Tetanus
-
Upload
bulan-handestiany -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Tetanus
PembimbingDr. Ari Kurniasih Sp.A
Oleh : Bulan Handestiany S.Ked
Definisi Tetanus didefinisikan sebagai penyakit
infeksi akut disebabkan eksotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani ditandai dengan peningkatan kekakuan umum dan kejang kejang otot rangka.
EPIDEMIOLOGI Tetanus terjadi secara luas di seluruh
dunia namun paling sering pada daerah dengan populasi padat, pada iklim hangat dan lembab.
Organisme penyebab ditemukan secara primer pada tanah dan saluran cerna hewan dan manusia. Transmisi secara primer terjadi melalui luka yang terkontaminasi.
Secara epidemiologi, angka kematian tetanus sekitar 45%, dan 6 % diketahui mendapatkan 1 -2 dosis tetanus toksoid, dan 15% pada individu yang tidak divaksin. Angka kematian tertinggi diketahui pada penderita dengan usia >60 tahun (18%).
ETIOLOGI Penayakit tetanus ini disebabkan karena
Clostridium tetani yang merupakan basil gram positif obligat anaerobik yang dapat ditemukan pada permukaan tanah yang gembur dan lembab dan pada usus halus dan feses hewan. Mempunyai spora yang mudah bergerak dan spora ini merupkan bentuk vegetatif. Kuman ini bisa masuk melalui luka di kulit.
Gambaran Mikroskopik Clostridium Tetani.
Kuman ini juga menghasilkan 2 macam eksotoksin Tetatanolisin Tetanospasmin
PATOGENESISTerdapat 2 mekanisme yang dapat menerangkan penyebaran toksin ke susunan syaraf pusat
1.Toksin di absorpsi di neuro muscular junction, kemudian bermigrasi melalui jaringan perineural ke susunan syaraf pusat.
2.Toksin melalui pembuluh darah limfe dan darah ke susunan syaraf pusat.
Karakteristik pada tetanus Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap
selama 5-7 hari. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekuensinya. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang. Biasanya didahului dengan ketegangan otot terutama pada
rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus / lockjaw)
karena spasme otot masseter. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (nuchal rigidity) Risus Sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran
alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat.
Gambaran umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai ekstensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.
Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).
Berdasarkan pada temuan klinis terdapat 4 bentuk tetanus yang telah dideskripsikan yaitu: Tetanus lokal Tetanus sefalik Tetanus umum Tetanus neonatorum
DIAGNOSIS Diagnosis tetanus mutlak didasarkan pada
gejala klinis dan anamnesa. Tetanus tidak mungkin apabila terdapat riwayat serial vaksinasi yang telah diberikan secara lengkap dan vaksin ulangan yang sesuai telah diberikan.
Adanya luka yang mendahuluinya
Klasifikasi tetanus dibagi menjadi : Abllets Patel and Joag
Modifikasi klasifikasi Ablett’s : I
Trismus ringan dan sedang dengan kekakuan umum. Tidak disertai dengan kejang, gangguan respirasi dengan sedikit atau tanpa gangguan menelan
II Trismus sedang, kaku disertai spasme kejang ringan sampai sedang
yang berlangsung singkat, disertai disfagia ringan dan takipnea >30–35x/ menit
III Trismus berat, kekakuan umum, spasme dan kejang spontan yang
berlangsung lama. Gangguan pernapasan dengan takipnea >40x/menit, kadang apnea, disfagia berat dan takikardia >120x/menit. Terdapat peningkatan aktivitas saraf otonom yang moderat dan menetap.
IV Gambaran tingkat III disertai gangguan saraf otonom berat dimana
dijumpai hipertensi berat dengan takikardi berselang dengan hipotensi relatif dan bradikardia atau hipertensi diastolik yang berat dan menetap (tekanan diastolik >110 mmHg) atau hipotensi sistolik yang menetap (tekanan sistolik <90 mmHg). Dikenal juga dengan autonomic storm.
Kriteria Patel and JoagKriteria Gejalan Klinis
1 Rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
2 Spasme saja tanpa melihat frekuensi dan derajatnya
3 Inkubasi antara 7 hari atau kurang
4 Waktu onset adalah 48 jam atau kurang
5 Kenaikan suhu rektal sampai 100oF dan aksila sampai 99oF
TATALAKSANA Prinsip :
Membuang sumber tetanospasmin Menetralisir tetanospasmin yang beredar bebas
dalam sirkulasi (belum terikat dengan sistem saraf pusat)
Perawatan penunjang (suportif) sampai tetanospasmin yang berikatan dengan jaringan telah habis dimetabolisme
AntibiotikaLini I Metronidazole iv dengan dosis 15mg/kgBB
dilanjutkan dosis 30mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari
Lini II Penicillin Procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari
selama 7-10hari
Jika hipersensitif terhadap penicilin dapat diberi tetracycline 50mg/kgBB/hari.
Antitoksin Human Tetanus Imunoglobulin (hTIG)
3000-10.000 IU IM Pada bayi 500 IU IM
TT 0,5 cc IM
Pencegahan Imunisasi aktif dilakukan dengan memberikan
tetanus toksoid yang bertujuan merangsang tubuh untuk membentuk antitoksin. Imunisasi aktif dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan dengan pemberian imunisasi DPT. Untuk orang dewasa digunakan tetanus toksoid (TT)
Imunisasi Bayi dan anak normal.
Imunisasi DPT pada usia 2,4,6, dan 15-18 bulan.Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Bayi dan anak normal sampai usia 7 tahun yang tidak diimunisasi pada masa bayi awal.DPT diberikan pada kunjungan pertama, kemudian 2 dan 4 bulan setelah injeksi pertama.Dosis ke-4 diberikan 6-12 bulan setelah injeksi pertama.Dosis ke-5 diberikan pada usia 4-6 tahun.
Sepuluh tahun setelahnya (usia 14-16 tahun) diberikan injeksi TT dan diulang setiap 10 tahun sekali.
Usia ≥ 7 tahun yang belum pernah diimunisasi.Imunisasi dasar terdiri dari 3 injeksi TT yang diberikan pada kunjungan pertama, 4-8 minggu setelah injeksi pertama, dan 6-12 bulan setelah injeksi kedua.Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali.
Ibu hamil yang belum pernah diimunisasi.Wanita hamil yang belum pernah diimunisasi harus menerima 2 dosis injeksi TT dengan jarak 2 bulan (lebih baik pada 2 trimester terakhir).
Setelah bersalin, diberikan dosis ke-3 yaitu 6 bulan setelah injeksi ke-2 untuk melengkapi imunisasi.
Injeksi TT diulang setiap 10 tahun sekali. Apabila ditemukan neonatus lahir dari ibu
yang tidak pernah diimunisasi tanpa perawatan obstetrik yang adekuat, neonatus tersebut diberikan 250 IU human tetanus immunoglobulin. Imunitas aktif dan pasif untuk ibu juga harus diberikan
DAFTAR PUSTAKA CDC. Tetanus. (cited 2015 Maret 30th ). 2006.
Avalaible at: www.cdc.gov/niP/publications/pink/tetanus.pdf
Fauci, Braunwald et al. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 17th edition. McGraw-Hill: United State. 2008.
Mahadewa TGB, Maliawan S. Diagnosis dan Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang Jakarta:CVSagung Seto;2009
Kiking R. Tetanus. Medan: USU Digital Library, 2004;1-9.
Sudoyo, Aru. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid III. Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI: Jakarta. 2006. Hal 1777-85.