Makalah PostPartum / NIFAS

70
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini. Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I mengenai “ Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT. Padang, April 2015 i

description

MATERNITAS

Transcript of Makalah PostPartum / NIFAS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada

waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar

kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari

zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan

pada saat sekarang ini.

Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah

Keperawatan Maternitas I mengenai “ Asuhan Keperawatan Pada Ibu

Postpartum”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga

menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.

Padang, April 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Konsep Postpartum......................................................................... 3

B. Konsep Laktasi .............................................................................. 12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 24

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 35

A. Kesimpulan .................................................................................... 35

B. Saran .............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan

kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

disebut masa puerperineum ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini

berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi

perubahanperubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/

pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya.

Karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian

yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini perawat

berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat harus

memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah

hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat

memulai kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa

kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan

terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi dalam 24 jam

pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab

perawat dan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara

komprehensif dan terus menerus dalam arti selama masa kurun reproduksi

seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar

(Maryunani, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana konsep postpartum ?

b. Bagaimana konsep laktasi ?

c. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu postpartum/masa nifas

normal

1

C. TUJUAN PENULISAN

a. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan

mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum

b. Tujuan Khusus

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :

a. Defenisi postpartum

b. Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)

c. Tahapan Postpartum (masa nifas)

d. Asuhan Kunjungan Masa Nifas (Postpartum) Normal

e. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pada Masa Nifas 

f. Perawatan Pasca Persalinan

g. Proses Laktasi dan Menyusui

h. Fisiologi Laktasi

i. Manfaat Pemberian ASI

j. Prinsip Menyusui yang Benar dan Inisiasi

k. Nutrisi ibu dan bayi selama menyusu

l. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

m. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum

n. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui

D. MANFAAT PENULISAN

1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai Asuhan Keperawatan

Pada Ibu Postpartum

2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui Asuhan Keperawatan

Pada Ibu Postpartum

3. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP POSTPARTUM

1. Defenisi Postpartum/Masa Nifas

a. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa

nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk

pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.

b. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,

2010).Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam

masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi

puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).

c. Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau

obat- obatan (prawiroharjo, 2000).

d. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu

persalinan (Mohtar, 1998).

e. Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung

seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,

2009).

f. Postpartum adalah periode 6 minggu setelah childbirth.It adalah masa

perubahan fisiologis yang cepat dalam tubuh wanita karena kembali ke

keadaan hamil pra. Wanita yang memasuki kehamilan dalam keadaan

sehat dan mengalami kehamilan berisiko rendah dan persalinan dan

kelahiran beresiko rendah untuk komplikasi selama masa postpartum.

2. Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)

Tujuan Asuhan Postpartum (masa nifas) normal dibagi dua yaitu :

a. Tujuan Umum

3

Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal

mengasuh anak.

b. Tujuan Khusus

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

2) Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah,

mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan

bayi sehat.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009)

3. Tahapan Postpartum (masa nifas)

Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai

berikut :

1. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia

uteri. Oleh karna itu, bidan dengan teratur harus melakukan

pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan

suhu.

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu

cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui

dengan baik.

3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konsling KB. (Saleha, 2009).

4. Asuhan Kunjungan Masa Nifas (Postpartum) Normal

Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) terbagi menjadi 4 kunjungan,

yaitu :

4

a. Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan:

1) Mencegah perdarahan masa nifas (postpartum) karna atonia uteri

2) Pemantau keadaan umum ibu

3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment)

4) ASI eksklusif

b. Kunjungan II : Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang bertujuan:

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda

perdarahan abnormal

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup

4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

c. Kunjungan III : 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan

abnormal

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup

4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi

5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit.

d. Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami

2) Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam

nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.

(Ambarwati, 2009)

5. Adaptasi Fisiologis Pada Masa Nifas

5

a. Sistem reproduksi

Sistem reproduksi, yang meliputi rahim, leher rahim, vagina, dan

perineum, mengalami perubahan dramatis selama 6 minggu setelah

pengalaman melahirkan. Perempuan beresiko perdarahan dan infeksi.

Penilaian keperawatan dan intervensi yang ditujukan untuk

mengurangi risiko ini.

Involusi adalah proses dimana organ reproduksi kembali ke

keadaan tidak hamil mereka. Seorang wanita berada dalam bahaya

perdarahan dari permukaan gundul rahim sampai putaran di-

selesai (Poggi, 2007).

1) Uterus

Setelah melahirkan plasenta, rahim mulai proses involusi, dimana

rahim kembali ke ukuran sebelum hamil, bentuk, dan lokasi; dan

plasenta menyembuhkan .Ini terjadi melalui kontraksi rahim dan

atrofi otot rahim. Wanita primipara biasanya tidak mengalami

ketidaknyamanan yang terkait dengan kontraksi uterus selama

periode postpartum.

Wanita multipara atau wanita yang sedang menyusui mungkin

mengalami "afterpains" selama beberapa hari pascamelahirkan

pertama. Setelah Pains moderat untuk nyeri kram seperti yang

parah yang berhubungan dengan rahim bekerja lebih keras untuk

tetap dikontrak dan / atau peningkatan oksitosin yang dilepaskan

dalam menanggapi menyusui bayi. Rahim harus dalam kondisi

kontraksi selama periode pascamelahirkan untuk mengurangi risiko

pascamelahirkan hemorrhage.The dikontrak otot rahim menekan

pembuluh terbuka di lokasi plasenta dan mengurangi jumlah

kehilangan darah.

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Istilah involusi

6

digunakan untuk menetapkan terjadinya pengambilan ukuran dan

kondisi keadaan semula sebelum hamil. Bekas luka plasenta akan

kembali sembuh dalam 6 minggu . Bila terjadi perlambatan akan

disebut sub-involusi yang akan menimbulkan gejala/tanda :

a) Lochea menetap/ merah segar

b) Penurunan fundes uteri lambat

c) Tonus uterus lembek

d) Tidak ada perasaan mulas

Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000

gr

Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah

pusat dengan berat uterus 750 gr.

Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan

pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr

Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simpisis dengan berat uterus 350 gr

Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50g

2) Loch e a

Pemisahan plasenta dan membran terjadi pada lapisan spons atau

bagian terluar dari desidua basalis rahim. Pada hari kedua setelah

kelahiran, lapisan desidua yang tersisa di bawah plasenta (area

lebar 7 cm) dan seluruh rahim berdiferensiasi menjadi dua lapisan

yang berbeda. Lapisan dalam melekat pada dinding otot rahim

tetap, melayani sebagai dasar dari mana lapisan baru endometrium

akan terbentuk. Lapisan berdekatan dengan rongga rahim menjadi

nekrotik dan membuang sebagai debit rahim mirip dengan aliran

menstruasi. Aliran rahim ini, yang terdiri dari darah, fragmen

desidua, sel darah putih, lendir, dan beberapa bakteri, dikenal

sebagai lokia.

7

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas.

Macam – macam Lochea :

a) Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,

dam mekonium, selama 2 hari post partum.

b) Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,

hari 3 – 7 post partum.

c) Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada

hari ke 7 – 14 post partum

d) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu

e) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk

f) Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya.

3) Serviks

Segera setelah lahir, serviks uteri yang lembut dan lunak.

Baik os internal dan eksternal terbuka. Seperti kontraksi uterus,

kontraksi rahim menuju negara nant prepreg- yang dimulai

sekaligus. Pada akhir 7 hari, os eksternal telah menyempit dengan

ukuran pembukaan pensil; serviks terasa fi rm dan non gravid lagi.

Berbeda dengan proses involusi uterus, di mana perubahan

terutama terdiri dari sel-sel lama dikembalikan ke semula posisi

mereka dengan kontraksi, proses di leher rahim melibatkan

pembentukan sel-sel otot baru. Seperti fundus, leher rahim tidak

kembali ke keadaan sebelum hamil persis nya. Os internal yang

menutup seperti sebelumnya, tapi setelah kelahiran vagina os

eksternal biasanya tetap sedikit terbuka dan muncul celah seperti

atau stellata (berbentuk bintang), padahal sebelumnya itu bulat.

Menemukan pola ini pada pemeriksaan panggul menunjukkan

bahwa melahirkan telah terjadi.

8

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup

4) Vulva dan Vagina

Setelah kelahiran vagina, vagina lembut, dengan sedikit

ruge, dan diameternya jauh lebih besar dari biasanya. Selaput dara

secara permanen robek dan menyembuhkan dengan kecil, tag

terpisah sue tis-. Dibutuhkan seluruh periode postpartal untuk

vagina untuk di- volute (oleh kontraksi, seperti rahim) hingga

secara bertahap kembali ke keadaan sebelum hamil perkiraan nya.

Penebalan dinding juga tampaknya tergantung pada estrogen lation

baru stimu- dari ovarium. Karena seorang wanita yang ing

breastfeed- mungkin tertunda ovulasi, ia dapat terus memiliki sel

vagina berdinding tipis atau rapuh yang menyebabkan perdarahan

vagina sedikit selama hubungan seksual sampai waktu sekitar 6

minggu. Seperti serviks, outlet vagina tetap sedikit lebih dis

cenderung daripada sebelumnya. Jika seorang wanita praktek

latihan Kegel, kekuatan dan nada vagina akan meningkat lebih

cepat (lihat Bab 12). Hal ini mungkin penting untuk kenikmatan

seksual dari kedua wanita dan pasangannya.

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia manjadi lebih menonjol.

5) Perineum

9

Karena jumlah besar tekanan yang dialami selama

kelahiran, perineum terasa edema dan lembut segera setelah lahir.

Ecchymosis dari kapiler pecah mungkin muncul pada permukaan.

Labia majora dan labia minora biasanya tetap atrofi dan melunak

setelah lahir, tidak pernah kembali ke negara kehamilan pra

mereka.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang

bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap

lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

6) Payudara

Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam

persiapan untuk menyusui. Sekitar hari postpartum ketiga semua

wanita, menyusui dan non-menyusui, mengalami beberapa derajat

pembengkakan payudara primer. Pembengkakan utama, yang

merupakan peningkatan sistem pembuluh darah dan limfatik dari

payudara, mendahului inisiasi produksi susu. Payudara wanita

menjadi lebih besar, tegas, hangat, dan lembut dan wanita mungkin

merasa nyeri berdenyut di payudara. Terutama pembengkakan

mereda dalam waktu 24 sampai 48 jam. Wanita yang menyusui

pengalaman pembengkakan payudara berikutnya terkait dengan

distensi kelenjar susu yang lega dengan memiliki bayi menyusu

atau memerah ASI. Komplikasi utama adalah mastitis, yang

merupakan infeksi payudara (lihat

Kolostrum, sebuah, cairan kekuningan yang jelas, mendahului

produksi susu. Hal ini lebih tinggi protein dan rendah karbohidrat

dibandingkan ASI. Ini berisi imunoglobulin G dan A yang

10

memberikan perlindungan bagi bayi yang baru lahir selama

minggu-minggu awal kehidupan.

Perubahan pada payudara dapat meliputi :

1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormon prolaktin setelah persalinan.

2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada

hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi

b. Sistem Perkemihan

Selama kehamilan, sebanyak 2.000-3.000 ml kelebihan cairan menumpuk di dalam tubuh. Sebuah diuresis luas mulai terjadi segera setelah lahir untuk membersihkan tubuh dari cairan ini. Ini dengan mudah meningkatkan output harian seorang wanita postpartum dari tingkat normal 1500 mL sebanyak 3000 mL / hari selama kedua fi hari kelima setelah lahir. Peningkatan yang ditandai ini produksi urin menyebabkan kandung kemih untuk fi ll cepat.

Selama kelahiran normal, kepala janin diberikannya banyak

tekanan pada kandung kemih dan uretra saat lewat di bawah kandung

kemih. Tekanan ini mungkin meninggalkan kandung kemih dengan

kerugian sementara nada yang, bersama-sama dengan edema

mengelilingi uretra, menurunkan kemampuan seorang wanita untuk

merasakan ketika dia harus membatalkan. Seorang wanita yang telah

mengalami anestesi epidural atau spinal dapat merasakan sensasi di

daerah kandung kemih sampai anestesi telah memudar. Untuk

mencegah kerusakan permanen pada kandung kemih dari overdistensi,

menilai perut wanita sering pada periode postpartal langsung. Pada

palpasi, kandung kemih penuh dirasakan sebagai daerah rm keras atau

fi tepat di atas simfisis pubis. Pada perkusi (menempatkan satu fi nger

fl di atas perut wanita atas kandung kemih dan menekannya dengan fi

nger tengah sisi lain), kandung kemih penuh suara resonansi, berbeda

dengan kusam, berdebar suara non cairan fi jaringan lled. Tekanan

pada daerah ini dapat membuat wanita merasa seolah-olah dia harus

11

membatalkan, tapi dia kemudian mampu melakukannya. Sebagai lls

kandung kemih fi, yang dipindahkan rahim; Oleh karena itu posisi

rahim adalah ukuran yang baik apakah kandung kemih penuh atau

kosong. Jika rahim menjadi uncontracted atau terasa lembut pada

palpasi dan didorong ke samping, penyebab umum adalah sebuah over

fi lled kandung kemih. The hidronefrosis atau peningkatan ukuran

ureter yang terjadi selama kehamilan tetap hadir selama sekitar 4

minggu setelah melahirkan. Peningkatan ukuran dari struktur ini,

bersama dengan sensitivitas kandung kemih berkurang, meningkatkan

kemungkinan stasis kemih dan infeksi saluran kemih pada periode

postpartal. Selama seluruh periode postpartal, urin cenderung

mengandung lebih banyak nitrogen dari biasanya. Hal ini mungkin

disebabkan sebagian aktivitas otot meningkat wanita selama persalinan

dan sebagian untuk pemecahan protein dalam porsi otot rahim yang

terjadi selama involusi. Tingkat laktosa dalam urin yang sedikit lebih

tinggi sama seperti selama kehamilan, karena tubuh mempersiapkan

untuk menyusui. Diaforesis (keringat berlebih) adalah cara lain dimana

tubuh rids diri dari kelebihan cairan. Hal ini terlihat pada wanita

setelah melahirkan.

Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan

terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini

mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam

waktu 12 – 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,

kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter

yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

12

c. Sistem Gastrointestinal

Pencernaan dan penyerapan mulai aktif kembali segera setelah

lahir kecuali seorang wanita telah memiliki kelahiran caesar. Hampir

segera, wanita itu merasa lapar dan haus, dan dia bisa makan tanpa

kesulitan untuk mual atau muntah selama ini. Hemoroid (pembuluh

darah dubur buncit) yang telah didorong keluar dari rektum karena

upaya tahap panggul mendorong sering hadir. Bising usus aktif, tetapi

bagian dari tinja melalui usus mungkin lambat karena efek yang masih

ada dari relaxin pada usus. Usus evakuasi mungkin sulit karena rasa

sakit jahitan episiotomi atau hemoroid.

Sering kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus

kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah

melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian

bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa

sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.

d. Sistem Kardiovaskuler

Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar

estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah

sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar

selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada

normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan

demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah

dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

e. Sistem Endokrin

1) Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post

partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.

2) Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang

13

f. Sistem muskulosklebal

Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi

dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

proses involusi.

g. Sistem integument

Setelah lahir, stretch mark di perut (striae gravidarum) wanita masih

muncul memerah dan mungkin bahkan lebih menonjol daripada selama

kehamilan, ketika mereka meregang ketat. Biasanya, pada wanita

Kaukasia, ini akan memudar dengan putih pucat selama 3 sampai 6 bulan

ke depan; dalam wanita Afrika Amerika, mereka mungkin tetap sebagai

daerah pigmen sedikit lebih gelap. Pigmen yang berlebihan pada wajah

dan leher (chloasma) dan di perut (linea nigra) akan menjadi hampir tidak

terdeteksi dalam waktu 6 minggu. Jika diastasis recti (overstretching dan

pemisahan otot-otot perut) hadir, daerah akan terlihat sedikit menjorok.

Jika pemisahan besar, maka akan muncul sebagai daerah kebiruan di garis

tengah perut. Dimodifikasi sit-up membantu untuk memperkuat otot-otot

perut dan kembali dukungan perut ke level prepregnant nya. Kedua

dinding perut dan ligamen yang mendukung rahim, yang jelas

membentang selama kehamilan, biasanya membutuhkan penuh 6 minggu

masa nifas untuk kembali ke mantan negara mereka.

1) Penurunan melanin umumnya setelam persalinan menyebabkan

berkurangnya hyperpigmentasi kulit

2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan

dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

6. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas 

Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu.

Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi

menjadi orang tua.

Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.

14

Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu.

Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan.

Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :

a. Talking In period (fase ketergantungan)

Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat

tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat

pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur

meningkat, nafsu makan meningkat.

b. Taking Hold Period (fase ketergantungan dan ketidaktergantungan )

Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada

kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap

perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga

membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi

kritikan yang dialami ibu.

c. Letting Go Period (fase saling ketergantungan)

Fase ini di mulai pada minggu kelima sampai minggu keenam dan fase

ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi . Ibu merawar

bayinya dengan kegiatan sehari-hari yang telah. ( Bobak, 2001).

Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan

bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu

menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari

kesehatan sebagai ibu.

7. Perawatan Pasca Persalinan

1) Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring

kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan

tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-

jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi

15

diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,

nifas dan sembuhnya luka-luka.

2) Diet

Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan

makanan yang mengandong protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan

buah-buahan.

3) Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan

oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama

persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing,

sebaiknya dilakukan kateterisasi.

4) Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih

sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat

diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa

dilakukan klisma.

5) Perawatan payudara (mamma)

Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting

susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui

bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :

1) Pembalutan mamma sampai tertekan.

2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral

dan parlodel

Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik

untuk kesehatan bayinya.

1) Laktasi

16

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari

kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada

kelenjar mamma yaitu :

a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan

jaringan lemak bertambah.

b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus

disebut colostrums , berwarna kuning putih susu.

c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana

vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.

d) Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron

hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau

prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu,

pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu

berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak

sesudah 2-3 hari pasca persalinan.

B. KONSEP LAKTASI (MENYUSUI)

Laktasi merupakan bagian integral dari daur reproduksi manusia. Laktasi

di bawah kontrol hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin. Hal ini dipengaruhi

oleh proses pengisapan bayi dan emosi ibu (Bobak, 2000).

Prolaktin merangsang sel-sel epitel alveoli untuk membuat ASI yang

dikenal dengan refleks prolaktin, sedangkan oksitosin menyebabkan kontraksi

mioepitel yang melapisi alveoli sehingga ASI bisa mengalir ke duktus, ini dikenal

dengan refleks oksitosin atau let down reflex.

Laktasi berlangsung di bawah kontrol sejumlah glandula endokrin

terutama hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin. Peningkatan dan pemeliharaan

laktasi pada manusia dibedakan paling tidak dengan tiga faktor :

1. Struktur anatomi dari glandula mammae dan perkembangan alveoli,

duktus dan nipple (puting susu).

2. Permulaan dan pemeliharaan ekskresi air susu.

3. Pancaran pengeluaran air susu atau dorongan air susu dari alveoli ke

puting susu.

17

Sintesis ASI di dalam alveoli merupakan proses yang kompleks yang akan

melibatkan empat mekanisme sekresi yaitu eksositosis, sintesis dan transfer

lemak, sekresi ion dan air, serta transfer immunoglobin dan jaringan ekstra

seluler. Setelah lahir, inhibisi atau hambatan sintesis ASI oleh plasenta menjadi

hilang dan kadar progesteron dalam darah ibu akan menurun dengan cepat setelah

bayi lahir. Antara 30 – 40 jam terjadi perubahan komposisi ASI dengan cepat,

antara lain dengan adanya peningkatan sintesis laktosa sehingga menyebabkan

volume ASI juga terus meningkat karena laktosa adalah komponen osmotik ASI

yang paling aktif (Bobak, 2000; Akre, 1994)

1. Proses Laktasi dan Menyusui

Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara terdiri dari beberapa bagian, yaitu diantaranya :

a) Pabrik ASI (alveoli)

1) Berbentuk seperti buah anggur

2) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI apabila di

rangsang oleh hormone prolaktin.

b) Saluran ASI (duktus lactiferous)

Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang.

c) Gudang ASI (sinus lactiferous)

Gudang ASI merupakan tempat penyimpanan ASI yang terletak di bawah

kalang payudara (alveoli)

d) Otot polos (myoepithel)

1) Otot yang mengelilingai pabrik ASI

2) Jika di rangsang oleh hormone oksitosin maka otot yang melingkari

pabrik ASI akan mengerut dan menyemprotkan ASI di dalamnya.

3) Selanjutnya, ASI akan mengalir ke saluran payudara dan berakhir di

gudang ASI

Cara Merawat Payudara

Cara-cara perawatan payudara yaitu :

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu.

18

b) Menggunakan BH yang menyokong payudara

c) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang nkeluar di

sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan

dimulai dari putting susu yang btidak lecet

d) Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.

e) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap

4-6 jam

f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu dapat

melakukan :

1) pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat

selama 5 menit

2) urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir untuk

mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.

3) Keluarka ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting

susus menjadi lunak.

4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat emengisap

seluruh ASI, sisanya keluarkandengan tangan

5) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

2. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi

ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI(oksitosin).

a. Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19

minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan

adalah hormon esterogen dan progesterone yang membantu maturasi

alveoli. Sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.

Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat

tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih

tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari

19

kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada

proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin

dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu

dikarenakan isapan bayi.

Refleks Prolaktin

Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk

membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan

aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih

tinggi. Pasca persalinan. yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya

fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.

Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena

ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla

spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat

sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu

sekresi prolaktin.

Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise

anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli

yang berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan

setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak

akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran

air susu,tetap berlangsung.

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi

normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin

akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis,

anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.

Refleks Aliran (Let Down Reflek)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior

20

(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran

darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.

Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari

alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui

duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,

mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui

bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress,

seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:

1) Refleks menangkap (rooting refleks)

2) Refleks menghisap

3) Refleks menelan

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh

ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi

akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.

Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh

puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke

dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah

areola. tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.

Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan

menelannya.

21

b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria

posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel

miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam

pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi,

juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka

secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.

3. Manfaat Pemberian ASI

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman

pendamping (termasuk air jeruk , madu air gula)yang dimulai sejak bayi baru

lahir sampai dengan usia 6 bulan tanpa makanan pendamping, jika tetap

diberikan makanan pendamping hal ini akan membuat pengurangan pada

kapasitas lambung bayi dalam menampung cairan ASI.

ASI juga bisa diberikan pada bayi tidak secara langsung, tapi juga bisa

ditampung dan ditunda waktu pemberiannya. Namun hal ini dilakukan jika

terjadi hal yang mendesak seperti ibu bekerja.

ASI sangatlah banyak manfaatnya, baik bagi ibu maupun bayi. Manfaat ASI

bagi :

1) Bagi bayi

Manfaat ASI bagi bayi yaitu :

1) ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan

2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan

3) ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi)

4) Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi

5) ASI mudah dicerna oleh bayi

2) Bagi ibu

1) Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti membuat

rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan

2) Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan

22

3) Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil

kemungkinannya untuk menjadi hamil

4) Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada sang buah

hati dan merasa dibutuhkan .

5) Menunda kemungkinan kanker payudara dan ovarium

3) Bagi semua orang

1) ASI selalu bersih dan bebas ham sehingga dapat terhindar dari

infeksi

2) Pemberiannya tidak memerlukan persiapan khusus

3) ASI selalu tersedia dan gratis

4) Mengurangi kemungkinan ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama

setelah melahirkan

4. Prinsip Menyusui yang Benar dan Inisiasi

a. Posisi ibu dan bayi yang benar

1) Berbaring miring

Cara ini merupakan cara yang baik untuk pemberian ASI pertama

kali, terutama pada iiibu yang melahirkan dengan operasi. Namun

ibu harus didampingi oleh orang lain, karena bisa saja jalan nafas

bayi tertutup oleh payudara ibu.

2) Duduk

Dalam posisi menyusui duduk ibu bisa memilih berberapa posisi

tangan yayng nyaman bagi ibu. Diantaranya :

Posisi tangan memegang bola

Posisi tangan memegang doble bola

Posisi madona

Posisi tangan transisi

Posisi crisscross hold

b. Proses pendekatan bayi dengan ibu

23

Ibu yang melakukan cara menyusui duduk hendaknya

mendapatkan sandaran agar ibu nyaman, sehingga membantu

pembentukan payudara ibu dan ibu punya ruang untuk menggerakan

bayi dengan luasa.

Sasarnanya yaitu untuk memposissikan bibir bawah bayi

melekat ke putting susu ibu, sehingga bayi dapat mengulun sebagian

besar putting susu ibu .

Langkah-langkah dalam pelekatan / menyusui yang benar

adalah sebagai berikut :

Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum

menyusui

Pegang payudara dengan c.hold di belakang areola.

Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan

Sentuh pipi atau hidung bayi merangsang rooting reflek

Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur

Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri

langit-langit mulut bayi

Putting susu, areola dan sebagian besar gudang ASI tertangkap oleh

mulut bayi

Posisi mulut dengan pelekatan yang benar

Jika bayi dirasa sudah cukup kenyang, maka hentikan proses

menyusui dengan memasukan kelingking ke dalam mulut bayi

menyusuri langit-langit mulut bayi

Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri

(berarti bayi merasa puas)

Tanda-tanda pelekatan yang benar :

Tampak areola masuk sebanyak mungkin, areola bagian atas lebih

banyak terlihat

Mulut terbuka lebar

Bibir atas dan bawah terputar keluar

Dagu bayi menempel pada payudara

24

Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk

Jaringan payudara merenggang sehingga membentuk “dot” yang

panjang

Putting susu sekitar 1/3 – ¼ bagian “dot” saja.

Bayi menyusu pada payudara , bukan putting susu

Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI)

Tanda-tanda pelekatan yang salah, antara lain :

Tampak sebagian besar kalang payudara areola berada di luar

Hanya putting susu atau sedikit areola yang masuk mulut bayi

Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada di luar mulut bayi.

Lidah tidak melewati gusi

Hanya putting susu yang menjadi “dot”

Bayi menyusu pada putting

Bibir bayi monyong

Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI

oleh lidah.

Inisiasi dini

Langkah inisiasi dini yaitu dengan cara bayi ditempatkan pada perut

iibunya dengan posisi tertelungkup. Lalu ditutup degan selimut, kemudian birakan

bayi merangkat untuk mencari putting susu ibu lalu menyusu.

5. Nutrisi ibu dan bayi selama menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air

susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan nutrisi

selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi

penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan

800 Kkal, kebutuhan kalori ini lebih tinggi bila dibanding saat kehamilan.

Kandungan kalori ASI rata-rata yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah

70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang

dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan

25

pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu

normal.

Kebutuhan nutrient ibu menyusui meliputi;

a. Protein

Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika

menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.

b. Cairan

Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.

Dianjurkan ibu menyusui minum 2 – 3 liter perhari, dalam bentuk air

putih, susu dan jus buah.

c. Vitamin dan Mineral

Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada

selama hamil

Kompenen nutrient dalam ASI antara lain; protein, laktosa dan

lemak. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, sebesar 60 % diantaranya berupa

whey yang lebih mudah dicerna dari pada kasein (protein utama susu

sapi). Lemak di dalam ASI merupakan campuran dari fosfolipid,

kolesterol, vitamin A dan karotinoid. Dalam ASI juga terdapat Asam

Amino (sistin dan taurin) yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sistin

digunakan untuk pertumbuhan somatik dan taurin untuk pertumbuhan

otak.

Selain itu ASI juga mengandung zat immunitas, seperti sel T dan

immunoglobulin, yang merupakan pertahan tubuh spesifik. Juga

mengandung sel fagosit, komplemen C2 dan C4, lisosom,

laktoperoksidase, laktoferin, transferin, yang merupakan pertahan tubuh

non spesifik. Dengan mengikat besi, laktoferin telah berperan menghambat

pertumbuhan bacteri staphylococcus dan E. Coli yang memerlukan zat

besi untuk pertumbuhannya. Laktoferin juga menghambat pertumbuhan

jamur candida.

26

Selain itu, Lactobacillus bifidus di dalam ASI berfungsi mengubah

laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan

saluaran pencernaan menjadi asam sehingga menghambat pertumbuhan

microorganisme, seperti E. Coli, shigella dan jamur.

Kebutuhan Nutrisi Selama Menyusui

1) Kalori

Salah satu faktor yang paling penting dalam diet wanita menyusui

adalah kalori. Pemasukkan kalori yang tidak cukup bisa mengurangi

volume air susu.Bagaimanapun juga kualitas sisa susu secara umum

tidak terganggu. Ibu menyusui harus menambah pemasukan kalorinya

mencapai 200 kkal melabihi kebutuhan kehamilan (itulah 500 kkal

bertambah dari kebutuhan kehamilan). Hasil ini jika ditotal menjadi

sekitar 2500 sampai 2700 kkal/hari untuk kebanyakan wanita.

Berdasarkan pada pilihan diet, ibu menyusui bisa menggunakan

panduan piramid makanan umum atau piramid makanan vegetarian

untuk memperkirakan masukan selama diet. Dia perlu bekerja keras

untuk memasukkan variasi makanan-makanan dari beberapa kelompok

makanan. Pemasukkan kalorinya harus cukup memenuhi energi untuk

menopang masa menyusui masa menyusut setalah berat badan harus

tidak lebih dari 16 minggu untuk ibu menyusui

2) Protein

Pemasukan protein cukup penting selesai menyusui, karena protein

adalah komponen yang penting dari susu ibu. Pemasukkan 65 gr/hr

selama 6 bulan menyusui dan 62 gr/hr direkomendasikan selama 6

bulan kedua. Seperti dimasa kehamilan, itu sangat penting bahwa

cukup mengkonsumsi protein non kalori untuk mencegah protein

sebagai sumber energi.

3) Kalsium

Kalsium juga nutrisi penting dalam produksi susu, dan diharapkan

meningkatkan keperluan diluar kehamilan. Keperluan selama

menyusui sama dengan kebutuhan selama kehamilan : 1200 mg/hr.

27

Pemasukkan kalsium yang cukup dari sumber makanan mengharuskan

penggunaan kalsium yang melengkapi.

4) Zat besi

Zat besi dibutuhkan masa menyusui tindakan pada hakekatnya

berbeda dari wanita yang tidak hamil, karena zat besi bukan sesuatu

yang penting dalam komponen susu ibu bagaimanapun juga

sebagaimana disebutkan sebelumnya pemberian suplemen yang terus

menerus untuk mengisi kehilangan simpanan maternal yang

dikarenakan kehamilan.

5) Cairan-cairan

Cairan yang sangat penting selama menyusui karena

ketidakcukupan pemasukan cairan bisa mengurangi volume susu.

Direkomendasikan pemasukan air sekitar 8-10 gelas tiap hari bisa kita

temui dengan mengkonsumsi air, jus, susu dan sup.

Dalam pendidikan gizi pada waktu menyusui hendaknya

ditekankan pada ibu mengenai hal-hal seperti berikut :

a) Bahwa wanita menyusui memerlukan jauh lebih banyak

zat-zat gizi untuk diri sendiri dan untuk keperluan bayi.

b) Bahwa dalam penyusunan hidangan terutama yang

diperhatikan adalah bukanbanyaknya, tetapi mutu dari

makanan yang cukup mengandung protein, vitamin, dan zat

besi.

c) Bahwa sesungguhnya tidaklah benar makanan yang

bermutu tinggi selalu mahal harganya.

d) Mempelajari cara memasak bahan-bahan dan banyaknya

makanan yang dihidangkan.

e) Pada waktu pendidikan gizi hendaknya sebanyak mungkin

bersifat demontrasi.

f) Tidak berguna dan tidak bijaksana untuk menganjurkan

seseorang memakan sesuatu dimana keluarga tidak

mungkin memperoleh karena tidak mampu atau karena

tidak ada bahannya di daerah itu.

28

6. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui

Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air

susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila

pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,

integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan memuaskan.

Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang

terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang

berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

bayinya.

7. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui

Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi

air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan

memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk

memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.

Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir •

Risiko untuk orangtua gangguan yang berkaitan dengan kekecewaan dalam jenis

kelamin anak • Takut berhubungan dengan kurangnya persiapan untuk perawatan

anak • Risiko defisiensi fl Volume cairan berhubungan dengan perdarahan

postpartum

Risiko infeksi (rahim) yang berkaitan dengan lokia dan permukaan uterus gundul

Pola tidur yang terganggu terkait dengan kelelahan dari dan kegembiraan

melahirkan

Risiko untuk mandi / kebersihan diri perawatan defisit terkait dengan kelelahan

dari persalinan

Gizi seimbang, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan postpartum

Risiko gangguan eliminasi urin atau sembelit terkait dengan hilangnya kandung

kemih dan usus sensasi setelah melahirkan

Risiko tidak efektif perifer menuntut tis- perfusi berhubungan dengan imobilitas

dan tingkat estrogen meningkat

29

Nyeri berhubungan dengan pembengkakan payudara primer

Perilaku kesehatan mencari yang berkaitan dengan kesehatan payudara di masa

mendatang

Perilaku kesehatan yang berhubungan dengan mencari keinginan klien untuk

kembali ke berat badan sebelum hamil dan penampilan

: Risiko pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan perubahan fisiologis

masa postpartum

Risiko gangguan parenting berhubungan dengan perilaku ikatan yang tidak

memadai setelah melahirkan

Ansietas b.d perubahan dalam fungsi peran, belum berpengalaman

Gangguan citra tubuh b.d kurang informasi yang akurat tentang penyesuaian

tubuh setelah melahirkan, perubahan penampilan tubuh ( striae )

Keefetifan pemberian ASI b.d dasar pengetahuan menyusui, struktur payudara

yang normal, struktul mulut bayi yang normal, usia gestasi lebih dari 34 minggu,

sumber dukungan, dan kepercayaan diri ibu

Ketidakefektifan pemberian ASI b.d diskontinuitas pemberian ASI , belum

berpengalaman, pengaruh budaya, pembengkakan payudara, faktor bayi

(misalnya, ketidakmampuan untuk menempel pada atau mengisap payudara )

Konstipasi b.d ketakutan terhadap nyeri, penurunan peristaltik setelah melahirkan,

penurunan aktivitas, penurunan asupan cairan, efek analgesik, penurunan tonus

otot perut.

Gangguan proses keluarga b.d transisi peran keluarga, perubahan struktur

keluarga, sistem pendukung tidak adekuat

Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d defisiensi pengetahuan (misalnya

hygiene, kontasepsi, nutrisi,perawatan bayi, dan gejala komplikasi) , kurang

dukungan dari pasangan

Stress inkontinensia urine b.d trauma jaringan selama melahirkan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang pengetahuan

nutrisi dasar mengenai menyusui

Nyeri akut b.d episiotomi, putting susu luka, pembengkakan payudara, hemoroid,

otot luka, kontrasi uterus ( nyeri setelah melahirkan )

Risiko gangguan perlengkatan orang tua/bayi

30

Ketidakmampuan menjadi orang tua b.d harapan yang tidak realistis terhadap diri,

bayi dan pasangan ; anak yang tidak diinginkan; tidak ada model peran , belum

pengalaman

Ketidajefektifan pola seksualitas b.d nyeri, ketakutan nyeri, gangguan citra tubuh,

tuntunan bayi, dan kurang tidur

Insomnia tuntunan peran ( sering menyusui), nyeri, ansietas, dan kegembiraan

berlebih

Retensi urine b.d edema jaringan lokal, efek obat/anestesi, nyeri ,

ketidakmampuan untuk mengambil posisi berkemih normal sekunder akibat efek

anestesi epidural/analgesik

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan

lengkap dari  semua  sumber yang berkaitan dengan kondisi kliensecara

keseluruhan. Tenaga kesehatan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka

harus menggunakan format pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang

diajukan lebih terarah dan relevan.

Pengkajian data dibagi menjadi:

1. Data subjektif

a. Biodata Klien

Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,

Agama,    Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,

Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.

b. Keluhan Utama

  Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.

c. Riwayat haid

Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,

konsistensi, siklus  haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal

partus.

d. Riwayat Perkawinan

31

Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah

perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?

e. Riwayat Obstetri

  Riwayat Kehamilan

Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,

Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan

impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang

diperoleh

  Riwayat Persalinan

1)  Riwayat Persalinan Lalu

Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan

saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan

fisik, kondisi anak saat ini.

2) Riwayat Nifas pada Persalinan Lalu

Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama

nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal,

abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan

pemberian ASI, respon dan support keluarga.

3) Riwayat Persalinan Saat Ini

Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi

ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi

perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak,

panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,

jumlah perdarahan.

4) Riwayat New Born

Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus,

kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah

membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB,

panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding

attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI

atau susu formula.

32

f. Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga

Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis

kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan

datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.

g. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan

yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut

diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang

h. Riwayat Psikososial-Kultural

Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,

apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan

dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga

lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga

untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan,

ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga.

Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah

menangis.

Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir

obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan

yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi

rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia,

kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian,

kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit

berkonsentrasi.

Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan

budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri

bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-

cita.

i. Riwayat kesehatan Keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara

genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah

diderita oleh keluarga.

33

j. Profil Keluarga

Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type

rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan

keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.

k. Kebiasaan Sehari-Hari

Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis

makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi

snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah,

frekuensi,

Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak

nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau

remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan      

suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).

Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah

inkontinensia          (hilangnya infolunter pengeluaran urin),

hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau

retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan

saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena

luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet

Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,

penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,

tatarias rambut dan wajah.

Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,

kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan

bekerja dan menyusui.

Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,

kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

Seksual

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi

freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang

seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan

seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse

34

pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan

lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara

memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang

dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu,

berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat

hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan.

Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat

menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor

pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu,

gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.

Konsep Diri

Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,

persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama

kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau

karena bentuk tubuh yang pendek.

Peran

Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan

tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan

perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel.

Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan

karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan,

kebutuhan minum, perubahan kulit.

Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal

hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi

(perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti

baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi

hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).

Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan

perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan

infeksi dan jadwal imunisasi

2. Data objektif

35

Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.

2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi

cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)

3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi

pengecapan; pendengaran, dan leher.

4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola

dan puting susu,  stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau

pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan

pembesaran kelenjar getah bening diketiak.

5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus

abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi

fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,

nyeri, perabaan distensi blas.

6. Anogenital

Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,

kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka

episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia

(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr

serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.

7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,

kekuatan otot.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA NOC NIC)

1. Nyeri akut b.d agen cedera

2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan

3. Konstipasi b.d penurunan tonus otot abdomen

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO NANDA NOC NIC1. Nyeri Akut b.d

agen cedera 1. Kontrol nyeriKlien diharapkan

1. Manajemen NyeriAktivitas :

36

mampu: o Mengenali factor

penyebabo Mengenali onset

atau lamanya sakito Menggunakan

metode pencegahano Menggunakan

metode nonanalgetik

o Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan

o Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan

o Mengenali gejala nyeri

2. Tingkatan nyeriKlien diharapkan mampu:o Melaporkan nyeri

tidak adao Tidak ada frekuensi

nyerio Tidak ada ekspresi

lisan saat nyerio Tidak ada ekspresi

wajaho Kegelisahan tidak

adao RR normalo Nadi normalo Tekanan darah

normal

3.Tingkat KenymananKlien diharapkan mampu:o Nyeri berkurango Kecemasan

berkurango Stress berkurango Perkembangan

psikologi yang baiko Perkembangan fisik

- Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran.

- Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif

- Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan jahitan.

- Berikan kompres es pada perineum, khusunya selama 24 jam setelah proses kelahiran

- Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri

- Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri

- Anjurkan relaksasi dengan napas dalam

2. Pemberian AnalgesikAktivitas : - Tentukan lokasi ,

karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien

- Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesic

- Beri analgesik 30 – 60 menit sebelum menyusui dan perineum bila dibutuhkan.

- Evaluasi kemampuan

37

o Ekspresi kepuasaan dengan control nyeri

pasien dalam pemilihan obat penghilang sakit, rute, dan dosis, serta melibatkan pasien dalam pemilihan tersebut

- Berikan perawatan yang dibutuhkan dan aktifitas lain yang memberikan efek relaksasi sebagai respon dari analgesic

- Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan

- Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi perubahan obat, dosis, rute pemberian, atau interval, serta membuat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip equianalgesic

- Ajari tentang penggunaan analgesik, strategi ke menurunkan efek samping, dan harapan untuk keterlibatan dalam membuat keputusan dalam manajemen nyeri.

- Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek yang merugikan.

- Evaluasi dan dokumentasikan tingkat pemberian obat penenang pada pasien yang menerima opioids

3. Pemberian obat penenangAktivitas : - Kaji riwayat kesehatan

pasien dan riwayat pemakaian obat penenang

- Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian

38

obat penenang sebelumnya.

- Lihat kemungkinan alergi obat

- Tinjau apakah pasien telah mentaati pembatasan berkenaan dg aturan makan, seperti yang ditentukan

- Tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang

- Beritahu keluarga dan/atau pasien tentang efek pemberian obat penenang

- Evaluasi tingkatan kesadaran pasien dan

- refleks normal sebelum pemberian obat penenang

- Ketahui perjalanan obat melalui IV

- Berikan pengobatan sesuai order dokter, sesuaikan dengan respon pasien

- Monitor tingkatan kesadaran pasien

- Monitor pasien terhadap efek negatif obat, mencakup peradangan, tekanan berhubungan dengan pernapasan, somnolen yang tak pantas, hipoxemia, arrithmia, apnea.

2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan

1. Integritas diameter jalan masukKlien diharapkan mampu untuk menormalkan :o Suhu tubuho Tidak ada

hematomao Tidak adanya

tempat pendarahan

2. Pengetahuan : kontrol infeksiKlien / keluarga

1. Perawatan perinealIntervensi yang dilakukan: - Bantu kebersihan. - Menjaga perineum tetap

kering.- Memberikan alas

duduk/bantal pada kursi seperti bantal yang berbentuk lingkaran, dengan tepat Memeriksa kondisi torehan atau sobekan (ex : episiotomy).

- Gunakan kompres dingin dengan baik.

39

diharapkan mampu :o Mendeskripsikan

mode transmisio Mendeskripsikan

factor-faktor yang menyertai transmis

o Mendeskripsikan praktek pengurangan transmisi

o Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala

o Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas meningkatkan daya tahan terhadap infeksi

Klien diharapkan mampu menormalkan :o Intake nutrisi cukupo Intake makanan

cukupo Intake cairan cukupo Hematokrit Hidrasio Hemoglobino Albumin darah

- Gunakan heat cradle/heat lamp dengan tepat.

- Melatih pemikiran pasien dan mengguanakan sitz baths.

- Berikan sitz bath. - Bersihkan perineum

sepenuhnya pada interval tetap.

- Memelihara kenyamanan posisi klien.

- Gunakan bantalan empuk yang menyerap untuk menyerap aliran secara tepat.

- Catat karakteristik pengaliran dengan tepat.

- Memberi dukungan scrotal, dengan baik.

- Memberikan pengobatan nyeri dengan tepat.

2. Pengawasan Intervensi yang dilakukan: - Memutuskan resiko

penyakit pasien dengan tepat.

- Mendapatkan informasi yang jelas tentang kebiasaan.

- Memilih index pasien dengan tepat untuk mengontrol, berdasarkan kondisi pasien.

- Membuat frekuensi kumpulan data interpretasi, sebagai indikasi keadaan pasien.

3. Konstipasi b.d penurunan tonus otot abdomen

1.Hidrasi :Klien diharapkan mampu untuk menormalkan : o Turgor kulito Intake cairano Pengeluaran urin

2. Eliminasi Usus : Klien diharapkan

Manajemen Konstipasi : Intervensi yang dilakukan: - Anjurkan meningkatkan

pemasukan cairan, kecuali bila dikontraindikasikan

- Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, frrekuensi, dan konsistensi dari BAB

40

mampu menormalkan : o Warna berak o Bising usus o Kekuatan sphincter

Tonus otot untuk mengosongkan feses

o Pencernaan serat yag adekuat

- monitor kerja dari usus (BAB) ,meliputi frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna

- Konsultasikan dengan dokter mengenai peningkatan atau penurunan bunyi usus

- Jelaskan etiologi dari masalah dan rasional tindakan kepada pasien Manajemen Usus :

- Lapor kurangnya bising usus

- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,

- Instruksikan pasien untuk makan makanan yang tinggi serat

- Mengikuti program latihan usus

41

BAB IV

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti

sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu

sebagai berikut :

1. Periode immediate postpartum

2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Untuk pemberian asuhan keperawatan pada klien saat masa nifas,

sebelumnya kita harus mengkaji keadaan klien dulu. Riwayat kesehatan klien

sebelum dan saat hamil harus dikaji. Karena bisa saja pada saat nifas,

klienmengalami gangguan yang disebabkan karena gangguan pada masa hamil.

Setelah dilakukan pengkajian, baik itu dari identitas, riwayat kesehatan

sebelum, ketika hamil dan riwayat kesehatan serta melakukan pengkajian Gordon,

maka tahap selanjutnya adalah menentukan diagnosa. Pada klien dengan keadaan

nifas biasanya diagnosanya adalah :

B. SARAN

Melalui makalah ini diharapkan nantinya perawat dapat mengkaji klien

dan menangani pada masa nifas. Pada masa nifas ini, jika tidak diperhatikan setiap

42

tindakan infeksi akan mudah terjadi. Oleh karena itu diharapkan perawat dapat

memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan indikasi keluhan klien

dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan

konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga kesalahan-kesalahan atau

kelalaian yang terjadi di lapangan dapat diminimalisir dan tim perawat pun

semakin diakui kelayakkannya sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul bari saifuddin,, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono

prawirohardjo, Jakarta

Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:EGC.

Bobak, Irene M. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Edisi 1 Jilid 2,

Bandung: IAPK Padjajaran.

FK Kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. ELeman : Bandung.

Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby

Elsevier.

Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby

Elsevier

Markono Print Media. Akre, J, 1994, Pemberian Makanan Untuk Bayi Dasar-

Dasar Fisiologis,. Perinasia, Jakarta.

Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Buku Kedokteran

EGC : Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi :

Yogyakarta

43