Faktor Yang Mempengaruhi Kurva DBTT
-
Upload
ignasius-sagita -
Category
Documents
-
view
656 -
download
70
description
Transcript of Faktor Yang Mempengaruhi Kurva DBTT
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURVA DBTT Ignasius Dwi Sagita / 1306410755 / Teknik Mesin
Abstrak
Paper ini mengulas faktor-faktor yang mempengaruhi kurva DBTT. Faktor-faktor tersebut antara lain
pengaruh grain size, bentuk Kristal, dan interstitial atom.
Pendahuluan
Temperatur Transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan
suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Jadi, nantinya terlihat bahwa suatu
material yang apabila pada temperatur tinggi maka sifatnya akan ductile, dan apabila pada suhu
rendah maka yang terjadi material tersebut cenderung brittle. Berbagai macam kriteria digunakan
untuk menentukan temperature transisi, tergantung dari kegunaan aplikasi.
Fenomena diatas berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperature yang berbeda
dimana pada temperature kamar vibrasi terjadi dalam keadaan kesetimbangan dan akan meningkat
seiring meningkatnya temperature. Dan vibrasi inilah yang menghalangi pergerakan dislokasi dan
menyebabkan diperlukannya energi lebih besar untuk mematahkan benda uji dan sebaliknya.
Untuk melihat temperature transisi, kita bisa menggunakan kurva yang disebut Kurva DBTT(Ductile-
Brittle Temperature Transition). Pada kurva DBTT, plotting pada sumbu Y adalah energy yang dapat
diserap material sebelum patah. sedangkan untuk sumbu X, kurva tersebut menunjukkan
Temperatur. Pada kurva tersebut memperlihatkan perilaku patah suatu material ulet pada
temperature tinggi dan getas pada temperature rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kurva DBTT, yaitu struktur Kristal, atom interstisi, grain
size, heat treatment, orientasi dari specimen dan ketebalan dari specimen.
Disamping ini merupakan kurva yang
menunjukkan temperature transisi yang
dipadukan dengan bentuk patahannya.
Temperatur Transisi T1 adalah
Temperatur dimana perpatahan 100% ductile
(fibrous).
Temperatur transisi T2 adalah
Temperatur dimana perpatahannya 50% ductile
dan 50% cleavage.
Temperatur Transisi T3 adalah
Sumber Referensi:
Diktat Teori Dasar Praktikum Metalurgi Fisik. http://www.sut.ac.th/Engineering/Metal/pdf/MechMet/14_Brittle%20fracture%20and%20impact%20testing.pdf
Ahmad Fathy, Life Impact Test, https://ahmadfathy03.wordpress.com/2012/04/23/life-impact-test/
Temperatur dimana energy diserap rata-rata dari upper dan lower shelves.
Temperatur transisi T4 adalah temperature sebesar Cv = 20J.
Temperatur transisi T5 adalah temperature dimana perpatahan 100% cleavage.
Pengaruh Grain Size
Dari grafik disamping, kita dapat mengetahui
efek dari ukuran butir terhadap temperature
transisi adalah semakin kecil ukuran butir,
maka grafik DBTT akan bergeser ke kiri, yang
berarti temperature transisinya akan
berkurang. Hal ini dapat kita kaitkan dengan
hubungan butir dengan sifat material.
Dengan butir yang kecil, menyebabkan
material tersebut bersifat keras, dengan
sifatnya yang keras itulah yang menyebabkan ketahanan impak akan berkurang dan efeknya pada
temperature transisi yang akan menurun.
Bentuk Kristal
Ada bentuk BCC dan FCC , pengaruhnya terletak pada bidang gesernya yang merupakan bidang yang
paling padat oleh atom, sesuai namanya fungsi bidang geser ini adalah untuk melakukan
pergeseran/perubahan bentuk. semakin luas bidang gesernya maka makin mudah untuk melakukan
deformasi. bidang geser FCC > BCC.
Interstitial Atom
Interstitial atom meminimalisir kandungan atom karbon. Fungsi atom karbon yaitu mengisi ruang
kosong antar atom Fe (besi) suatu material baja, kandungan karbon yg tinggi menyebabkan
meningkatnya kekuatan baja. namun terisinya ruang kosong/celah antar atom Fe, membuat
kemampuan untuk berdeformasi semakin sulit, akibatnya saat dikenai beban kejut, material lebih
mudah patah getas.