BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
-
Upload
nguyentuong -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lagu merupakan media universal yang digunakan untuk menyampaikan
suatu ide, gagasan atau ungkapan perasaan. Dalam lirik lagu terkandung makna
sebagai implementasi ide atau curahan hati pencipta lagu. Lirik lagu mempunyai
kemiripan dengan syair atau puisi. Bedanya, lagu disampaikan dengan penadaan
dan musikalisasi. Menurut Leech (1974:64), puisi merupakan tumpahan emosi
penyair, yang mengandung fungsi terpisah, yaitu estetik. Fungsi estetik ialah
fungsi bahasa yang dapat didefinisikan sebagai penggunaan bahasa demi hasil
karya tersebut, tanpa maksud yang tersembunyi. Setidaknya, fungsi estetik ini
mempunyai keterkaitan dengan makna konseptual maupun afektif.
Pembahasan mengenai lirik lagu yang merupakan bagian dari karya puisi,
tidak akan terlepas dari pengamatan tentang gaya bahasa yang dikenal dengan
istilah style. Gaya bahasa atau style menjadi masalah dari diksi atau pilihan kata
yang mempersoalkan cocok atau tidaknya pemakaian kata, frase, dan klausa untuk
situasi tertentu. Menurut Keraf (1985: 113), istilah style atau gaya bahasa dapat
dibatasi sebagai cara untuk mengungkapkan pikiran yang memperlihatkan jiwa
dan kepribadian penulis. Sedangkan menurut Pateda (2001:233), gaya bahasa
secara leksikologis adalah : (i) pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang
dalam bertutur atau menulis; (ii) pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh
2
efek-efek metafora; (iii) keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra; (iv)
cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Dalam karya sastra, bahasa merupakan media utama yang dipakai sebagai
penyampaian ide-ide atau gagasan yang di dalamnya seringkali menggunakan
bahasa kiasan. Bahasa kiasan tersebut merupakan bagian dari variasi bahasa yang
selalu melekat pada ciptaan karya sastra. Di dalam lirik lagu dan puisi yang
merupakan bagian dari sastra lisan.
Efek Rumah Kaca atau biasa dikenal dengan ERK, merupakan band indie
asal Jakarta yang terbentuk pada tahun 2001. Band yang erat dengan masalah
lingkungan, politik, sosial, dll. ini terdiri dari 3 personil yaitu Cholil
Mahmud (vokal, gitar), Adrian Yunan Faisal (vokal latar, bass), dan Akbar Bagus
Sudibyo (drum, vokal latar). ERK pertama kali muncul dalam album kompilasi
bertajuk Science in Music pada 2008. Dalam albumnya, ERK selalu menyuarakan
isu-isu yang terjadi dalam realita kehidupan di masyarakat dalam lirik-lirik
lagunya.
Lirik lagu ERK ini mempunyai ciri khas yang puitis, dengan berbagai
sudut pandang dan kekayaan pilihan kata. Tidak sekedar hiburan, ERK
memanfaatkan musik sebagai potret zaman, kritik situasi sosial, budaya,
lingkungan, gaya hidup, industri musik, politik, cinta, homoseksual, gangguan
psikologis, religiusitas, dan lain-lain.
Penelitian mengenai metafora pada lirik lagu ERK menarik untuk
dilakukan karena dalam karyanya terkandung karakteristik yang berbeda dan
3
menonjolkan idealisme dalam menciptakan karyanya, karakterisitik karya berisi
ide-ide yang jarang dijumpai pada grup musik berlabel mayor.
1.2 Rumusan masalah
Berkaitan dengan uraian di dalam latar belakang, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1 Apa saja jenis metafora dalam lirik lagu ERK?
2. Bagaimana makna metafora dalam lirik lagu ERK berdasarkan medan
semantiknya?
3. Bagaimana fungsi metafora yang terdapat dalam lirik lagu ERK?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis metafora dalam lirik lagu ERK.
2. Menganalisis makna metafora dalam lirik lagu ERK.
3. Menganalisis fungsi metafora dalam lirik lagu ERK.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, di antaranya
manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk memberikan pengetahuan yang berhubungan dengan
gaya bahasa, khususnya mengenai bentuk metafora dalam lirik lagu ERK,
4
klasifikasi berdasarkan medan semantik dalam lirik lagu ERK, dan fungsi
metafora yang terdapat dalam lirik lagu ERK, beserta keterkaitan antara lambang
metafora dan target domain. Selain itu juga memberikan kontribusi
perkembangan pengetahuan di budang linguistik, khususnya metafora.
Sementara itu, manfaat praktis dari penelitian ini adalah menambah
perbendaharaan penelitian bidang metafora, agar memberikan referensi
tambahan bagi penelitian metafora selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalah metafora yang
terdapat dalam lirik lagu ERK, kemudian diklasifikasikan berdasarkan bentuk,
jenis, dan fungsi metafora yang ada dalam kartu data. Lagu-lagu yang dianalisis
antara lain sebagai berikut.
Tabel 1
Sumber Data
Efek Rumah Kaca (2007) Kamar Gelap (2008)
1. “Jalang”
2. “Jatuh Cinta Itu Biasa Saja”
3. “Bukan Lawan Jenis”
4. “Belanja Terus Sampai Mati”
5. “Insomnia”
6. “Debu-Debu Berterbangan”
7. “Di Udara”
8. “Efek Rumah Kaca”
9. “Melankolia”
10. “Cinta Melulu”
11. “Sebelah Mata”
12. “Desember”
1. "Tubuhmu Membiru... Tragis"
2. "Kau dan Aku Menuju Ruang
Hampa"
3. "Mosi Tidak Percaya"
4. "Lagu Kesepian"
5. "Hujan Jangan Marah"
6. "Kenakalan Remaja di Era
Informatika"
7. "Menjadi Indonesia"
8. "Kamar Gelap"
9. "Jangan Bakar Buku"
10. "Banyak Asap di Sana"
11. "Laki-laki Pemalu"
12. "Balerina"
5
Berdasarkan bentuknya, metafora dalam lirik lagu ERK diklasifikasikan
menjadi 3 bentuk yaitu metafora struktural, metafora orientasional, dan metafora
ontologis. Klasifikasi tersebut berdasarkan lambang metafora yang dipakai dan
makna yang terdapat dalam ekspresi metafora. Berdasarkan medan semantiknya,
metafora diklasifikasikan dengan sistem ekologi manusia yang dipakai oleh
Halley.
1.6 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai metafora telah banyak dilakukan sebelumnya. Di
antaranya adalah Kerans (2005) menulis tesis berjudul “Metafora dalam Tradisi
Tutu‟, Ukut Raran Bahasa Lamaholot”. Objek penelitiannya berasal dari tradisi
Tutu‟ Ukut Raran yang berupa tradisi penceritaan sejarah dalam masyarakat
Lamaholot Flores Timur dan Lembata Nusa Tenggara Timur dalam menggunakan
bahasa Lamaholot. Hasilnya adalah pendeskripsian mengenai metafora yang
terdapat dalam tradisi Tutu‟ Ukut Raran, penguraian ragam metafora yang
terdapat dalam tradisi Tutu‟ Ukut Raran, dan pemaknaan metafora yang terdapat
dalam tradisi Tutu‟ Ukut Raran.
Penelitian metafora juga pernah dilakukan oleh Udu (2006) dalam tesis
berjudul “Metafora dalam Kaбanti Pengantar Tidur”. Objek penelitian ini diambil
dari Kaбanti yang merupakan nyanyian rakyat daerah Wangi-Wangi, Kabupaten
Wakatobi, Sulawesi Tenggara, serta jenis dan ciri khas metafora dalam kaбanti.
Secara keseluruhan, penelitian tersebut merupakan jenis penelitian metafora yang
6
berkaitan dengan budaya, khususnya budaya Wangi-Wangi, Wakatobi, Sulawesi
Tenggara.
Dalam “Kemetaforaan dalam Lagu Dangdut” oleh Suryanti (2007) Jurusan
Sastra Indonesia, Universitas Sebelas Maret Surakarta dibahas metafora dari segi
klasifikasi jenis metafora, dan fungsi metafora terhadap lirik lagu dangdut. Yang
dianalisis dari skripsi tersebut adalah jenis metafora lirik lagu dangdut, dan fungsi
tuturan metafora dalam lirik lagu dangdut. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatis deskriptif dengan sumber data empat buku lagu dan empat belas buah
sampul kaset lagu dangdut. Dalam 88 lagu tersebut terdapat 160 tuturan metafora.
Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa jenis metafora dalam lirik lagu dangdut dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jenis metafora dari segi bentuk (sintaksis),
jenis metafora secara umum menurut Stephen ullman, dan jenis metafora
berdasarkan kategori ruang persepsi manusia.
Penelitian tentang metafora juga ditulis dalam tesis berjudul “Medan
Semantik Metafora Nominatif dalam Lirik Lagu Kla Project dan Bon Jovi serta
kaitannya dengan Sistem Ekologi” oleh Kusumastuty (2011) Program Study
Linguistik Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Gadjah Mada. Tesis tersebut mengangkat permasalahan mengenai medan
semantik metafora nominatif dalam lirik lagu Kla Project dan Bon Jovi serta
kaitannya dengan ekologi. Hasil penelitian tersebut adalah medan semantik ruang
persepsi manusia yang digunakan dalam lirik lagu Kla Project cukup memiliki
keseimbangan antarelemennya. Sementara itu, kategori medan semantik metafora
nominatif yang ditemukan dalam lirik lagu Bon Jovi kurang mencerminkan
7
keseimbangan. Dari keseluruhan metafora yang ditemukan dalam lirik lagu Kla
Project, ditemukan entity metaphor sebesar 27,7% dan subtance metaphor sebesar
20,45%, sedangkan keseluruhan metafora dalam lirik lagu bon jovi, entity
metaphor sebesar 31,91 % dan substance metaphor sebesar 4,26%. Dengan
demikian presentase total dari kedua jenis metafora tersebut adalah 83,89%.
Puspitasari (2011) dalam tesisnya membahas “Metafora pada Lagu-Lagu
Spiritual Negro (The Negro Spirituals)” Pembahasannya mengenai jenis-jenis
metafora pada lagu-lagu berdasarkan medan semantik dan fungsi metafora pada
lagu-lagu Spiritual Negro.
Ulfiana (2012) dalam skripsinya membahas mengenai “Metafora Dalam
Roman Layla Majnun”. Dalam skripsi tersebut, diklasifikasikan metafora terhadap
sistem ekologi dalam Roman Layla Majnun. Terdapat tiga hasil yang dapat
disimpulkan, yang pertama ialah metafora berbentuk frasa dan klausa. Frasa dapat
berupa frasa nomina dan perluasan frasa nomina. Pada tataran klausa, metafora
dapat berkategori klausa nomina dan klausa verba. Dari hasil penggolongan
metafora, baik pada bentuk frasa maupun klausa dihasilkan bahwa urutan unsur
metafora pada frasa yang tidak mengalami perluasan unsur citra berada di awal
dan unsur topik berakhir di akhir, sedangkan pada frasa yang mengalami
perluasan unsur topik berada di awal dan unsur citra berada di akhir.
Widyarto (2013) menulis skripsi berjudul “Metafora Pada Wacana Berita
Ekonomi di Situs Web Metro TV Menurut Pandangan Zoltan Kovecses”. Dalam
skripsi tersebut, dijelaskan mengenai ekspresi metafora nominatif yang terdapat
pada wacana berita ekonomi di situs web Metro TV. Terdapat dua fakta yang
8
diperoleh dari penelitian tersebut. Pertama, ada tiga konsep dalam memandang
ekonomi, yaitu ekonomi sebagai bangunan, ekonomi adalah perjalanan, dan
ekonomi adalah organisme hayati. Kedua, berkaitan dengan ekologi, dari
kesembilan unsur, hanya ada delapan unsur yang dimanfaatkan untuk
mempersepsi ekonomi. Selain itu juga disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara
kognisi dan ekologi dalam kaitannya dengan metafora.
Dari beberapa penelitian mengenai metafora, penulis belum menemukan
penelitian yang secara spresifik membahas mengenai metafora dalam lirik lagu
ERK. Penelitian ini akan membahas bentuk-bentuk metafora dalam lirik lagu
ERK, klasifikasi berdasarkan medan semantik, dan fungsi metafora yang terdapat
dalam lirik lagu ERK.
1.7 Landasan teori
1.7.1 Metafora
Metafora (metaphor) adalah pemakaian kata atau ungkapan lain untuk
objek atau konsep lain berdasarkan kias atau persamaan (Kridalaksana,
2008:152). Metafora mempunyai struktur dasar yang sangat sederhana. Chaer
(1984:9) mengatakan metafora dilihat dari segi digunakannya sesuatu untuk
memperbandingkan yang lain dengan yang lain. Keraf (1985:139) mengatakan
bahwa metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya darat, buah
hati, dsb. Penggunaan metafora sebagai perbandingan tidak langsung
menggunakan kata : seperti, bagai, bak, dan sebagainya sehingga pokok pertama
9
langsung dihubungkan dengan pokok kedua. Prosesnya hampir sama dengan
simile, tetapi secara berangsur keterangan mengenai persamaan dan pokok
pertama dihilangkan.
pemuda adalah seperti bunga bangsa pemuda adalah bunga bangsa,
pemuda bunga bangsa
Knowless and Moon (2006:2) mendefinisikan metafora sebagai berikut.
When we talk about metaphor, we mean the use of language to refer to something
other than what it was originally applied to, or what it „literally‟ means, in order to suggest
some resemblance or make a connection between the two things.
Metafora adalah bahasa non-literal yang melibatkan berbagai jenis
perbandingan atau identifikasi. Apabila diartikan secara harafiah, mereka tidak
masuk akal, tidak mungkin, dan tidak benar. Perbandingan dalam metafora
implicit. Sebagai contoh, apabila kita mengatakan seseorang adalah sebuah
permata, kita akan membandingkan dengan sifat permata, yang berarti kualitas
orang tersebut diasosiasikan seperti permata. Metafora dapat menjelaskan sesuatu
untuk menyampaikan makna secara lebih menarik atau dengan cara yang lebih
kreatif (Knowles and Moon, 2006:3--5).
1.7.2 Metafora Konseptual
Pandangan metafora linguistik dan metafora konseptual mempunyai
perbedaan. Jika metafora linguistik memandang metafora dalam 3 hal, yaitu tenor
vehicle, dan ground, metafora konseptual memandang metafora terdiri dari source
domain dan target domain. Source domain ialah hal yang menjelaskan target.
10
Target domain adalah domain semantik yang yang terstruktur dan berusaha
dipahami dengan metafora (Kovecses, 2002:4).
Dalam pandangan metafora konseptual, metafora didefinisikan sebagai
pemahaman satu domain konseptual dengan domain konseptual yang lain. Hal
tersebut terjadi ketika berbicara dan berpikir mengenai kehidupan (life) yang
diekspresikan seperti sebuah perjalanan, tentang argumen (argument) sebagai
peperangan, tentang cinta sebagai perjalanan, tentang teori-teori (theory) sebagai
sebuah bangunan, tentang ide-ide (thought) sebagai makanan, tentang organisasi
sosial (social organization) sebagai tanaman, dan banyak lainnya.
Lakoff dan Johnson (2003:5), mendefiniskan metafora sebagai
ARGUMENT IS WAR yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Your claims are indefensible.
He attacked every weak point in my argument. His criticisms were right on target.
I demolished his argument.
I've never won an argument with him.
You disagree? Okay, shoot!
If you use that strategy, he'll wipe you out. He shot down all of my arguments.
Seperti halnya sebuah „peperangan‟ dalam beradu argumentasi, seseorang
dapat dikatakan menang dan kalah. Kita dapat memandang orang yang kita ajak
berdebat dengan sebagai lawan. Saling menyerang posisi dan membela diri. Kita
memperoleh dan kehilangan dasar. merencanakan dan menggunakan strategi. Jika
menemukan posisi dipertahankan, kita bisa meninggalkannya dan mengambil
baris baru serangan. Banyak hal yang kita lakukan dalam berdebat yang sebagian
terstruktur seperti konsep perang.
11
Sebuah metafora konseptual terdiri atas dua domain konseptual, satu
domain dipahami dalam hal lain. Dua hal yang dipakai untuk memahami domain
konseptual ialah source domain dan target domain. Dapat dipahami bahwa
kehidupan, argumen, cinta, teori, ide, organisasi, sosial, dan lain-lain adalah
target domain, sementara perjalanan, perang, bangunan, makanan, tanaman, dan
lain-lain adalah source domain. Sehinigga dapat disimpulkan bahwa source
domain dipakai untuk memahami target domain (Kovesces, 2002:6).
Dalam linguistik kognitif, metafora diklasifikasikan menjadi 3 bentuk
(Lakoff dan Johnson 2003:14-32; Kovecses 2002: 37-40), yaitu metafora
struktural, metafora orientasional, dan metafora ontologis. Metafora struktural
adalah suatu konsep metafora yang membandingkan sebuah konsep dengan
konsep yang lain. Seperti yang telah dijelaskan pada contoh argument is war,
yang menjelaskan suatu argumen yang merupakan hal abstrak dijelaskan dengan
fitur-fitur peperangan seperti adanya menang dan kalah, menyerang dan bertahan,
dan lain sebagainya. Dalam pemaknaannya, konsep-konsep peperangan tersebut
tergantung pada detail konsep peperangan yang dipakai untuk menerangkan
konsep argument itu sendiri (Lakoff dan Johnson, 2003:53). Kovecses (2002: 37)
menjelaskan bahwa metafora struktutal, source domain lebih kaya struktur
pengetahuan untuk target domain. Dengan kata lain, fungsi kognitif metafora ini
bertujuan untuk membuat seseorang memahami domain b dengan cara struktur
domain a. Pemahaman ini berlangsung dengan cara pemetaan konseptual antara
unsur-unsur a dan elemen b. Sebagai contoh, konsep waktu yang diekspresikan
dengan struktur sesuai dengan gerak dan ruang. Dengan metafora, waktu dapat
12
dipahami dalam hal beberapa elemen dasar: benda-benda fisik, lokasi, dan
gerakan.
Lakoff dan Johnson (2003:14) menyatakan bahwa ada jenis lain dari
konsep metafora, yaitu metafora orientasional, karena kebanyakan dari mereka
harus melakukan dengan orientasi spasial : atas-bawah, in-out, , on-off , dalam-
dangkal , pusat–pinggiran, depan-belakang, terang-gelap. Contoh metafora
orientasional, misalnya dalam bahasa inggris ‘happy is up‟. Kenyataan bahwa
konsep happy berorientasi pada up sedangkan down berorientasi pada
keterpurukan ataupun kesedihan.
Metafora ontologis adalah metafora yang mengungkapkan perbandingan
dari benda abstrak dan bisa merujuk, mengategorikan, mengelompokkan, dan
mengukur dengan hal hal yang bersifat konkret berupa material atau zat-zat yang
nyata. Sama seperti pengalaman dasar orientasi spasial manusia menimbulkan
metafora orientational, sehingga pengalaman dengan benda-benda fisik
memberikan dasar bagi berbagai macam yang luar biasa pada histologis metafora,
yaitu cara untuk melihat emosi , ide-ide, dll. sebagai entitas dan zat yang nyata.
Lakoff dan Johnson (2003,14-32) membagi metafora ke dalam 3 sub bagian.
1. Entity Metaphor, yaitu metafora yang membandingkan konsep abstrak
dengan konsep konkret.
physical object (source domain) non physical (target domain).
event (target domain)
2. Substance Metaphor. Adalah bentuk metafora yang mengungkapkan
sesuatu yang bersifat abstrak dengan konsep konkret yang berupa
material, kebendaan, atau zat.
13
substance (source domain) activities (target domain)
3. Container Metaphor adalah suatu bentuk metafora yang
mengungkapkan suatu benda seperti sebuah ruang. Suatu konsep
direpresentasikan mempunyai unsur ruang, luar-dalam.
1.7.3 Jenis Metafora Berdasaran Klasifikasi Medan Semantik Ekologis
Wahab (1991:71) berpendapat bahwa studi tentang metafora dapat pula
dikaitkan dengan studi tentang sistem ekologi. Untuk mengetahui peranan
metafora dalam sistem ekologi, dipakai konsep ruang persepsi manusia yang
diperkenalkan oleh Halley.
Hierarkhi persepsi antar manusia terhadap ruang dimulai dari manusia
sendiri karena manusia dengan segala tingkah lakunya merupakan lingkungan
manusia yang paling dekat. Jenjang di atas manusia adalah makhluk bernyawa
karena manusia merupakan bagian dari makhluk bernyawa, namun tidak semua
makhluk bernyawa dapat dikategorikan manusia. Di atas makhluk bernyawa ialah
semua kehidupan, sebab manusia yang merupakan bagian dari kehidupan;
sebaliknya, tidak semua yang hidup itu dapat dikategorikan ke dalam makhluk
bernyawa atau manusia. Begitulah hierarkhi itu seterusnya berjenjang ke atas
sampai kepada segala sesuatu yang ada, termasuk konsep yang bersifat abstrak
(Wahab, 1991:66-67). Pembagian metafora berdasarkan persepsi manusia
terhadap ruang, bermaksud untuk mengetahui hubungannya dengan pengalaman,
pengetahuan penulis lagu dan makna-makna apa yang ingin disampaikan dalam
14
lirik lagu. Idealnya kreasi manusia terhadap metafora itu lengkap dan mencakup
semua jenjang persepsi manusia.
Dalam metafora nominatif, data digolongkan lambangnya berdasarkan
klasifikasi medan semantik ruang persepsi manusia model Halley sebagai berikut.
1. Being (Ke-Ada-an) : konsep atau pengalaman manusia yang abstrak.
2. Cosmos (Kosmos) : tidak hanya ada, tetapi menempati ruang di jagad raya
dan dapat diamati oleh indera mata karena jauhnya.
3. Energy (Energi) : tidak saja ada dan menempati ruang, tetapi juga yang
menunjukkan adanya perilaku gerak.
4. Subtance (Substansi) : benda yang sifatnya ada, membutuhkan ruang, dan
bergerak, ia juga mempunyai sifat lembam atau dapat berubah bentuknya
5. Terrestrial (Terestrial) : meliputi hamparan yang terikat oleh bumi.
6. Object (Objek) : benda yang sifat-sifatnya termasuk dalam kategori
substansi, namun yang membedakan kategori ini dengan kategori
substansi adalah memiliki bentuk yang pasti..
7. Living (Kehidupan) : Berkaitan dengan semua kehidupan flora dengan
segala predikasinya.
8. Animate (Hewan) : mempunyai kemampuan untuk berjalan, berlari,
terbang dan tentunya bernyawa.
9. Human (Manusia): memiliki kemampuan berpikir.
15
Sementara itu dalam metafora predikatif, lambang metafora
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Being (keadaan), contoh : ada.
2. Position (posisi), contoh: di sini.
3. Motion (gerakan), contoh : berjalan.
4. Inertia (inersia), contoh : mendorong.
5. Shape (bentuk), contoh : patah.
6. Life (kehidupan), :contoh : tumbuh.
7. Animation (animasi), contoh : berlari.
8. Intellection (inteleksi). Contoh : berpikir.
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian bahasa yang terbagi tiga
tahap, yaitu penyediaan data, analisis data dan penyajian hasil analisis data.
Tahap pertama adalah pengumpulan data, data diambil dengan cara
menyimak lagu-lagu ERK. Metode yang dipakai dalam tahap ini adalah metode
simak. Metode simak ialah metode penelitian yang dilakukan dengan menyimak,
yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:2). Setelah penulis
melakukan penyimakan terhadap lagu-lagu ERK, teknik lanjutan yang dipakai
berupa teknik catat. Teknik catat ialah mencatat data pada kartu data dengan alat
tulis tertentu yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi (Sudaryanto, 1993:135)
Tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap analisis data digunakan
metode padan. Metode padan adalah metode analisis data yang penentunya di
luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan
16
atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang dipakai adalah teknik pilah
unsur penentu (PUP) yang alat penentunya adalah daya pilah mental yang dimiliki
peneliti (Sudaryanto, 1993:21). Sesuai dengan jenis penentunya, maka teknik
pilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pilah referensial.
Sementara itu teknik lanjutannya adalah teknik banding menyamakan hal pokok
(HBSP), yaitu daya banding menyamakan hal pokok (Sudaryanto, 1993:27).
Tahap yang terakhir atau tahap yang ketiga adalah penyajian hasil analisis
data yang merupakan tahap akhir penelitian untuk menyajikan hasil analisisnya
dalam bentuk topik-topik yang telah dirumuskan (Sudaryanto, 1993:145).
Penyajian dilakukan dengan cara informal, yaitu perumusan dengan kata-kata
biasa tanpa menggunakan simbol-simbol atau angka.
1.9 Sistematika Penyajian
Penelitian ini terdiri atas lima bagian. Bab pertama adalah pendahuluan.
Pada bab pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi deskripsi
mengenai bentuk metafora yang terdapat dalam lirik lagu ERK, berdasarkan
kedudukan dalam kalimat dan pola source domain terhadap target domain.
Bab ketiga berisi deskripsi jenis metafora yang terdapat dalam data
penelitian berdasarkan medan semantik ekologis manusia. Bab keempat berisi
deskripsi fungsi pemakaian metafora nominatif dalam lirik lagu yang dijadikan
data penelitian. Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran.