Tetanus

22
Pembimbing Dr. Ari Kurniasih Sp.A Oleh : Bulan Handestiany S.Ked

description

tetanus

Transcript of Tetanus

Page 1: Tetanus

PembimbingDr. Ari Kurniasih Sp.A

Oleh : Bulan Handestiany S.Ked

Page 2: Tetanus

Definisi Tetanus didefinisikan sebagai penyakit

infeksi akut disebabkan eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani ditandai dengan peningkatan kekakuan umum dan kejang kejang otot rangka.

Page 3: Tetanus

EPIDEMIOLOGI Tetanus terjadi secara luas di seluruh

dunia namun paling sering pada daerah dengan populasi padat, pada iklim hangat dan lembab.

Organisme penyebab ditemukan secara primer pada tanah dan saluran cerna hewan dan manusia. Transmisi secara primer terjadi melalui luka yang terkontaminasi.

Page 4: Tetanus

Secara epidemiologi, angka kematian tetanus sekitar 45%, dan 6 % diketahui mendapatkan 1 -2 dosis tetanus toksoid, dan 15% pada individu yang tidak divaksin. Angka kematian tertinggi diketahui pada penderita dengan usia >60 tahun (18%).

Page 5: Tetanus

ETIOLOGI Penayakit tetanus ini disebabkan karena

Clostridium tetani yang merupakan basil gram positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah yang gembur dan lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Mempunyai spora yang mudah bergerak dan spora ini merupkan bentuk vegetatif. Kuman ini bisa masuk melalui luka di kulit.

Page 6: Tetanus

Gambaran Mikroskopik Clostridium Tetani.

Kuman ini juga menghasilkan 2 macam eksotoksin Tetatanolisin Tetanospasmin

Page 7: Tetanus

PATOGENESISTerdapat 2 mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke susunan syaraf pusat

1.Toksin di absorpsi di neuro muscular junction, kemudian bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan syaraf pusat.

2.Toksin melalui pembuluh darah limfe dan darah ke susunan syaraf pusat.

Page 8: Tetanus

Karakteristik pada tetanus Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap

selama 5-7 hari. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada

rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw)

karena spasme otot masseter. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity) Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran

alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat.

Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai ekstensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.

Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).

Page 9: Tetanus

Berdasarkan pada temuan klinis terdapat 4 bentuk tetanus yang telah dideskripsikan yaitu: Tetanus lokal Tetanus sefalik Tetanus umum Tetanus neonatorum

Page 10: Tetanus
Page 11: Tetanus

DIAGNOSIS Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada

gejala klinis dan anamnesa. Tetanus tidak mungkin apabila terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara lengkap dan vaksin ulangan yang sesuai telah diberikan.

Adanya luka yang mendahuluinya

Page 12: Tetanus

Klasifikasi tetanus dibagi menjadi : Abllets Patel and Joag

Page 13: Tetanus

Modifikasi klasifikasi Ablett’s : I

Trismus ringan dan sedang dengan kekakuan umum. Tidak disertai dengan kejang, gangguan respirasi dengan sedikit atau tanpa gangguan menelan

II Trismus sedang, kaku disertai spasme kejang ringan sampai sedang

yang berlangsung singkat, disertai disfagia ringan dan takipnea >30–35x/ menit

III Trismus berat, kekakuan umum, spasme dan kejang spontan yang

berlangsung lama. Gangguan pernapasan dengan takipnea >40x/menit, kadang apnea, disfagia berat dan takikardia >120x/menit. Terdapat peningkatan aktivitas saraf otonom yang moderat dan menetap.

IV Gambaran tingkat III disertai gangguan saraf otonom berat dimana

dijumpai hipertensi berat dengan takikardi berselang dengan hipotensi relatif dan bradikardia atau hipertensi diastolik yang berat dan menetap (tekanan diastolik >110 mmHg) atau hipotensi sistolik yang menetap (tekanan sistolik <90 mmHg). Dikenal juga dengan autonomic storm.

Page 14: Tetanus

Kriteria Patel and JoagKriteria Gejalan Klinis

1 Rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang

2 Spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya

3 Inkubasi antara 7 hari atau kurang

4 Waktu onset adalah 48 jam atau kurang

5 Kenaikan suhu rektal sampai 100oF dan aksila sampai 99oF

Page 15: Tetanus

TATALAKSANA Prinsip :

Membuang sumber tetanospasmin Menetralisir tetanospasmin yang beredar bebas

dalam sirkulasi (belum terikat dengan sistem saraf pusat)

Perawatan penunjang (suportif) sampai tetanospasmin yang berikatan dengan jaringan telah habis dimetabolisme

Page 16: Tetanus

AntibiotikaLini I Metronidazole iv dengan dosis 15mg/kgBB

dilanjutkan dosis 30mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari

Lini II Penicillin Procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari

selama 7-10hari

Jika hipersensitif terhadap penicilin dapat diberi tetracycline 50mg/kgBB/hari.

Page 17: Tetanus

Antitoksin Human Tetanus Imunoglobulin (hTIG)

3000-10.000 IU IM Pada bayi 500 IU IM

TT 0,5 cc IM

Page 18: Tetanus

Pencegahan Imunisasi aktif dilakukan dengan memberikan

tetanus toksoid yang bertujuan merangsang tubuh untuk membentuk antitoksin. Imunisasi aktif dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan dengan pemberian imunisasi DPT. Untuk orang dewasa digunakan tetanus toksoid (TT)

Page 19: Tetanus

Imunisasi Bayi dan anak normal.

Imunisasi DPT pada usia 2,4,6, dan 15-18 bulan.Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.

Bayi dan anak normal sampai usia 7 tahun yang tidak diimunisasi pada masa bayi awal.DPT diberikan pada kunjungan pertama, kemudian 2 dan 4 bulan setelah injeksi pertama.Dosis ke-4 diberikan 6-12 bulan setelah injeksi pertama.Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.

Page 20: Tetanus

Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.

Usia ≥ 7 tahun yang belum pernah diimunisasi.Imunisasi dasar terdiri dari 3 injeksi TT yang diberikan pada kunjungan pertama, 4-8 minggu setelah injeksi pertama, dan 6-12 bulan setelah injeksi kedua.Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali.

Ibu hamil yang belum pernah diimunisasi.Wanita hamil yang belum pernah diimunisasi harus menerima 2 dosis injeksi TT dengan jarak 2 bulan (lebih baik pada 2 trimester terakhir).

Page 21: Tetanus

Setelah bersalin, diberikan dosis ke-3 yaitu 6 bulan setelah injeksi ke-2 untuk melengkapi imunisasi.

Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali. Apabila ditemukan neonatus lahir dari ibu

yang tidak pernah diimunisasi tanpa perawatan obstetrik yang adekuat, neonatus tersebut diberikan 250 IU human tetanus immunoglobulin. Imunitas aktif dan pasif untuk ibu juga harus diberikan

Page 22: Tetanus

DAFTAR PUSTAKA CDC. Tetanus. (cited 2015 Maret 30th ). 2006.

Avalaible at: www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf

Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008.

Mahadewa TGB, Maliawan S. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang Jakarta:CVSagung Seto;2009

Kiking R. Tetanus. Medan: USU Digital Library, 2004;1-9.

Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.