Laporan Kasus Taeniasis 1

15
LAPORAN KASUS TAENIASIS

description

www

Transcript of Laporan Kasus Taeniasis 1

Page 1: Laporan Kasus Taeniasis 1

LAPORAN KASUS TAENIASIS

DI SUSUN OLEH :

Dr. RAFIQAH JUNAID (KELAS V) NO URUT 35

Page 2: Laporan Kasus Taeniasis 1

LAPORAN KASUS

PENDAHULUAN

Neurosistiserkosis merupakan penyakit infeksi parasit pada sistim saraf yang

disebabkan oleh larva cacing pita Taenia Solium dan paling sering menyebabkan epilepsi di

negara-negara berkembang. Sebelum diperkenalkan tehnik diagnostik neuroimaging sebagian

kasus didiagnosa dengan adanya nodul subkutan, adanya kalsifikasi diotak atau jaringan pada

foto polos dan dengan pembedahan pada kasus-kasus hipertensi intrakranial.

Di Amerika Tengah dan Selatan, sebagian Afrika dan Timur Tengah

neurosistiserkosis menjadi penyebab utama epilepsi dan gangguan neurologis lain. Karena

adanya migrasi dari daerah endemik ini , sekarang neurosistiserkosis ada dinegara-negara

yang sebelumnya tidak dikenal.

Infestasi ke sistim saraf dengan larva cacing pita Taenia Solium terjadi dengan

memakan makanan yang terkontaminasi dengan telur cacing pita. Yang jarang terjadi

infestasi secara autoinfeksi lewat anal – oral atau kembalinya proglotid karena gerakan

peristaltik ke dalam Lambung.

Gejala–gejala neurosistiserkosis biasanya akibat dari respon inflamasi hostsetelah parasit

mati dan manifestasi klinik yang timbul bermacam-macam.

LAPORAN KASUS

Seorang pria (N) usia 52 tahun, suku Karo, agama kristen, supir, alamat Simalingkar Medan.

Datang dengan keluhan kejang yang dialami 3 jam sebelum masuk RS secara tiba-tiba saat os

baru pulang dari bekerja, kejang mula-mula seluruh tubuh menegang kaku selama 2 menit

kemudian diikuti kaki dan tangan yang menyentak-nyentak selama 3 menit setelah itu os

tidak sadarkan diri. Oleh keluarganya os kemudian dibawa ke RS Adam Malik. Pada saat tiba

di ruang gawat darurat kejang kembali tejadi diseluruh tubuh yang menyentak-nyentak.

Riwayat kejang sebelumnya tidak dijumpai dan riwayat kejang dalam keluarga tidak

dijumpai. Riwayat makan daging babi setengah matang (+).

Pada Pemeriksaan Fisik dijumpai

Page 3: Laporan Kasus Taeniasis 1

kesadaran apatis, tekanan darah 120/ 80 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu

370 C, kepala, mata, THT, jantung, paru-paru, Abdomen dalam batas normal. Nodul sukutan

tidak dijumpai.

Pemeriksaan Neurologis tanda perangsangan meningeal dan tanda peninggian tekanan intra

kranial tidak dijumpai. Nervus Kranialis dan motorik dalam batas normal. Sistim sensibilitas

dan refleks normal, fungsi luhur baik.

Pemeriksaan penunjang darah lengkap normal, feses tidak dijumpai kista dan telur cacing,

thorak foto dan EKG normal. Pada Lumbal punksi sel Mononukleus lebih banyak dari PMN.(

EEG) adanya perlambatan ringan difuse di parietal dan frontocentral. Head CT Scan dicurigai

suatu neurocysticercosis. Pasien diberi Albendazole 1x1000 mgr, inj Diazepam kemudian

diteruskan dengan Carbamazepin 3x200mg. Inj. Deksametason 2amp kemudian di tafering

off. Kesadaran pasien membaik, kejang terkontrol dan dipulangkan dengan anjuran berobat

jalan.

DISKUSI KASUS

Pada kasus ini seorang pria N (52 thn) dirawat inap dengan diagnosa neurosistiserkosis yaitu

infeksi sitem saraf pusat oleh bentuk larva atau sistiserkus dari cacing pita Taenia

solium.Berdasarkan anamnese, dan hasil pemeriksaan penunjang. Dari anamnese dijumpai

adanya riwayat makan danging babi setengah matang yang merupakan sumber infestasi

dengan taenia Solium.Infestasi juga dapat terjdi melaui autoinfeksi lewat anal-oral atau

kembalinya proglotid kedalam lambung karena gerakan peristaltik.

Adanya kebiasaan makan danging setengah matang atau mentah merupakan salah

satu faktor epidemiologi yang mempermudah penyebaran penyakit, faktor lain adalah adanya

penderita neurosistiserkosis, pembuangan tinja dan sampah yang tidak sempurna shingga

ternjadi kontaminasi tanah atau tumbuhan dengan taenia, adanya babi yang dipelihara pada

tempat terkontaminasi .

Pada pemeriksaan head CT scan dengan kontras dijumpai adanya kalsifikasi dan cystic

lesion. Yang paling baik untuk menunjukkan kista dengan pemeriksaan MRI sedangkan CT

lebih baik untuk melihat kalsifikasi pada lesi yang tidak aktif, tanda patognomonig untuk

infeksi neurositiserkosis adalah dijumpai adanya starry night effect.

Page 4: Laporan Kasus Taeniasis 1

Kemungkinan adanya suatu abses dapat disingkirkan dengan tidak ditemukan

adanya sumber infeksi dari telinga, mastoid, sinusitis, paru, jantung dan trauma kepala yang

bisamenyebabkan abses otak pada kasus ini.

Pada kasus ini tidak ada kriteria absolut yang terpenuhi, kriteria mayor yang terpenuhi 1

(satu) yaitu adanya lesi yang sangat dicurigai neurosistiserkosis dengan neuroimanging

adalah adanya lesi kistik yang multipel yang enhance dengan kontras dan adanya kalsifikasi

diparenkim. Kriteria minor yang terpenuhi yaitu manifestasi klinis sangat mungkin suatu

neurosistiserkosis, kriteria epidemiologi yang terpenuhi yaitu adanya kontak dengan infeksi

Taenia Solium sehingga kasus ini bisa ditegakkan suatu diagnose neurosistiserkosis. .

KESIMPULAN

1. Diagnosa neurosistiserkosis ditegakkan berdasarkan, anamnesis, pemeriksaan neurologis,

dan pemeriksaan CT scan dengan kontras.

2. Penderita ini diobati dengan tindakan konservatif dengan antihelmentik dan

antikonvulsan.

SARAN

1. Sebaiknya penderita dan keluarga penderita diberi penjelasan tentang penyakit dan

perjalanan penyakit yang dialami penderita agar dapat berobat dengan teratur.

2. Sebaiknya penderita dan keluarga diberitahu jangan memakan daging babi yang dimasak

setengah masak atau mentah.

3. Seharusnya dilakukan pemeriksaan serologis dan pemeriksaan head CT sken ulangan

untuk menegakkan diagnosa definitif neurosisteserkosis

.

TAENIASIS

1.Identifikasi penyakit

Page 5: Laporan Kasus Taeniasis 1

Taeniasis adalah suatu infeksi pada saluran pencernaan oleh cacing taenia dewasa

sistiserkosis merupakan penyakit/infeksi yang terjadi pada jaringan lunak yang

disebabkan oleh larva dari salah satu spesies cacing taenia yaitu spesies Taenia

solium. Gejala-gejala klinis dari penyakit ini jika muncul sangat bervariasi seperti,

gangguan syaraf, insomnia,anorexia, berat badan yang menurun, sakit perut dan

atau gangguan pada pencernaan.Terkecuali merasa terganggu dengan adanya

segmen cacing yang muncul dari anus.kebanyakan penyakit ini tidak menunjukkan

gejala. Taenasis biasanya tidak fatal, akan tetapi pada stadium larva cacing Taenia

solium mungkin menyebabkan sistiserkosis yangfatal.

Larva penyebab sistiserkosis pada manusia adalah larva dari cacing Taenia solium

pada babi, sistiserkosis ini dapat menimbulkan penyakit yang serius biasanya

menyerang SSP.Jika telur atau proglottids dari cacing yang berada dalam daging

babi termakan atau tertelan oleh manusia, maka telur tersebut akan menetas pada

usus halus dan selanjutnya larva tersebut akan migrasi ke jaringan tubuh yang lunak

seperti jaringan bawah kulit,otot, jaringan tubuh lain dan organ-organ vital dari

tubuh manusia yang kemudian membentuk sistisersi. Akibat buruk mungkin terjadi

jika larva cacing tersebut tersangkut pada jaringan mata, SSP atau jantung. Jika

pada sistiserkosis somatik ini muncul gejala antara lain gejala seperti epilepsi, sakit

kepala, tanda tanda kenaikan tekanan intracranial atau gangguan psikiatri yang

berat maka besar kemungkinan sistiserkosis ada pada SSP.Neurocysticercosis dapat

menyebabkan cacat yang serius akan tetapi CFR nya rendah.

Diagnosis penyakit dapat dibuat dengan menemukan dan mengidentifikasi

proglottids (segmen), telur atau antigen dari cacing dalam tinja atau dengan cara

apus dubur. Bentuk telur cacing Taenia solium dan cacing Taenia saginata sukar

dibedakan. Diagnosa spesifik dilakukan dengan cara membedakan bentuk scolex

(kepala) .

Tes serologis spesifik akan sangat membantu dalam mendiagnosa sistiserkosis.

Untuk mengetahui adanya sistisersi pada jaringan bawah kulit dengan visual atau

Page 6: Laporan Kasus Taeniasis 1

preparat diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis dari spesimen

yang diambil dari jaringan sistiserasi. Sistisersi yang terdapat di jaringan otak dan

jaringan lunak lain dapat didiagnosis dengan menggunakan CAT scan atau MRI,

atau dengan X-ray jika sistisersi tersebut mengalami kalsifikasi.

2. Penyebab penyakit

Penyebab penyakit adalah Taenia solium biasanya terdapat pada daging babi,

dimana cacing tersebut dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (oleh

cacing dewasa),dan bentuk larvanya dapat menyebabkan infeksi somatik (sistisersi).

Cacing Taenia saginata, pada daging sapi hanya menyebabkan infeksi pada

pencernaan manusia oleh cacing dewasa.

3. Distribusi penyakit

Penyakit ini terserbar di seluruh dunia, sering dijumpai di daerah dimana orang-

orang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi daging sapi atau babi mentah atau

yang dimasak tidak sempurna, dimana kondisi kebersihan lingkungannya jelek

sehingga babi, dan sapi makanannya tercemar dengan tinja manusia. Angka

kejadian paling tinggi dari penyakit ini adalah di negara-negara seperti Amerika

Latin, Afrika, Asia Tenggara, dan negaranegara di Eropa Timur, dan infeksi sering

dialami oleh para imigran yang berasal dari daerah tersebut. Penularan T. solium

jarang terjadi di Amerika, Kanada, dan jarang sekali terjadi di Inggris, dan di

negara-negara Skandinavia. Penularan oro fekal oleh karenakontak dengan imigran

yang terinfeksi oleh T. solium dilaporkan terjadi dengan frekuensi yang meningkat

di Amerika. Para imigran dari daerah endemis nampaknya tidak mudah untuk

menyebarkan penyakit ini ke negara-negara yang kondisi sanitasinya baik.

Page 7: Laporan Kasus Taeniasis 1

4 Reservoir

Manusia merupakan hospes definitif kedua spesies Taenia; sedangkan sapi

merupakan hospes perantara untuk spesies Taenia saginata dan babi merupakan

hospes perantara untuk spesies Taenia solium.

5. Cara-cara penularan

Telur T. saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yan terinfeksi hanya bisa

menular kepada sapi dan didalam otot sapi parasit akan berkembang menjadi

Cysticercus bovis,stadium larva dari T. saginata. Infeksi pada manusia terjadi

karena orang tersebut memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak

sempurna yang mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa

dan melekat dalam mukosa usus. Begitu juga infeksi T. solinum terjadi karena

memakan daging babai mentah atau yang dimasak kurang sempurna (“measly

pork”) yang mengandung cysticerci; cacing menjadi dewasa didalam

intestinum.Namun, cysticercosis dapat terjadi secara tidak langsung karena orang

tersebut menelan minuman yang terkontaminasi atau secara langsung dari tinja

orang yang terinfeksi langsung kemulut penderita sendiri (aoutoinfeksi) atau ke

mulut orang lain. Apabila telur T. solinum tertelan oleh manusia atau babi, maka

embrio akan keluar dari telur, kemudian menembus dinding usus menuju ke saluran

limfe dan pembuluh darah selanjutnya dibawa keberbagai jaringan dan kemudian

berkembang menjadi cysticercosis.

6.Masa inkubasi

Page 8: Laporan Kasus Taeniasis 1

Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu sampai

dengan 10tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur cacing akan tampak

pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia solium dewasa antara 8 – 12

minggu setelah orang yang bersangkutan terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur

akan terlihat pada tinja antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh

Taenia saginata dewasa.

7. Masa penularan

Taenia saginata tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang, akan tetapi

untuk Taenia solium dimungkinkan ditularkan secara langsung. Telur dari kedua

spesies cacing ini dapat menyebar ke lingkungan selama cacing tersebut masih ada

di dalam saluran pencernaan, kadang-kadang dapat berlangsung lebih dari 30 tahun;

telur cacing tersebut dapat hidup dan bertahan di lingkungan selama beberapa

bulan.

8. Kerentanan dan kekebalan

Umumnya setiap orang rentan atau berisiko terhadap infeksi penyakit ini. Setelah

infeksi tidak terbentuk kekebalan terhadap cacing ini, akan tetapi jarang di laporkan

ada orang yang mengandung lebih dari satu jenis cacing pita dalam tubuhnya.

9. Cara-cara pemberantasan

A. Cara pencegahan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan kesehatan untuk

mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi tinja terhadap tanah, air, makanan dan

pakan ternak dengan cara mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi; anjurkan

untuk memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.

Lakukan diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita. Lakukan kewaspadaan

enterik pada institusi dimana penghuninya diketahui ada menderita infeksi T. solium

Page 9: Laporan Kasus Taeniasis 1

untuk mencegah terjadinya cysticercosis. Telur Taenia solium sudah infektif segera

setelah keluar melalui tinja penderita dan dapat menyebabkan penyakit yang berat

pada manusia. Perlu dilakukan tindakan tepat untuk mencegah reinfeksi dan untuk

mencegah penularan kepada kontak.Daging sapi atau daging babi yang dibekukan

pada suhu di bawah minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh

cysticerci. Radiasi dengan kekuatan 1 kGy sangat efektif.Pengawasan terhadap

bangkai sapi atau bangkai babi hanya dapat mendeteksi sebagian dari bangkai yang

terinfeksi; untuk dapat mencegah penularan harus dilakukan tindakan secara tegas

untuk Membuang bangkai tersebut dengan cara yang aman, melakukan iradiasi atau

memproses daging tersebut untuk dijadikan produk yang masak. Jauhkan ternak babi

kontak dengan jamban dan kotoran manusia.

B. Pengawasan terhadap penderita, kontak dan lingkungan sekitarnya.

1) Laporan ke dinas Kesehatan setempat: Dilaporkan secara selektif, kelas 3C (lihat

tentang laporan penyakit menular).

2) Isolasi: Tidak dianjurkan. Kotoran orang yang terinfeksi Taenia solium yang tidak

diobati dengan baik dapat menular.

3) Disinfeksi serentak: Buanglah kotoran manusia pada jamban saniter; budayakan

perilaku hidup bersih dan sehat secara ketat seperti membiasakan cuci tangan

sebelum makan dan sesudah buang air besar khsususnya untuk mencegah infeksi

cacing Taenia solium.

4) Karantina: Tidak di lakukan

5) Immunisasi terhadap kontak: Tidak ada.

6) Lakukan investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi : Lakukan evaluasi

terhadap kontak yang menunjukkan gejala.

Page 10: Laporan Kasus Taeniasis 1

7) Pengobatan spesifik: Praziquantel (Biltricide®) efektif untuk pengobatan

T.saginata dan Taenia solium. Niclosamide saat ini sebagai obat pilihan kedua kurang

cukup tersedia secara luas dipasaran. Untukcysticercosis tindakan operasi (bedah)

dapat menghilangkan sebagian dari gejalapenyakit tersebut. Pasien dengan

cysticercosis SSP harus diobati dengan praziquantel atau dengan albendazole di

rumah sakit dengan pengawasan ketat;biasanya diberikan kortikosteroid untuk

mencegah oedem otak pada penderita cysticerci.

C. Penanggulangan wabah: Tidak ada