
Bilirubin serum meningkat, demikian pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes
lain, bila SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh
lebih rumit daripada tes HIV: tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B)
tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap
HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen – HbsAg
(antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi – anti-HBs (antibodi
terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti,
atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM
dan antibodi IgG.
8. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel
radang disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah
tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur viral
load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan apakah ada
kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati
hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi)
dan tingkat enzim hati yang tinggi.
BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN VARNEY PADA KEHAMILAN
I. PENGUMPULAN DATA (PENGKAJIAN)
1. DATA SUBJEKTIF
A. BIODATA PASIEN
Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien
Umur
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap permasalahan kesehatan
pasien/klien. Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.
Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan bila keadaan
mendesak. Dengan diketahuinya alamat tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal
pasien/klien dan lingkungannya. Dengan tujuan untuk memudahkan menghubungi
keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk dijadikan
petunjuk saat kunjungan rumah.
Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien/klien. Dengan mengetahui pekerjaan pasien/klien, bidan
dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya agar nasehat bidan
sesuai, juga mengetahui apakah pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di
pabrik rokok, mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada janin.
Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan
bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
Status Perkawinan
Pertanyaan ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status
perkawinan terhadap masalah kesehatan. Bila diperlukan ditanyakan tentang perkawinan
keberapa kalinya.
Suku/Ras
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien/klien. Dengan diketahuinya suku/ras pasien/klien, akan memudahkan
bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
B. RIWAYAT PASIEN (KELUHAN UTAMA)
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang kepada
bidan. Biasanya keluhan utama yang dirasakan oleh ibu hamil dengan hepatitis adalah
merasa lelah, ada gejala mirip flu, demam, mual, nyeri perut, BAB cair, urin warna gelap,
dan berkurangnya nafsu makan dan mata kuning.
C. RIWAYAT MENSTRUASI
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi
pasien/klien. Seperti menarche, siklus Menstruasi, volume, lama, menstruasi yang
terakhir, dismenorhea.
D. RIWAYAT PERKAWINAN
Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh riwayat perkawinan terhadap
permasalahan kesehatan pasien/klien. Berapa kali kawin dan berapa lamanya untuk
membantu menentukan bagaimana keadaan alat kelamin ibu. Kalau orang hamil sudah
lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus diperhitungkan dalam pimpinan
persalinan (anak mahal). Hal-hal yang perlu ditanyakan kepada pasien/klien mengenai
riwayat perkawinannya adalah :
Kawin : …………………..kali
Usia Kawin Pertama ………………………tahun
Status Perkawinan
Lama Pernikahan
E. RIWAYAT OBSTETRIC
1. Riwayat obstetric yang lalu
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan, kehamilan dan nifas yang
lalu. Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang
lampau.
Riwayat kehamilan
Masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan.
Untuk mengetahui masalah atau gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan, jika terdapat penyulit diupayakan pencegahannya dan penanggulangannya.
Riwayat persalinan
Mencakup jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan,
cara melahirkan. Dengan mengetahui riwayat persalinan, melihat kemungkinan yang
dapat terjadi pada ibu hamil saat persalinan sekarang dan mengupayakan
pencegahannya dan penanggulangannya. Jika persalinan dahulu terdapat penyulit
seperti perdarahan, sectio saesaria, solusio plasenta, plasenta previa kemungkinan
dapat terjadi atau timbul pada persalinan sekarang.
Riwayat nifas
Untuk mengetahui adakah penyakit atau kelainan pada masa nifas yang lalu
(perdarahan, feloris).
2. Riwayat obstetric sekarang
Riwayat kehamilan sekarang
Mencakup HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginam, fluor, mual/muntah, masalah
kelainan pada kehamilan sekarang, pemakaian obat-obatan/jamu. Anamnesa haid
serta siklusnya dapat diperhitungkan tanggal persalinan serta memantau
perkembangan kehamilannya serta dengan anamnesa ini dapat diketahui dengan
segera adanya kelainan / masalah dalam kehamilan dan dapat ditangani dengan
segera. Keluhan-keluhan yang dirasakan untuk mengantisipasi masalah yang akan
muncul seperti hepatitis, serta kapan merasakan pergerakan janin pertama kali.
imunisasi yg pernah didapat
F. RIWAYAT KESEHATAN
Untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita pasien/klien. Informasi
ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan
mengupayakan pencegahannya dan penanggulangannya. Misal: Ibu menderita hepatitis
kemungkinan besar bayi akan tertular melalui ASI.
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Setelah mengetahui riwayat penyakit pasien/klien, bidan perlu mengetahui
gambaran mengenai riwayat penyakit pasien/klien, misal apakah penyakit tersebut
parah/tidak, apakah sudah dilakukan tindakan pada penyakit tersebut, dll. Informasi
ini penting untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu hamil dan
mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sudah hampir seminggu ini mual-mual, kadang-kadang juga
muntah, nafsu makan juga berkurang dan nyeri perut bagian kanan, badannya juga
dirasakan lemah letih.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu dan janinnya.
2. DATA OBJEKTIF
Untuk mengetahui keadaan setiap bagian tubuh dan pengaruhnya terhadap
kehamilan untuk diupayakan pencegahan dan penanggulangannya.
A. PEMERIKSAAN UMUM
Pengukuran Temperatur, Tekanan Darah, dan Denyut Nadi
Pengukuran temperature, tekanan darah dan denyut nadi dilakukan sebab
perbedaan suhu, tekanan (tensi) darah dan denyut nadi dari normal akan menunjukkan
adanya gangguan kesehatan dalam tubuh pasien.
Berat dan Tinggi Badan
Tujuan pengukuran berat dan tinggi badan adalah untuk memeastikan kesan
umum terhadap tubuh pasien/klien, terutama mengenai derajat kegemukannya.
Pasien/klien yang gemuk atau kurus memberikan kemungkinan lebih mudah
mengidap penyakit. Barat badan dicatat dalam ukuran kilogram, dan tinggi badan
dalam ukuran sentimeter (cm).
B. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Inspeksi
Kepala : Rambut hitam kebersihan cukup tidak ada ketombe tidak ada benjolan tidak
ada luka di kepala pertumbuhan rambut merata dan panjang
Wajah : simetris, tidak oedem, bersih
Mata : sclera ikterus, konjungtiva pucat, tak ada strabismus
Hidung : bentuk normal, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen
Mulut : simetris, bersih, tidak terdapat stomatitis, bibir tampak kering dan tidak
pecah - pecah
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Ketiak : bersih, tidak ada benjolan dan pembesaran kelenjar limfe
Dada : simetris, pernafasan teratur
Abdomen : membesar sudah sesuai dengan umur kehamilan, terdapat linea nigra dan
striae lividae, tidak ada bekas operasi
Genetalia : bersih, tidak oedem, tidak ada varises, tidak ada fluor albus, tidak ada luka
perineum, tidak ada condiloma
Anus : bersih, tidak ada haemoroid
Ekstermitas : tidak ada oedem, tidak ada varices, tidak ada gangguan pergerakan
Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Mamae : Tidak ada benjolan
Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada hati
1. Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri (untuk menentukan usia
kehamilan menurut Mc.donald), dan menentukan bagian apa yang
terdapat di fundus.
2. Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua
sisi uterus.
3. Leopold III : untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada
bagian bawah. sudah masuk dalam pintu panggul atau belum.
4. Leopold IV : untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah
masuk pintu atas panggul
Asukultasi
Untuk mendengarkan DJJ untuk mengetahui keadaan janin.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1. HbsAg : +
2. SGOT : 45 u/L (0-35 u/L)
3. SGPT : 50 u/L (0-37u/L)
4. Gamma GT : 30 u/L (W:5-25 u/L)
5. Alkali phosphatase : 300 u/L (100-275 u/L)
6. Bilirubbin : 4,5
II. MERUMUSKAN MASALAH (DIAGNOSA)
Pada langkah ini, bidan menganalisa data dasar yang diperoleh pada langkah pertama,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis, sehingga dapat merumuskan diagnose atau
masalah kebidanan.
Diagnosa :
Ibu G1P0A0, umur kehamilan, pu-ka/pu-ki, let-kep/let-su, konvergan/vergen/divergen,
intra uterine/ekstra uterin, janin tunggal/ganda, janin hidup/mati, KU janin baik/tidak, ibu dengan
hepatitis.
Dasar :
1. ibu hamil dan G1 P0 A0 (jika ini merupakan kehamilan yang pertama), tanda pasti hamil
yaitu adanya DJJ, terasa gerakan janin oleh pemeriksa, USG
Data Subjektif :
Ibu mengatakan hamil pertama dan tidak pernah keguguran
Data Objektif :
Tonus otot perut tampak tegang
Tidak tampak striae albicans
Analisa dan Interpretasi Data :
Pada primigravida tonus otot perut tampak tegang karena tidak pernah mengalami
peregangan sebelumnya, tampak linea nigra karena adanya hiperpigmentasi kulit akibat
pengaruh hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormon) yang meningkat dan tidak
jarang dijumpai kulit perut seolah-olah, warnanya berubah agak hipermik dan kebiru-
biruan, yang disebut striae livide.
2. Umur Kehamilan
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan HPHT tanggal …..
b. Ibu mengatakan umur kehamilannya ….
Data Objektif :
a. Tanggal pengkajian
b. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan
c. TFU sesuai dengan umur kehamilan
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Dari HPHT tanggal …. sampai tanggal pengkajian …maka usia kehamilan ibu ...
Menurut rumus Neagle.
b. Pembesaran perut disebabkan oleh adanya pertumbuhan janin dan di bawah pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan hipertropi otot polos.
3. Punggung Kanan
Data Subjektif :
Ibu mengatakan janinnya bergerak terutama di daerah perut sebelah kiri ibu.
Data Objektif :
Palapasi Leopold II teraba punggung sebelah kanan
Analisa dan Interpretasi Data :
Palpasi secara Leopold II teraba tahanan yang keras, memanjang, lebar, seperti papan
pada sisi kanan perut ibu.
4. Presentasi Kepala, Situs Memanjang
Data Subjektif :
Tidak ada.
Data Objektif :
Leopold I : TFU…., teraba bokong
Leopold II : Punggung kanan
Leopold III : Kepala
Analisa dan Interpretasi Data :
a. Pada palpasi Leopold III teraba bagian bulat, keras dan melenting, dan mudah
digerakkan pada simpisis sedangkan pada fundus teraba bagian lunak, kurang
melenting dan kurang bundar membuktikan bahwa janin dalam presentase kepala.
b. Pada palpasi Leopold 1 teraba bokong, Leopold II teraba tahanan paling banyak di
sisi kanan perut ibu, lebar seperti papan sementara pada sisi kiri perut ibu teraba
bagian-bagian kecil janin yaitu tangan dan tungkai. Leopold III teraba kepala yang
menandakan bahwa sumbu panjang janin memanjang terhadap sumbu panjang ibu.
5. Konvergen
Data Subjektif:
Tidak ada
Data Objektif :
Leopold IV : Konvergen
Analisa dan Interpretasi Data :
Pada Leopold IV teraba bagian bulat, keras, melenting, dan kedua tangan masih bisa
bertemu yang menandakan kepala belum masuk dalam pintu atas panggul atau masih
konvergen.
6. Intera Uteri
Data Subjektif :
a. Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat.
b. Ibu merasakan pergerakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri.
Data Objektif :
a. Pembesaran perut sesuai umur kehamilan.
b. Pada saat dilakukan palpasi Leopold ibu tidak merasakan nyeri.
Analisa dan Interpretasi Data :
Salah satu tanda kehamilan intera uteri adalah terasa gerakan janin dalam rahim,
tidak terasa nyeri pada saat palpasi dan perkembangan rahim sesuai dengan tuanya
kehamian.
7. Tunggal
Data Subjektif :
Ibu mengatakan merasakan pergrakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri.
Data Objektif :
Leopold I: TFU….., teraba bokong
Lepold II: Kepala
Pada auskultasi, djj terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi
sebelah kanan perut ibu dengan frekuensi …x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data :
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, teraba dua bagian besar pada lokasi yang
berbeda, bagian kepala pada kuadran perut bagian bokong berada pada kuadran
fundus. Pada kehamilan tunggal hanya satu bunyi jantung.
8. Hidup
Data Sunjektif :
Ibu merasakan pergerakan janin kuat terutama pada perut atas sebelah kiri.
Data Objektif :
Pada auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi
sebelah kanan perut ibu dengan frekuensi …x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data :
Janin yang hidup ditandai dengan adanya pergerakan janin yang dapat dirasakan oleh
ibunya, dan pada auskultasi terdengar DJJ yang jelas dan teratur.
9. Keadaan Janin Baik
Data Subjektif :
Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat terutama pada perut atas sebelah kiri.
Data Objektif :
Auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi sebelah
kanan perut ibu dengan frekuensi 142x/menit.
Analisa dan Interpretasi Data :
Ibu merasakan gerakan janinnya kuat dan bunyi jantung teratur dengan frekuensi
120-160x/menit menandakan janin dalam keadaan baik.
10. Hepatitis
Data subjektif
a. Ibu mengatakan merasa mual – mual dan kadang muntah
b. Ibu mengatakan merasa nyeri perut bagian kanan
c. Ibu mengatakan badanya letih
Data objektif
KU : lemah
terdapat nyeri tekan pada hati
sklera ikterus
Pemeriksaan laboratorium :
SGOT : 45 u/L (0-35 u/L)
SGPT : 50 u/L (0-37u/L)
Gamma GT : 30 u/L (W:5-25 u/L)
Alkali phosphatase : 300 u/L (100-275 u/L)
Analisis dan Interpretasi Data
Keadaan ibu yang mual-mual, kadang-kadang juga muntah, nafsu makan juga
berkurang dan nyeri perut bagian kanan, badannya juga dirasakan lemah letih dan
sklera ikhterus menandakan adanya gejala hepatitis pada ibu.
III. MENGANTISIPASI MASALAH (IDENTIFIKASI)
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan asuhan kebidanan,
bidan dituntut untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul dari kondisi yang sudah
ada/sudah terjadi.
Masalah Potensial
Potensial terjadi hepatitis kronik
Data Subjektif :
Ibu mengatakan sudah hampir seminggu ini mual-mual, kadang-kadang juga
muntah, nafsu makan juga berkurang dan nyeri perut bagian kanan, badannya
juga dirasakan lemah letih.
Data Objektif
1. Sclera ikterus, konjungtiva pucat
2. Abdomen : Terdapat nyeri tekan pada hati
3. Pemeriksaan laboratorium :
HbsAg : +
SGOT : 45 u/L (0-35 u/L)
SGPT : 50 u/L (0-37u/L)
Gamma GT : 30 u/L (W:5-25 u/L)
Alkali phosphatase : 300 u/L (100-275 u/L)
Bilirubbin : 4,5
IV. MENETAPKAN KEBUTUHAN (TINDAKAN SEGERA)
Pada tahap ini bidan mengidentifiksi perlunya tindakan segera, baik tindakan
intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan dokter atau rujukan berdasarkan kondisi
klien. Kolaborasi dengan dokter dan tim medis lain dalam pemberian terapi obat
V. MERENCANAKAN ASUHAN YANG MENYELURUH
Rencana Kegiatan
Tujuan di dalam rencana kegiatan ini adalah untuk menunjukkan perbaikan-perbaikan
yang diharapkan.
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu, memberi pendekatan diharapkan dapat
terjalin kepercayaan antar ibu dan bidan
b. Observasi TTV, deteksi dini komplikasi
c. Berikan pengobatan sesuai dengan terapi dokter, pengobatan sesuai advice dokter dapat
mempercepat kesembuhan dan menghindari kekeliruan
d. Pemberian nutrisi kaya karbohidrat dan protein, diet tinggi karbohidrat memberikan
energi, protein memberikan regenerasi Sel hepatic.
e. Anjurkan pasien untuk bed rest, stirahat meningkatkan penyembuhan liver, mengurangi
radang Sel hepatic.
f. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan laboratorium, memantau
perkembangan penyakit.
g. Jelaskan hasil pemeriksaan, pasien dan keluarga mengerti kondisinya
BAB IV
PENUTUP
Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular di Indonesiayang terbanyak. Cara penularanya pun bermacam-macam. Dan salah satu cara penularan yang terbanyak adalah melalui dari ibu ke janin. Oleh karna itu,pentingnya penapisan pada ibu hamil untuk mengetahui lebih dini dan dapat diobati lebih lanjut, sehingga penularan ke janin bisa dihindari dan dapat mencegah penyakit hepatitis pada bayi yang dilahirkan. Pentingnya menjaga kebersihan dan personal sexual yang
benar sangat diharapkan untuk mengurangi penularan penyakit Hepatitis B. Dan pemberian makanan yang tinggi protein kalori juga dibutuhkan pada penderita hepatitisB khususnya pada ibu hamil, selain itu penderita juga harus mengurangi aktifitas fisiknya. Itu semua ditujukan untuk pemulihan kesehatan. Pengobatan sesuai terapi dokteryang benar dan sesuai dapat mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Nelson. 1999 IKA vol 1. Jakarta. EGC
Junadi, purnawan 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga,Jakarta, Media Aesculapius. FK UI
Helen, Varney, 2001, Buku Saku Bidan, Jakarta, ECG
Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1989, Jakarta, PT Cipta Adi Pustaka
HBsAg adalah singkatan dari Hepatitis B surface Antigen, Merupakan semacam protein/Enzim yang di hasilkan oleh Virus Hepatitis B,HBsAg ini yang pertama kali di temukan pada saat virus mulai menginfeksi hati, jadi jika di dalam darah ada HBsAg menunjukan Positif atau jumlah tertentu itu menunjukan adanya Virus Hepatitis B di dalam hati.
HBeAg Adalah singkatan dari Hepatitis B E-Antigen merupakan semacam protein/Enzim yang yang akan muncul ketika Virus Hepatisi B mereplika diri / mengembangkan diri, yang juga berarti infektivitasnya
(kegiatan menginfeksi) juga meningkat. meskipun pada beberapa jenis virus hepatitis B yang saat mengembangkan diri namun tidak di temukan adanya antigen “e” atau tidak terdeteksi.
Pada penderita Hepatitis B Kronis atau menahun, bisa di golongkan menjadi 2 yaitu penderita Hepatitis B dengan HBeAg positif dan Penderita Hepatitis B dengan HBeAg negatif.
Secara sederhana bisa di jelaskan, apa bila HBsAg Positif dan HBeAg juga positif itu berarti Di dalam tubuh Pasien terdapat Virus Hepatitis B yang aktif atau mengembangkan diri, yang berarti juga bisa menular. seberapa besar pengembangan Virus tersebut dapat di lihat dari Angka HBeAg atau seberapa banyak enzim yang di hasilkan oleh sel yang teinfeksi virus Hepatitis B.
Apa Bila HBsAg positif dan HBeAg negatif berarti Penderita Hepatitis B dengan Virus yang tidak aktif atau tidak mengembangkan diri dan juga tidak menular.
Namun demikian, menurut beberapa tulisan yang saya baca, Pasien dengan HBeAg positif justru lebih responsif terhadap pengobatan, yang artinya kemungkinan sembuhnya lebih tinggi di banding Pasien HBeAg negatif.
SGOT dan SGPT adalah pemeriksaan untuk fungsi hati dan jantung, apa bila nilainya tinggi di atas nilai normal, itu berarti ada kerusakan dalam hati atau jantung, untuk itu di butuhkan pemeriksaan lebih lanjut, penderita Hepatitis B juga salah satu penyebab SGOT dan SGPT di atas normal.
(Visited 5,475 times, 30 visits today)
Penyakit hepatitis adalah sebuah penyakit yang menyerang hati. Kebanyakan orang indonesia menggunakan ejaan bahasa penyakit kuning. Ini tidak mengherankan sebab gejala hepatitis adalah timbulnya warna kuning pada kulit, kuku dan bagian putih bola mata.
Penyakit hepatitis terjadi akibat pada peradangan organ hati (lever). Penyebab penyakit yang utama adalah virus hepatitis. Ada beranekaragam virus hepatitis yaitu A,B,C. Itulah kenapa mungkin kamu sering mendengar hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C.
Pada awal gejala penyakit hepatitis, mungkin si penderita tidak merasakan sesuaTU, paling hanya gejala umum seperti muntah, mual, gemar tidur atau tidak nafsu makan plus tubuh tidak berstamina. Walau begitu gejala hepatitis diatas juga dapat disertai dengan demam.
Sedangkan gejala penyakit hepatitis yang mudah dilihat dari fisik adalah urine berwarna gelap, perut bagian atas membesar, penurunan berat badan, feses berwarna putih dan seperti gejala hepatitis yang sudah disebutkan diatas : kuku berwarna kuning, kulit berwarna kuning, dan putih mata menjadi kuning.
Pencegahan penyakit hepatitis adalah dengan cara pemberian imunisasi untuk hepatitis A dan Hepatitis B sejak usia dua tahun sudah cukup untuk mencegah terserangnya penyakit hepatitis. Kamu juga harus melakukan pola makan yang sehat, olahraga yang teratur
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk diagnosa hepatitis :
1) SGOT
Prinsip : aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a - kataglutarate membentuk L – glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi menjadi malate oleh enzym malate oleh enzym malate dehydrogenase ( MDH ) dan niconamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi, berbanding langsung dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik.
Reaksi :
AST
L – aspartate + a - kataloglutarate l – glutamate + oxaloacetate
pH 7,8
MDH
;Oxaloacetate + NAD Malate + NAD
Cara kerja :
Dipipet 1000 ul regent, dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 100 ul sampel, diinkubasi selama 1 menit pada temperatur 370 C
Dibaca pada fotometer pada panjang gelombang 340 nm dengan faktor 1746
Nilai Normal : Kadar SGOT dalam serum normal adalah 10 – 45 U/L (370C)
2) SGPT
Prinsip : Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L – alanine dan a - kataglutarate membentuk l – glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan nicotinamide adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil penurunan serapan ( absobance ) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan panjang gelombang 340
Reaksi :
ALT
L - alanine + a - kataglutarate l – glutamate + pyruvate
pH 7,4
Pyruvate + NADH Lactate + NAD
Cara kerja :
Dipipet 1000 ul regent, dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 100 ul sampel, diinkubasi selama 1 menit pada temperatur 370 C
Dibaca pada fotometer pada panjang gelombang 340 nm dengan faktor 1746
Pembahasan : Kadar SGPT dalam serum normal adalah 10 – 36 U/L (370C)
Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl transferase, GGT) adalah enzim yang ditemukan terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat dan otot jantung. Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati. Kebanyakan dari penyakit hepatoseluler dan hepatobiliar meningkatkan GGT dalam serum. Kadarnya dalam serum akan meningkat lebih awal dan tetap akan meningkat selama kerusakan sel tetap berlangsung.
GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat, fenitoin dan beberapa obat lain tertentu. Alkohol bukan saja merangsang mikrosoma memproduksi lebih banyak enzim, tetapi juga menyebabkan kerusakan hati, meskipun status gizi peminum itu baik. Kadar GGT yang tinggi terjadi setelah 12-24 jam bagi orang yang minum alkohol dalam jumlah yang banyak, dan mungkin akan tetap meningkat selama 2-3 minggu setelah asupan alkohol dihentikan. Tes gamma-GT dipandang lebih sensitif daripada tes fosfatase alkalis (alkaline phosphatase, ALP).
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri, dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
Nilai Rujukan
DEWASA : Pria : 15 - 90 U/L, Wanita : 10 - 80 U/L, Lansia : sedikit lebih tinggi
ANAK-ANAK : Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa, Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa, Anak : sama dengan dewasa.
(Nilai normal bisa berbeda untuk tiap lab, tergantung metode yang digunakan)
ALKALI PHOSPHATASE (ALP)
Enzym ini terdapat di : Liver, tulang, mucosa usus, ginjal dan plasenta (kehamilan trimester 3)
Dalam keadaan normal dapat dijumpai peningkatan pada : anak yang tumbuh dan kehamilan trimester 3.
Peningkatan terjadi pada : Obstruksi saluran empedu
Peningkatan aktivitas saluran empedu
Hepatoma
Penyakit liver seperti abses
Penyakit tulang (rikets, osteomalasia)
Penurunan dapat terjadi pada : Hypothyroid, malnutrisi, defisiensi vit C, hypophosphatemia.
Merupakan indikator yang peka adanya CLOLESTASIS, tetapi tidak spesifik
Nilai normal : anak 4-10 unit Bodansky : Dewasa : 2-4 Unit Bodansky
GAMMA GLUTAMYL TRANSFERASE (GGT) :
Dapat dijumpai pada : Hepatobiliar dan endothel jarinan. Tidak terdapat di Tulang dan Plasenta, sehingga pada anak yang tumbuh dan kehamilan kadar dalam darah tidak meningkat.
Nilai normal : 6-24 U/L pada pria, sedangkan wanita : 4-18 U/L
Paningkatan dalam darah dapat dijumpai pada : Cholestasis (sensitive)
Penyakit liver alkoholik
Penyakit syaraf
Post mycard infaref
Minum obat anti konvulsant
Pada alkoholisme : gamma GT lebih peka dibanding SGOT/SGPT