Makalah PostPartum / NIFAS
-
Upload
afrilita-putri-yuza -
Category
Documents
-
view
80 -
download
3
description
Transcript of Makalah PostPartum / NIFAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktu nya. Shalawat beserta salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada nabi besar
kita yakni nya nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membawa umat nya dari
zaman jahiliyah kepada zaman yang penuh ilmu pengetahuan yang kita rasakan
pada saat sekarang ini.
Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas I mengenai “ Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Postpartum”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
menjadi ibadah dan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca,demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan supaya kita selalu berada di bawah lindungan Allah SWT.
Padang, April 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Konsep Postpartum......................................................................... 3
B. Konsep Laktasi .............................................................................. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................... 24
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 35
A. Kesimpulan .................................................................................... 35
B. Saran .............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 36
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa
disebut masa puerperineum ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi
perubahanperubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/
pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya.
Karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian
yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini perawat
berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat harus
memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah
hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat
memulai kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab
perawat dan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara
komprehensif dan terus menerus dalam arti selama masa kurun reproduksi
seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar
(Maryunani, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana konsep postpartum ?
b. Bagaimana konsep laktasi ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada ibu postpartum/masa nifas
normal
1
C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum
b. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang :
a. Defenisi postpartum
b. Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)
c. Tahapan Postpartum (masa nifas)
d. Asuhan Kunjungan Masa Nifas (Postpartum) Normal
e. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Pada Masa Nifas
f. Perawatan Pasca Persalinan
g. Proses Laktasi dan Menyusui
h. Fisiologi Laktasi
i. Manfaat Pemberian ASI
j. Prinsip Menyusui yang Benar dan Inisiasi
k. Nutrisi ibu dan bayi selama menyusu
l. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui
m. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum
n. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui
D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Postpartum
2. Merangsang minat pembaca untuk lebih mengetahui Asuhan Keperawatan
Pada Ibu Postpartum
3. Mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP POSTPARTUM
1. Defenisi Postpartum/Masa Nifas
a. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
b. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam
masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi
puncak kepala dan persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005).
c. Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau
obat- obatan (prawiroharjo, 2000).
d. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu
persalinan (Mohtar, 1998).
e. Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung
seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha,
2009).
f. Postpartum adalah periode 6 minggu setelah childbirth.It adalah masa
perubahan fisiologis yang cepat dalam tubuh wanita karena kembali ke
keadaan hamil pra. Wanita yang memasuki kehamilan dalam keadaan
sehat dan mengalami kehamilan berisiko rendah dan persalinan dan
kelahiran beresiko rendah untuk komplikasi selama masa postpartum.
2. Tujuan Asuhan Postpartum (Masa Nifas)
Tujuan Asuhan Postpartum (masa nifas) normal dibagi dua yaitu :
a. Tujuan Umum
3
Membantu ibu dan pasanagannya selama masa transasi awal
mengasuh anak.
b. Tujuan Khusus
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2) Melaksanakan Skrining yang komprehensif, Mendeteksi masalah,
mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB,Menyusui, Pemberian imunisasi,dan perawatan
bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.(Ambarwati, 2009)
3. Tahapan Postpartum (masa nifas)
Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu sebagai
berikut :
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karna atonia
uteri. Oleh karna itu, bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan
suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konsling KB. (Saleha, 2009).
4. Asuhan Kunjungan Masa Nifas (Postpartum) Normal
Asuhan kunjungan masa nifas (Postpartum) terbagi menjadi 4 kunjungan,
yaitu :
4
a. Kunjungan I: Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan yang bertujuan:
1) Mencegah perdarahan masa nifas (postpartum) karna atonia uteri
2) Pemantau keadaan umum ibu
3) Melakukan hubungan antara bayi dan ibu (Bonding Attatchment)
4) ASI eksklusif
b. Kunjungan II : Asuhan 6 jam setelah melahirkan, yang bertujuan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda
perdarahan abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit
c. Kunjungan III : 2 Minggu setalah Postpartum, yang bertujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus dan tidak ada tanda-tanda perdarahan
abnormal
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
4) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
d. Kunjungan IV: 6 Minggu setelah postpartum
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia alami
2) Memberikan konsling untuk KB secara dini, Imunisasi, senam
nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan bayi.
(Ambarwati, 2009)
5. Adaptasi Fisiologis Pada Masa Nifas
5
a. Sistem reproduksi
Sistem reproduksi, yang meliputi rahim, leher rahim, vagina, dan
perineum, mengalami perubahan dramatis selama 6 minggu setelah
pengalaman melahirkan. Perempuan beresiko perdarahan dan infeksi.
Penilaian keperawatan dan intervensi yang ditujukan untuk
mengurangi risiko ini.
Involusi adalah proses dimana organ reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil mereka. Seorang wanita berada dalam bahaya
perdarahan dari permukaan gundul rahim sampai putaran di-
selesai (Poggi, 2007).
1) Uterus
Setelah melahirkan plasenta, rahim mulai proses involusi, dimana
rahim kembali ke ukuran sebelum hamil, bentuk, dan lokasi; dan
plasenta menyembuhkan .Ini terjadi melalui kontraksi rahim dan
atrofi otot rahim. Wanita primipara biasanya tidak mengalami
ketidaknyamanan yang terkait dengan kontraksi uterus selama
periode postpartum.
Wanita multipara atau wanita yang sedang menyusui mungkin
mengalami "afterpains" selama beberapa hari pascamelahirkan
pertama. Setelah Pains moderat untuk nyeri kram seperti yang
parah yang berhubungan dengan rahim bekerja lebih keras untuk
tetap dikontrak dan / atau peningkatan oksitosin yang dilepaskan
dalam menanggapi menyusui bayi. Rahim harus dalam kondisi
kontraksi selama periode pascamelahirkan untuk mengurangi risiko
pascamelahirkan hemorrhage.The dikontrak otot rahim menekan
pembuluh terbuka di lokasi plasenta dan mengurangi jumlah
kehilangan darah.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Istilah involusi
6
digunakan untuk menetapkan terjadinya pengambilan ukuran dan
kondisi keadaan semula sebelum hamil. Bekas luka plasenta akan
kembali sembuh dalam 6 minggu . Bila terjadi perlambatan akan
disebut sub-involusi yang akan menimbulkan gejala/tanda :
a) Lochea menetap/ merah segar
b) Penurunan fundes uteri lambat
c) Tonus uterus lembek
d) Tidak ada perasaan mulas
Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gr
Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari bawah
pusat dengan berat uterus 750 gr.
Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba pertengan
pusat simpisis dengan berat uterus 500 gr
Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas
simpisis dengan berat uterus 350 gr
Enam minggu postpartum fundus uteri bertambah kecil dengan
berat uterus 50g
2) Loch e a
Pemisahan plasenta dan membran terjadi pada lapisan spons atau
bagian terluar dari desidua basalis rahim. Pada hari kedua setelah
kelahiran, lapisan desidua yang tersisa di bawah plasenta (area
lebar 7 cm) dan seluruh rahim berdiferensiasi menjadi dua lapisan
yang berbeda. Lapisan dalam melekat pada dinding otot rahim
tetap, melayani sebagai dasar dari mana lapisan baru endometrium
akan terbentuk. Lapisan berdekatan dengan rongga rahim menjadi
nekrotik dan membuang sebagai debit rahim mirip dengan aliran
menstruasi. Aliran rahim ini, yang terdiri dari darah, fragmen
desidua, sel darah putih, lendir, dan beberapa bakteri, dikenal
sebagai lokia.
7
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas.
Macam – macam Lochea :
a) Lochia rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan sisa – sisa
selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo,
dam mekonium, selama 2 hari post partum.
b) Lochia Sanguinolenta : berwarna kuning berisi darah dan lendir,
hari 3 – 7 post partum.
c) Lochia serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7 – 14 post partum
d) Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
e) Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk
f) Lochiastasis : lochia tidak lancar keluarnya.
3) Serviks
Segera setelah lahir, serviks uteri yang lembut dan lunak.
Baik os internal dan eksternal terbuka. Seperti kontraksi uterus,
kontraksi rahim menuju negara nant prepreg- yang dimulai
sekaligus. Pada akhir 7 hari, os eksternal telah menyempit dengan
ukuran pembukaan pensil; serviks terasa fi rm dan non gravid lagi.
Berbeda dengan proses involusi uterus, di mana perubahan
terutama terdiri dari sel-sel lama dikembalikan ke semula posisi
mereka dengan kontraksi, proses di leher rahim melibatkan
pembentukan sel-sel otot baru. Seperti fundus, leher rahim tidak
kembali ke keadaan sebelum hamil persis nya. Os internal yang
menutup seperti sebelumnya, tapi setelah kelahiran vagina os
eksternal biasanya tetap sedikit terbuka dan muncul celah seperti
atau stellata (berbentuk bintang), padahal sebelumnya itu bulat.
Menemukan pola ini pada pemeriksaan panggul menunjukkan
bahwa melahirkan telah terjadi.
8
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup
4) Vulva dan Vagina
Setelah kelahiran vagina, vagina lembut, dengan sedikit
ruge, dan diameternya jauh lebih besar dari biasanya. Selaput dara
secara permanen robek dan menyembuhkan dengan kecil, tag
terpisah sue tis-. Dibutuhkan seluruh periode postpartal untuk
vagina untuk di- volute (oleh kontraksi, seperti rahim) hingga
secara bertahap kembali ke keadaan sebelum hamil perkiraan nya.
Penebalan dinding juga tampaknya tergantung pada estrogen lation
baru stimu- dari ovarium. Karena seorang wanita yang ing
breastfeed- mungkin tertunda ovulasi, ia dapat terus memiliki sel
vagina berdinding tipis atau rapuh yang menyebabkan perdarahan
vagina sedikit selama hubungan seksual sampai waktu sekitar 6
minggu. Seperti serviks, outlet vagina tetap sedikit lebih dis
cenderung daripada sebelumnya. Jika seorang wanita praktek
latihan Kegel, kekuatan dan nada vagina akan meningkat lebih
cepat (lihat Bab 12). Hal ini mungkin penting untuk kenikmatan
seksual dari kedua wanita dan pasangannya.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia manjadi lebih menonjol.
5) Perineum
9
Karena jumlah besar tekanan yang dialami selama
kelahiran, perineum terasa edema dan lembut segera setelah lahir.
Ecchymosis dari kapiler pecah mungkin muncul pada permukaan.
Labia majora dan labia minora biasanya tetap atrofi dan melunak
setelah lahir, tidak pernah kembali ke negara kehamilan pra
mereka.
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah
mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
6) Payudara
Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam
persiapan untuk menyusui. Sekitar hari postpartum ketiga semua
wanita, menyusui dan non-menyusui, mengalami beberapa derajat
pembengkakan payudara primer. Pembengkakan utama, yang
merupakan peningkatan sistem pembuluh darah dan limfatik dari
payudara, mendahului inisiasi produksi susu. Payudara wanita
menjadi lebih besar, tegas, hangat, dan lembut dan wanita mungkin
merasa nyeri berdenyut di payudara. Terutama pembengkakan
mereda dalam waktu 24 sampai 48 jam. Wanita yang menyusui
pengalaman pembengkakan payudara berikutnya terkait dengan
distensi kelenjar susu yang lega dengan memiliki bayi menyusu
atau memerah ASI. Komplikasi utama adalah mastitis, yang
merupakan infeksi payudara (lihat
Kolostrum, sebuah, cairan kekuningan yang jelas, mendahului
produksi susu. Hal ini lebih tinggi protein dan rendah karbohidrat
dibandingkan ASI. Ini berisi imunoglobulin G dan A yang
10
memberikan perlindungan bagi bayi yang baru lahir selama
minggu-minggu awal kehidupan.
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada
hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi
b. Sistem Perkemihan
Selama kehamilan, sebanyak 2.000-3.000 ml kelebihan cairan menumpuk di dalam tubuh. Sebuah diuresis luas mulai terjadi segera setelah lahir untuk membersihkan tubuh dari cairan ini. Ini dengan mudah meningkatkan output harian seorang wanita postpartum dari tingkat normal 1500 mL sebanyak 3000 mL / hari selama kedua fi hari kelima setelah lahir. Peningkatan yang ditandai ini produksi urin menyebabkan kandung kemih untuk fi ll cepat.
Selama kelahiran normal, kepala janin diberikannya banyak
tekanan pada kandung kemih dan uretra saat lewat di bawah kandung
kemih. Tekanan ini mungkin meninggalkan kandung kemih dengan
kerugian sementara nada yang, bersama-sama dengan edema
mengelilingi uretra, menurunkan kemampuan seorang wanita untuk
merasakan ketika dia harus membatalkan. Seorang wanita yang telah
mengalami anestesi epidural atau spinal dapat merasakan sensasi di
daerah kandung kemih sampai anestesi telah memudar. Untuk
mencegah kerusakan permanen pada kandung kemih dari overdistensi,
menilai perut wanita sering pada periode postpartal langsung. Pada
palpasi, kandung kemih penuh dirasakan sebagai daerah rm keras atau
fi tepat di atas simfisis pubis. Pada perkusi (menempatkan satu fi nger
fl di atas perut wanita atas kandung kemih dan menekannya dengan fi
nger tengah sisi lain), kandung kemih penuh suara resonansi, berbeda
dengan kusam, berdebar suara non cairan fi jaringan lled. Tekanan
pada daerah ini dapat membuat wanita merasa seolah-olah dia harus
11
membatalkan, tapi dia kemudian mampu melakukannya. Sebagai lls
kandung kemih fi, yang dipindahkan rahim; Oleh karena itu posisi
rahim adalah ukuran yang baik apakah kandung kemih penuh atau
kosong. Jika rahim menjadi uncontracted atau terasa lembut pada
palpasi dan didorong ke samping, penyebab umum adalah sebuah over
fi lled kandung kemih. The hidronefrosis atau peningkatan ukuran
ureter yang terjadi selama kehamilan tetap hadir selama sekitar 4
minggu setelah melahirkan. Peningkatan ukuran dari struktur ini,
bersama dengan sensitivitas kandung kemih berkurang, meningkatkan
kemungkinan stasis kemih dan infeksi saluran kemih pada periode
postpartal. Selama seluruh periode postpartal, urin cenderung
mengandung lebih banyak nitrogen dari biasanya. Hal ini mungkin
disebabkan sebagian aktivitas otot meningkat wanita selama persalinan
dan sebagian untuk pemecahan protein dalam porsi otot rahim yang
terjadi selama involusi. Tingkat laktosa dalam urin yang sedikit lebih
tinggi sama seperti selama kehamilan, karena tubuh mempersiapkan
untuk menyusui. Diaforesis (keringat berlebih) adalah cara lain dimana
tubuh rids diri dari kelebihan cairan. Hal ini terlihat pada wanita
setelah melahirkan.
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam peratam.kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam
waktu 12 – 36 jam sesidah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan,
kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter
yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
12
c. Sistem Gastrointestinal
Pencernaan dan penyerapan mulai aktif kembali segera setelah
lahir kecuali seorang wanita telah memiliki kelahiran caesar. Hampir
segera, wanita itu merasa lapar dan haus, dan dia bisa makan tanpa
kesulitan untuk mual atau muntah selama ini. Hemoroid (pembuluh
darah dubur buncit) yang telah didorong keluar dari rektum karena
upaya tahap panggul mendorong sering hadir. Bising usus aktif, tetapi
bagian dari tinja melalui usus mungkin lambat karena efek yang masih
ada dari relaxin pada usus. Usus evakuasi mungkin sulit karena rasa
sakit jahitan episiotomi atau hemoroid.
Sering kali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa
sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
d. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah
sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar
selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada
normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan
demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
e. Sistem Endokrin
1) Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post
partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
2) Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang
13
f. Sistem muskulosklebal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses involusi.
g. Sistem integument
Setelah lahir, stretch mark di perut (striae gravidarum) wanita masih
muncul memerah dan mungkin bahkan lebih menonjol daripada selama
kehamilan, ketika mereka meregang ketat. Biasanya, pada wanita
Kaukasia, ini akan memudar dengan putih pucat selama 3 sampai 6 bulan
ke depan; dalam wanita Afrika Amerika, mereka mungkin tetap sebagai
daerah pigmen sedikit lebih gelap. Pigmen yang berlebihan pada wajah
dan leher (chloasma) dan di perut (linea nigra) akan menjadi hampir tidak
terdeteksi dalam waktu 6 minggu. Jika diastasis recti (overstretching dan
pemisahan otot-otot perut) hadir, daerah akan terlihat sedikit menjorok.
Jika pemisahan besar, maka akan muncul sebagai daerah kebiruan di garis
tengah perut. Dimodifikasi sit-up membantu untuk memperkuat otot-otot
perut dan kembali dukungan perut ke level prepregnant nya. Kedua
dinding perut dan ligamen yang mendukung rahim, yang jelas
membentang selama kehamilan, biasanya membutuhkan penuh 6 minggu
masa nifas untuk kembali ke mantan negara mereka.
1) Penurunan melanin umumnya setelam persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.
6. Adaptasi Psikologis Pada Masa Nifas
Periode masa nifas merupakan waktu untuk terjadi stres, terutama ibu.
Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi
menjadi orang tua.
Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
14
Riwayat pengalaman hamil dan melahirklan yang lalu.
Harapan / keinginan dan aspirasi ibu saat hamil dan melahirkan.
Periode ini diexpresikan oleh reva rubin yang terjadi 3 tahap yaitu :
a. Talking In period (fase ketergantungan)
Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
tergantung, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, kebutuhan tidur
meningkat, nafsu makan meningkat.
b. Taking Hold Period (fase ketergantungan dan ketidaktergantungan )
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya menerima tanggungjawab sepenuhnya terhadap
perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif sehingga
membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi
kritikan yang dialami ibu.
c. Letting Go Period (fase saling ketergantungan)
Fase ini di mulai pada minggu kelima sampai minggu keenam dan fase
ini keluarga telah menyesuaikan diri dengan bayi . Ibu merawar
bayinya dengan kegiatan sehari-hari yang telah. ( Bobak, 2001).
Dialami setelah tiba dirumah secara penuh merupakan pengaturan
bersama keluarga, ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan ibu
menyadari atau merasa kebutuhan bayi yang sangat tergantung dari
kesehatan sebagai ibu.
7. Perawatan Pasca Persalinan
1) Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring
kekanan dan kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-
jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi
15
diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas dan sembuhnya luka-luka.
2) Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandong protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan
buah-buahan.
3) Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan
oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi m.sphincer ani selama
persalinan. Bila kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing,
sebaiknya dilakukan kateterisasi.
4) Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat
diberikan obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa
dilakukan klisma.
5) Perawatan payudara (mamma)
Perawatan mamma telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara :
1) Pembalutan mamma sampai tertekan.
2) Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan parlodel
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik
untuk kesehatan bayinya.
1) Laktasi
16
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari
kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada
kelenjar mamma yaitu :
a) Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan
jaringan lemak bertambah.
b) Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus
disebut colostrums , berwarna kuning putih susu.
c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d) Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron
hilang. Maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau
prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu,
pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak
sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
B. KONSEP LAKTASI (MENYUSUI)
Laktasi merupakan bagian integral dari daur reproduksi manusia. Laktasi
di bawah kontrol hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin. Hal ini dipengaruhi
oleh proses pengisapan bayi dan emosi ibu (Bobak, 2000).
Prolaktin merangsang sel-sel epitel alveoli untuk membuat ASI yang
dikenal dengan refleks prolaktin, sedangkan oksitosin menyebabkan kontraksi
mioepitel yang melapisi alveoli sehingga ASI bisa mengalir ke duktus, ini dikenal
dengan refleks oksitosin atau let down reflex.
Laktasi berlangsung di bawah kontrol sejumlah glandula endokrin
terutama hormon pituitari, prolaktin dan oksitosin. Peningkatan dan pemeliharaan
laktasi pada manusia dibedakan paling tidak dengan tiga faktor :
1. Struktur anatomi dari glandula mammae dan perkembangan alveoli,
duktus dan nipple (puting susu).
2. Permulaan dan pemeliharaan ekskresi air susu.
3. Pancaran pengeluaran air susu atau dorongan air susu dari alveoli ke
puting susu.
17
Sintesis ASI di dalam alveoli merupakan proses yang kompleks yang akan
melibatkan empat mekanisme sekresi yaitu eksositosis, sintesis dan transfer
lemak, sekresi ion dan air, serta transfer immunoglobin dan jaringan ekstra
seluler. Setelah lahir, inhibisi atau hambatan sintesis ASI oleh plasenta menjadi
hilang dan kadar progesteron dalam darah ibu akan menurun dengan cepat setelah
bayi lahir. Antara 30 – 40 jam terjadi perubahan komposisi ASI dengan cepat,
antara lain dengan adanya peningkatan sintesis laktosa sehingga menyebabkan
volume ASI juga terus meningkat karena laktosa adalah komponen osmotik ASI
yang paling aktif (Bobak, 2000; Akre, 1994)
1. Proses Laktasi dan Menyusui
Anatomi dan Fisiologi Payudara
Payudara terdiri dari beberapa bagian, yaitu diantaranya :
a) Pabrik ASI (alveoli)
1) Berbentuk seperti buah anggur
2) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI apabila di
rangsang oleh hormone prolaktin.
b) Saluran ASI (duktus lactiferous)
Saluran ini berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang.
c) Gudang ASI (sinus lactiferous)
Gudang ASI merupakan tempat penyimpanan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara (alveoli)
d) Otot polos (myoepithel)
1) Otot yang mengelilingai pabrik ASI
2) Jika di rangsang oleh hormone oksitosin maka otot yang melingkari
pabrik ASI akan mengerut dan menyemprotkan ASI di dalamnya.
3) Selanjutnya, ASI akan mengalir ke saluran payudara dan berakhir di
gudang ASI
Cara Merawat Payudara
Cara-cara perawatan payudara yaitu :
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama bagian putting susu.
18
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara
c) Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang nkeluar di
sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari putting susu yang btidak lecet
d) Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan menggunakan sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat minum paracetamol 1 tablet setiap
4-6 jam
f) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI maka ibu dapat
melakukan :
1) pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat
selama 5 menit
2) urut payudara dari arah pangkal ke putting atau gunakan sisir untuk
mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarka ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting
susus menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila bayi tidak dapat emengisap
seluruh ASI, sisanya keluarkandengan tangan
5) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi
ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI(oksitosin).
a. Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19
minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan
adalah hormon esterogen dan progesterone yang membantu maturasi
alveoli. Sedangkan hormone prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormone prolaktin dari plasenta meningkat
tetapi ASI belum keluar karena pengaruh hormone estrogen yang masih
tinggi. Kadar estrogen dan progesterone akan menurun pada saat hari
19
kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada
proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin
dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk
membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan
aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih
tinggi. Pasca persalinan. yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya
fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang.
Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla
spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran factor penghambat
sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran factor pemacu
sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli
yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak
akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran
air susu,tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi
normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin
akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis,
anastesi, operasi dan rangsangan puting susu.
Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,
rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior
20
(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran
darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari
alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui
duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui
bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress,
seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi:
1) Refleks menangkap (rooting refleks)
2) Refleks menghisap
3) Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh
ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi
akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh
puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke
dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah
areola. tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan
menelannya.
21
b. Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan
menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria
posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel
miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam
pembuluh ampula. Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi,
juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka
secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
3. Manfaat Pemberian ASI
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk air jeruk , madu air gula)yang dimulai sejak bayi baru
lahir sampai dengan usia 6 bulan tanpa makanan pendamping, jika tetap
diberikan makanan pendamping hal ini akan membuat pengurangan pada
kapasitas lambung bayi dalam menampung cairan ASI.
ASI juga bisa diberikan pada bayi tidak secara langsung, tapi juga bisa
ditampung dan ditunda waktu pemberiannya. Namun hal ini dilakukan jika
terjadi hal yang mendesak seperti ibu bekerja.
ASI sangatlah banyak manfaatnya, baik bagi ibu maupun bayi. Manfaat ASI
bagi :
1) Bagi bayi
Manfaat ASI bagi bayi yaitu :
1) ASI yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan
2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan
3) ASI (Kolostrum) mengandung zat pelindung (antibodi)
4) Memperkuat ikatan bathin antara ibu dan bayi
5) ASI mudah dicerna oleh bayi
2) Bagi ibu
1) Untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Seperti membuat
rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan
2) Ibu lebih cepat pulih atau menurunkan berat badan
22
3) Bagi ibu yang menstruasinya belum muncul kembali akan kecil
kemungkinannya untuk menjadi hamil
4) Cara yang baik untuk mencurahkan kasih sayang pada sang buah
hati dan merasa dibutuhkan .
5) Menunda kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3) Bagi semua orang
1) ASI selalu bersih dan bebas ham sehingga dapat terhindar dari
infeksi
2) Pemberiannya tidak memerlukan persiapan khusus
3) ASI selalu tersedia dan gratis
4) Mengurangi kemungkinan ibu untuk hamil dalam 6 bulan pertama
setelah melahirkan
4. Prinsip Menyusui yang Benar dan Inisiasi
a. Posisi ibu dan bayi yang benar
1) Berbaring miring
Cara ini merupakan cara yang baik untuk pemberian ASI pertama
kali, terutama pada iiibu yang melahirkan dengan operasi. Namun
ibu harus didampingi oleh orang lain, karena bisa saja jalan nafas
bayi tertutup oleh payudara ibu.
2) Duduk
Dalam posisi menyusui duduk ibu bisa memilih berberapa posisi
tangan yayng nyaman bagi ibu. Diantaranya :
Posisi tangan memegang bola
Posisi tangan memegang doble bola
Posisi madona
Posisi tangan transisi
Posisi crisscross hold
b. Proses pendekatan bayi dengan ibu
23
Ibu yang melakukan cara menyusui duduk hendaknya
mendapatkan sandaran agar ibu nyaman, sehingga membantu
pembentukan payudara ibu dan ibu punya ruang untuk menggerakan
bayi dengan luasa.
Sasarnanya yaitu untuk memposissikan bibir bawah bayi
melekat ke putting susu ibu, sehingga bayi dapat mengulun sebagian
besar putting susu ibu .
Langkah-langkah dalam pelekatan / menyusui yang benar
adalah sebagai berikut :
Keluarkan ASI sedikit untuk membersihkan putting susu sebelum
menyusui
Pegang payudara dengan c.hold di belakang areola.
Hidung bayi dan putting susu ibu berhadapan
Sentuh pipi atau hidung bayi merangsang rooting reflek
Tunggu sampai mulut terbuka lebar dan lidah menjulur
Dekatkan bayi ke ibu dan arahkan putting susu ke atas menyusuri
langit-langit mulut bayi
Putting susu, areola dan sebagian besar gudang ASI tertangkap oleh
mulut bayi
Posisi mulut dengan pelekatan yang benar
Jika bayi dirasa sudah cukup kenyang, maka hentikan proses
menyusui dengan memasukan kelingking ke dalam mulut bayi
menyusuri langit-langit mulut bayi
Kadang bayi akan tertidur sendiri sebelum proses menyusui diakhiri
(berarti bayi merasa puas)
Tanda-tanda pelekatan yang benar :
Tampak areola masuk sebanyak mungkin, areola bagian atas lebih
banyak terlihat
Mulut terbuka lebar
Bibir atas dan bawah terputar keluar
Dagu bayi menempel pada payudara
24
Gudang ASI termasuk dalam jaringan yang masuk
Jaringan payudara merenggang sehingga membentuk “dot” yang
panjang
Putting susu sekitar 1/3 – ¼ bagian “dot” saja.
Bayi menyusu pada payudara , bukan putting susu
Lidah bayi terjulur melewati gusi bawah (di bawah gudang ASI)
Tanda-tanda pelekatan yang salah, antara lain :
Tampak sebagian besar kalang payudara areola berada di luar
Hanya putting susu atau sedikit areola yang masuk mulut bayi
Seluruh atau sebagian besar gudang ASI berada di luar mulut bayi.
Lidah tidak melewati gusi
Hanya putting susu yang menjadi “dot”
Bayi menyusu pada putting
Bibir bayi monyong
Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI
oleh lidah.
Inisiasi dini
Langkah inisiasi dini yaitu dengan cara bayi ditempatkan pada perut
iibunya dengan posisi tertelungkup. Lalu ditutup degan selimut, kemudian birakan
bayi merangkat untuk mencari putting susu ibu lalu menyusu.
5. Nutrisi ibu dan bayi selama menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan nutrisi
selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah nutrisi
penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan
800 Kkal, kebutuhan kalori ini lebih tinggi bila dibanding saat kehamilan.
Kandungan kalori ASI rata-rata yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70 kal/100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan
25
pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu
normal.
Kebutuhan nutrient ibu menyusui meliputi;
a. Protein
Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika
menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
b. Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.
Dianjurkan ibu menyusui minum 2 – 3 liter perhari, dalam bentuk air
putih, susu dan jus buah.
c. Vitamin dan Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi dari pada
selama hamil
Kompenen nutrient dalam ASI antara lain; protein, laktosa dan
lemak. Kadar protein ASI sebesar 0,9%, sebesar 60 % diantaranya berupa
whey yang lebih mudah dicerna dari pada kasein (protein utama susu
sapi). Lemak di dalam ASI merupakan campuran dari fosfolipid,
kolesterol, vitamin A dan karotinoid. Dalam ASI juga terdapat Asam
Amino (sistin dan taurin) yang tidak terdapat dalam susu sapi. Sistin
digunakan untuk pertumbuhan somatik dan taurin untuk pertumbuhan
otak.
Selain itu ASI juga mengandung zat immunitas, seperti sel T dan
immunoglobulin, yang merupakan pertahan tubuh spesifik. Juga
mengandung sel fagosit, komplemen C2 dan C4, lisosom,
laktoperoksidase, laktoferin, transferin, yang merupakan pertahan tubuh
non spesifik. Dengan mengikat besi, laktoferin telah berperan menghambat
pertumbuhan bacteri staphylococcus dan E. Coli yang memerlukan zat
besi untuk pertumbuhannya. Laktoferin juga menghambat pertumbuhan
jamur candida.
26
Selain itu, Lactobacillus bifidus di dalam ASI berfungsi mengubah
laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan
saluaran pencernaan menjadi asam sehingga menghambat pertumbuhan
microorganisme, seperti E. Coli, shigella dan jamur.
Kebutuhan Nutrisi Selama Menyusui
1) Kalori
Salah satu faktor yang paling penting dalam diet wanita menyusui
adalah kalori. Pemasukkan kalori yang tidak cukup bisa mengurangi
volume air susu.Bagaimanapun juga kualitas sisa susu secara umum
tidak terganggu. Ibu menyusui harus menambah pemasukan kalorinya
mencapai 200 kkal melabihi kebutuhan kehamilan (itulah 500 kkal
bertambah dari kebutuhan kehamilan). Hasil ini jika ditotal menjadi
sekitar 2500 sampai 2700 kkal/hari untuk kebanyakan wanita.
Berdasarkan pada pilihan diet, ibu menyusui bisa menggunakan
panduan piramid makanan umum atau piramid makanan vegetarian
untuk memperkirakan masukan selama diet. Dia perlu bekerja keras
untuk memasukkan variasi makanan-makanan dari beberapa kelompok
makanan. Pemasukkan kalorinya harus cukup memenuhi energi untuk
menopang masa menyusui masa menyusut setalah berat badan harus
tidak lebih dari 16 minggu untuk ibu menyusui
2) Protein
Pemasukan protein cukup penting selesai menyusui, karena protein
adalah komponen yang penting dari susu ibu. Pemasukkan 65 gr/hr
selama 6 bulan menyusui dan 62 gr/hr direkomendasikan selama 6
bulan kedua. Seperti dimasa kehamilan, itu sangat penting bahwa
cukup mengkonsumsi protein non kalori untuk mencegah protein
sebagai sumber energi.
3) Kalsium
Kalsium juga nutrisi penting dalam produksi susu, dan diharapkan
meningkatkan keperluan diluar kehamilan. Keperluan selama
menyusui sama dengan kebutuhan selama kehamilan : 1200 mg/hr.
27
Pemasukkan kalsium yang cukup dari sumber makanan mengharuskan
penggunaan kalsium yang melengkapi.
4) Zat besi
Zat besi dibutuhkan masa menyusui tindakan pada hakekatnya
berbeda dari wanita yang tidak hamil, karena zat besi bukan sesuatu
yang penting dalam komponen susu ibu bagaimanapun juga
sebagaimana disebutkan sebelumnya pemberian suplemen yang terus
menerus untuk mengisi kehilangan simpanan maternal yang
dikarenakan kehamilan.
5) Cairan-cairan
Cairan yang sangat penting selama menyusui karena
ketidakcukupan pemasukan cairan bisa mengurangi volume susu.
Direkomendasikan pemasukan air sekitar 8-10 gelas tiap hari bisa kita
temui dengan mengkonsumsi air, jus, susu dan sup.
Dalam pendidikan gizi pada waktu menyusui hendaknya
ditekankan pada ibu mengenai hal-hal seperti berikut :
a) Bahwa wanita menyusui memerlukan jauh lebih banyak
zat-zat gizi untuk diri sendiri dan untuk keperluan bayi.
b) Bahwa dalam penyusunan hidangan terutama yang
diperhatikan adalah bukanbanyaknya, tetapi mutu dari
makanan yang cukup mengandung protein, vitamin, dan zat
besi.
c) Bahwa sesungguhnya tidaklah benar makanan yang
bermutu tinggi selalu mahal harganya.
d) Mempelajari cara memasak bahan-bahan dan banyaknya
makanan yang dihidangkan.
e) Pada waktu pendidikan gizi hendaknya sebanyak mungkin
bersifat demontrasi.
f) Tidak berguna dan tidak bijaksana untuk menganjurkan
seseorang memakan sesuatu dimana keluarga tidak
mungkin memperoleh karena tidak mampu atau karena
tidak ada bahannya di daerah itu.
28
6. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila
pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat,
integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang
terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya.
7. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui
Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi
air susu dan jumlah nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan
memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal yang digunakan untuk
memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.
Perilaku mencari kesehatan yang berhubungan dengan perawatan bayi baru lahir •
Risiko untuk orangtua gangguan yang berkaitan dengan kekecewaan dalam jenis
kelamin anak • Takut berhubungan dengan kurangnya persiapan untuk perawatan
anak • Risiko defisiensi fl Volume cairan berhubungan dengan perdarahan
postpartum
Risiko infeksi (rahim) yang berkaitan dengan lokia dan permukaan uterus gundul
Pola tidur yang terganggu terkait dengan kelelahan dari dan kegembiraan
melahirkan
Risiko untuk mandi / kebersihan diri perawatan defisit terkait dengan kelelahan
dari persalinan
Gizi seimbang, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan postpartum
Risiko gangguan eliminasi urin atau sembelit terkait dengan hilangnya kandung
kemih dan usus sensasi setelah melahirkan
Risiko tidak efektif perifer menuntut tis- perfusi berhubungan dengan imobilitas
dan tingkat estrogen meningkat
29
Nyeri berhubungan dengan pembengkakan payudara primer
Perilaku kesehatan mencari yang berkaitan dengan kesehatan payudara di masa
mendatang
Perilaku kesehatan yang berhubungan dengan mencari keinginan klien untuk
kembali ke berat badan sebelum hamil dan penampilan
: Risiko pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan perubahan fisiologis
masa postpartum
Risiko gangguan parenting berhubungan dengan perilaku ikatan yang tidak
memadai setelah melahirkan
Ansietas b.d perubahan dalam fungsi peran, belum berpengalaman
Gangguan citra tubuh b.d kurang informasi yang akurat tentang penyesuaian
tubuh setelah melahirkan, perubahan penampilan tubuh ( striae )
Keefetifan pemberian ASI b.d dasar pengetahuan menyusui, struktur payudara
yang normal, struktul mulut bayi yang normal, usia gestasi lebih dari 34 minggu,
sumber dukungan, dan kepercayaan diri ibu
Ketidakefektifan pemberian ASI b.d diskontinuitas pemberian ASI , belum
berpengalaman, pengaruh budaya, pembengkakan payudara, faktor bayi
(misalnya, ketidakmampuan untuk menempel pada atau mengisap payudara )
Konstipasi b.d ketakutan terhadap nyeri, penurunan peristaltik setelah melahirkan,
penurunan aktivitas, penurunan asupan cairan, efek analgesik, penurunan tonus
otot perut.
Gangguan proses keluarga b.d transisi peran keluarga, perubahan struktur
keluarga, sistem pendukung tidak adekuat
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d defisiensi pengetahuan (misalnya
hygiene, kontasepsi, nutrisi,perawatan bayi, dan gejala komplikasi) , kurang
dukungan dari pasangan
Stress inkontinensia urine b.d trauma jaringan selama melahirkan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang pengetahuan
nutrisi dasar mengenai menyusui
Nyeri akut b.d episiotomi, putting susu luka, pembengkakan payudara, hemoroid,
otot luka, kontrasi uterus ( nyeri setelah melahirkan )
Risiko gangguan perlengkatan orang tua/bayi
30
Ketidakmampuan menjadi orang tua b.d harapan yang tidak realistis terhadap diri,
bayi dan pasangan ; anak yang tidak diinginkan; tidak ada model peran , belum
pengalaman
Ketidajefektifan pola seksualitas b.d nyeri, ketakutan nyeri, gangguan citra tubuh,
tuntunan bayi, dan kurang tidur
Insomnia tuntunan peran ( sering menyusui), nyeri, ansietas, dan kegembiraan
berlebih
Retensi urine b.d edema jaringan lokal, efek obat/anestesi, nyeri ,
ketidakmampuan untuk mengambil posisi berkemih normal sekunder akibat efek
anestesi epidural/analgesik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan langkah mengumpulkan semua data yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi kliensecara
keseluruhan. Tenaga kesehatan dapat melakukan pengkajian dengan efektif, maka
harus menggunakan format pengkajian yang terstandar agar pertanyaan yang
diajukan lebih terarah dan relevan.
Pengkajian data dibagi menjadi:
1. Data subjektif
a. Biodata Klien
Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku,
Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan,
Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian.
b. Keluhan Utama
Hal-hal yang dikeluhkan saat ini dan alasan meminta pertolongan.
c. Riwayat haid
Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar,
konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal
partus.
d. Riwayat Perkawinan
31
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa ? Apakah
perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui orang tua ?
e. Riwayat Obstetri
Riwayat Kehamilan
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG,
Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan
impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang
diperoleh
Riwayat Persalinan
1) Riwayat Persalinan Lalu
Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan
saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan
fisik, kondisi anak saat ini.
2) Riwayat Nifas pada Persalinan Lalu
Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama
nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal,
abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan
pemberian ASI, respon dan support keluarga.
3) Riwayat Persalinan Saat Ini
Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi
ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi
perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak,
panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta,
jumlah perdarahan.
4) Riwayat New Born
Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus,
kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah
membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB,
panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding
attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI
atau susu formula.
32
f. Riwayat KB dan Perencanaan Keluarga
Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis
kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan
datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang.
g. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang
h. Riwayat Psikososial-Kultural
Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan,
apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan
dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga
lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga
untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan,
ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga.
Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah
menangis.
Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir
obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan
yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi
rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia,
kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian,
kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit
berkonsentrasi.
Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan
budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri
bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-
cita.
i. Riwayat kesehatan Keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah
diderita oleh keluarga.
33
j. Profil Keluarga
Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type
rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan
keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.
k. Kebiasaan Sehari-Hari
Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah,
frekuensi,
Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau
remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),
hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau
retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan
saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena
luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet
Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,
tatarias rambut dan wajah.
Aktifitas : Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
Seksual
Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi
freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang
seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan
seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse
34
pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan
lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara
memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang
dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu,
berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat
hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan.
Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat
menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor
pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu,
gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.
Konsep Diri
Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui,
persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama
kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau
karena bentuk tubuh yang pendek.
Peran
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan
perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel.
Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan
karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan,
kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal
hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi
(perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti
baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi
hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek).
Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan
perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan
infeksi dan jadwal imunisasi
2. Data objektif
35
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA NOC NIC)
1. Nyeri akut b.d agen cedera
2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan
3. Konstipasi b.d penurunan tonus otot abdomen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO NANDA NOC NIC1. Nyeri Akut b.d
agen cedera 1. Kontrol nyeriKlien diharapkan
1. Manajemen NyeriAktivitas :
36
mampu: o Mengenali factor
penyebabo Mengenali onset
atau lamanya sakito Menggunakan
metode pencegahano Menggunakan
metode nonanalgetik
o Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
o Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
o Mengenali gejala nyeri
2. Tingkatan nyeriKlien diharapkan mampu:o Melaporkan nyeri
tidak adao Tidak ada frekuensi
nyerio Tidak ada ekspresi
lisan saat nyerio Tidak ada ekspresi
wajaho Kegelisahan tidak
adao RR normalo Nadi normalo Tekanan darah
normal
3.Tingkat KenymananKlien diharapkan mampu:o Nyeri berkurango Kecemasan
berkurango Stress berkurango Perkembangan
psikologi yang baiko Perkembangan fisik
- Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran.
- Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif
- Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan jahitan.
- Berikan kompres es pada perineum, khusunya selama 24 jam setelah proses kelahiran
- Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri
- Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon nyeri
- Anjurkan relaksasi dengan napas dalam
2. Pemberian AnalgesikAktivitas : - Tentukan lokasi ,
karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien
- Periksa order/pesanan medis untuk obat, dosis, dan frekuensi yang ditentukan analgesic
- Beri analgesik 30 – 60 menit sebelum menyusui dan perineum bila dibutuhkan.
- Evaluasi kemampuan
37
o Ekspresi kepuasaan dengan control nyeri
pasien dalam pemilihan obat penghilang sakit, rute, dan dosis, serta melibatkan pasien dalam pemilihan tersebut
- Berikan perawatan yang dibutuhkan dan aktifitas lain yang memberikan efek relaksasi sebagai respon dari analgesic
- Cek pemberian analgesik selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan
- Kolaborasikan dengan dokter jika terjadi perubahan obat, dosis, rute pemberian, atau interval, serta membuat rekomendasi spesifik berdasar pada prinsip equianalgesic
- Ajari tentang penggunaan analgesik, strategi ke menurunkan efek samping, dan harapan untuk keterlibatan dalam membuat keputusan dalam manajemen nyeri.
- Dokumentasikan respon pasien tentang analgesik, catat efek yang merugikan.
- Evaluasi dan dokumentasikan tingkat pemberian obat penenang pada pasien yang menerima opioids
3. Pemberian obat penenangAktivitas : - Kaji riwayat kesehatan
pasien dan riwayat pemakaian obat penenang
- Tanyakan kepada pasien atau keluarga tentang pengalaman pemberian
38
obat penenang sebelumnya.
- Lihat kemungkinan alergi obat
- Tinjau apakah pasien telah mentaati pembatasan berkenaan dg aturan makan, seperti yang ditentukan
- Tinjau ulang tentang contraindikasi pemberian obat penenang
- Beritahu keluarga dan/atau pasien tentang efek pemberian obat penenang
- Evaluasi tingkatan kesadaran pasien dan
- refleks normal sebelum pemberian obat penenang
- Ketahui perjalanan obat melalui IV
- Berikan pengobatan sesuai order dokter, sesuaikan dengan respon pasien
- Monitor tingkatan kesadaran pasien
- Monitor pasien terhadap efek negatif obat, mencakup peradangan, tekanan berhubungan dengan pernapasan, somnolen yang tak pantas, hipoxemia, arrithmia, apnea.
2. Resiko infeksi b.d trauma jaringan
1. Integritas diameter jalan masukKlien diharapkan mampu untuk menormalkan :o Suhu tubuho Tidak ada
hematomao Tidak adanya
tempat pendarahan
2. Pengetahuan : kontrol infeksiKlien / keluarga
1. Perawatan perinealIntervensi yang dilakukan: - Bantu kebersihan. - Menjaga perineum tetap
kering.- Memberikan alas
duduk/bantal pada kursi seperti bantal yang berbentuk lingkaran, dengan tepat Memeriksa kondisi torehan atau sobekan (ex : episiotomy).
- Gunakan kompres dingin dengan baik.
39
diharapkan mampu :o Mendeskripsikan
mode transmisio Mendeskripsikan
factor-faktor yang menyertai transmis
o Mendeskripsikan praktek pengurangan transmisi
o Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala
o Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas meningkatkan daya tahan terhadap infeksi
Klien diharapkan mampu menormalkan :o Intake nutrisi cukupo Intake makanan
cukupo Intake cairan cukupo Hematokrit Hidrasio Hemoglobino Albumin darah
- Gunakan heat cradle/heat lamp dengan tepat.
- Melatih pemikiran pasien dan mengguanakan sitz baths.
- Berikan sitz bath. - Bersihkan perineum
sepenuhnya pada interval tetap.
- Memelihara kenyamanan posisi klien.
- Gunakan bantalan empuk yang menyerap untuk menyerap aliran secara tepat.
- Catat karakteristik pengaliran dengan tepat.
- Memberi dukungan scrotal, dengan baik.
- Memberikan pengobatan nyeri dengan tepat.
2. Pengawasan Intervensi yang dilakukan: - Memutuskan resiko
penyakit pasien dengan tepat.
- Mendapatkan informasi yang jelas tentang kebiasaan.
- Memilih index pasien dengan tepat untuk mengontrol, berdasarkan kondisi pasien.
- Membuat frekuensi kumpulan data interpretasi, sebagai indikasi keadaan pasien.
3. Konstipasi b.d penurunan tonus otot abdomen
1.Hidrasi :Klien diharapkan mampu untuk menormalkan : o Turgor kulito Intake cairano Pengeluaran urin
2. Eliminasi Usus : Klien diharapkan
Manajemen Konstipasi : Intervensi yang dilakukan: - Anjurkan meningkatkan
pemasukan cairan, kecuali bila dikontraindikasikan
- Instruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna, frrekuensi, dan konsistensi dari BAB
40
mampu menormalkan : o Warna berak o Bising usus o Kekuatan sphincter
Tonus otot untuk mengosongkan feses
o Pencernaan serat yag adekuat
- monitor kerja dari usus (BAB) ,meliputi frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna
- Konsultasikan dengan dokter mengenai peningkatan atau penurunan bunyi usus
- Jelaskan etiologi dari masalah dan rasional tindakan kepada pasien Manajemen Usus :
- Lapor kurangnya bising usus
- Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi,
- Instruksikan pasien untuk makan makanan yang tinggi serat
- Mengikuti program latihan usus
41
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandung seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Tahapan postpartum (masa nifas) terbagi manjadi 3 tahapan, yaitu
sebagai berikut :
1. Periode immediate postpartum
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Untuk pemberian asuhan keperawatan pada klien saat masa nifas,
sebelumnya kita harus mengkaji keadaan klien dulu. Riwayat kesehatan klien
sebelum dan saat hamil harus dikaji. Karena bisa saja pada saat nifas,
klienmengalami gangguan yang disebabkan karena gangguan pada masa hamil.
Setelah dilakukan pengkajian, baik itu dari identitas, riwayat kesehatan
sebelum, ketika hamil dan riwayat kesehatan serta melakukan pengkajian Gordon,
maka tahap selanjutnya adalah menentukan diagnosa. Pada klien dengan keadaan
nifas biasanya diagnosanya adalah :
B. SARAN
Melalui makalah ini diharapkan nantinya perawat dapat mengkaji klien
dan menangani pada masa nifas. Pada masa nifas ini, jika tidak diperhatikan setiap
42
tindakan infeksi akan mudah terjadi. Oleh karena itu diharapkan perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan indikasi keluhan klien
dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan keperawatan yang sesuai dengan
konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga kesalahan-kesalahan atau
kelalaian yang terjadi di lapangan dapat diminimalisir dan tim perawat pun
semakin diakui kelayakkannya sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari saifuddin,, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta
Bobak, dkk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta:EGC.
Bobak, Irene M. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Edisi 1 Jilid 2,
Bandung: IAPK Padjajaran.
FK Kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri Fisiologi. ELeman : Bandung.
Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier
Markono Print Media. Akre, J, 1994, Pemberian Makanan Untuk Bayi Dasar-
Dasar Fisiologis,. Perinasia, Jakarta.
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Buku Kedokteran
EGC : Jakarta.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi :
Yogyakarta
43